03 September 2008

Matius 11:5-6: KRISTUS SEBAGAI PUSAT HIDUP-2: Revitalisasi Hidup

Ringkasan Khotbah: 21 Mei 2006
Kristus sebagai Pusat Hidup-2: Revitalisasi Hidup
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 11:5-6


Pendahuluan
Firman Tuhan membukakan realita kebenaran bahwa setiap anak Tuhan sejati yang hidup dalam kebenaran akan mengalami aniaya dan tantangan ketika hidup di tengah-tengah dunia berdosa namun Puji Tuhan, kita mempunyai Sang Gembala Agung yang tak membiarkan kita berjalan sendiri. Di saat yang tepat, Dia datang menolong kita. Kristen sejati adalah orang yang mampu mengatasi berbagai kesulitan. Namun ingat, kemampuan itu bukan datang diri sendiri. Kita harus hidup berpusat pada Kristus maka Dia akan memberikan kekuatan dan memampukan kita mengatasi kesulitan yang datang. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepada-Mu. Pikullah kuk yang Kupasang...sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan“ (Mat. 11:28-30).
Bukanlah hal yang mudah bagi seseorang yang sudah mempunyai suatu kepercayaan untuk berubah dan berbalik arah. Realita ini sangat dipahami oleh Yohanes Pembaptis, karena itulah satu-satunya cara adalah mempertemukan para muridnya dengan Kristus, encountering. Tuhan Yesus tahu apa yang menjadi misi Yohanes maka Tuhan Yesus meminta mereka untuk: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat...“ (Mat. 11:4-6). Artinya para murid harus menyaksikan segala pekerjaan Yesus dengan mata kepala mereka sendiri, mereka harus mempunyai pengalaman iman dan dari sana, mereka dapat menyimpukan bahwa Kritus adalah Mesias; Dia yang Diurapi itu adalah Allah yang datang berinkarnasi ke dunia, Kristus adalah Nabi, Kristus adalah Imam, Kristus adalah Raja. Tuhan Yesus juga ingin ketika kita memutuskan hendak beriman pada Dia maka itu disebabkan karena kita telah bertemu secara pribadi dengan Dia dan bukan berasal dari perkataan orang.
Pertanyaannya sekarang adalah apa yang dimaksud dengan pertemuan, encountering disini, bukankah murid-murid Yohanes Pembaptis ini pernah bertemu dengan Tuhan Yesus? Jelaslah, pertemuan ini bukanlah sekedar pertemuan biasa. Dalam pertemuan itu, Tuhan memaparkan enam hal: 1) orang buta melihat, 2) orang lumpuh berjalan, 3) orang kusta menjadi tahir, 4) orang tuli mendengar, 5) orang mati dibangkitkan, 6) orang miskin diberitakan kabar baik. Sepintas, orang menganggap apa yang dikatakan Yesus ini adalah hal yang biasa menyangkut pekerjaan-Nya. Ternyata tidaklah demikian, keenam urutan tersebut tidak dapat dibolak balik. Enam aspek tersebut sifatnya progresif – setahap demi setahap membawa orang sampai pada pengenalan akan Kristus. Yang menjadi pertanyaan adalah apa kaitan antara keenam hal di atas dengan Yesus sebagai Mesias? Perhatikan, ayat ini bukan berbicara tentang orang yang disembuhkan. Mujizat bukan ditujukan untuk orang. Tidak! Tujuan Tuhan melakukan mujizat supaya orang melihat dan mengenal Kristus. Hari ini, orang melihat mujizat di batas fenomena, orang ingin mendapatkan “sesuatu,“ yakni keuntungan diri ketika ia mengikut Kristus. Pemikiran ini sudah ada sejak dulu pada orang Yahudi, yakni orang yang mengaku diri sebagai “orang beragama“ ternyata orientasi religiusnya berpusat pada diri. Konsep yang sama juga ada dalam pemikiran murid Yohanes Pembaptis tak terkecuali murid Tuhan Yesus. Menjelang kematian Tuhan Yesus, para murid masih berebut kedudukan, masing-masing dari mereka ingin duduk di sebelah kanan dan kiri Tuhan Yesus.
Diantara sekian banyak orang Yahudi, seharusnya para murid Yohaneslah yang paling memahami kalau Kristus adalah Mesias. Yohanes Pembaptis diperkirakan mendidik muridnya secara intensif kurang lebih selama 6 bulan. Yohanes pasti berulang kali menegaskan bahwa dia bukan Mesias, dia hanyalah seorang pembuka jalan bagi Sang Mesias dan Mesias yang sejati akan datang. Maka semua hal yang terjadi ketika Tuhan Yesus dibaptis dan semua perkataan Yohanes yang menyatakan bahwa ia tidak layak membaptis Yesus bahkan membuka tali kasutnya ia tidak layak, semua itu tidak lepas dari perhatian mereka. Alkitab mencatat, Yohanes meski ada dalam penjara, ia tahu semua hal yang dikerjakan oleh Yesus dan semua informasi itu ia dapatkan dari para muridnya. Memang, mereka belum sepenuhnya memahami pribadi Kristus namun secara tidak langsung, Yohanes mengajak mereka untuk peduli akan satu pribadi Yesus Kristus. Tapi toh, sekalipun mereka menyaksikan semua perbuatan Yesus itu tidak langsung berubah konsep berpikir yang materialis dan humanis. Hari itu, banyak orang yang melihat pekerjaan Yesus bahkan mereka mempunyai pengalaman disembuhkan, mereka termasuk salah seorang dari 5000 orang yang diberi makan dengan 5 roti 2 ikan namun toh semua itu tidak mengubah konsep berpikir mereka. Orang hanya mau mujizat saja tetapi mereka tidak mengerti apa yang menjadi tujuan dari mujizat itu. Tuhan tahu apa yang dalam pemikiran mereka, itulah sebabnya Tuhan menegur dengan keras bahwa mereka mengikut Kristus bukan karena mereka mengerti tanda tapi karena mereka makan dan kenyang. Orang hanya mencari kenikmatan diri semata. Biarlah kita mengevaluasi diri, kita termasuk golongan orang yang hanya mencari kenikmatan diri ataukah kita seorang anak Tuhan sejati?
Di antara berjuta manusia di dunia, orang Kristenlah yang seharusnya paling mengenal Kristus Yesus karena tiap-tiap kali mereka mendengar tentang Firman tapi sayang, orang mengenal hanya secara pengetahuan, knowledge; orang belum pernah bertemu, encountering tak dengan Kristus. Sama halnya dengan orang Yahudi yang hidup sejaman dengan Kristus, mereka mendapat anugerah dengan mereka melihat dan mempunyai pengalaman bersama Kristus namun hal itu tidak menjadikan mereka seorang murid sejati. Perhatikan, iman Kekristenan tidak dapat dilepaskan dari Kristus. Kristus adalah pusat iman Kristen. Seorang Kristen sejati harus memusatkan hidup pada Kristus dan untuk lebih memahami hal ini kita akan merenungkan kebenaran Firman yang membukakan beberapa aspek:
1. Orang buta melihat
Mujizat orang buta melihat dan orang lumpuh berjalan ini menjadi tanda utama dalam iman Kekristenan. Perhatikan, buta di sini bukan sekedar fisik. Pertanyaan penting adalah ketika orang melihat, apa yang dilihat dan bagaimana melihat? Banyak orang berpikir kalau mujizat buta-melihat ini layaknya seperti sebuah mujizat duniawi, yakni celiknya ia dari kebutaan justru semakin membawa orang masuk ke dalam jerat dosa. Tidak! Mujizat sorgawi berbeda dengan mujizat duniawi. Celik dari kebutaan seharusnya membuat orang melihat akan kebenaran; orang menjadi sadar kalau dirinya adalah orang berdosa. Perhatikan, pertama kali Tuhan Yesus hendak mempertobatkan Paulus, Tuhan membutakan mata Paulus terlebih dahulu. Sebelumnya, Paulus dapat melihat namun dia buta. Paulus dapat melihat segala sesuatu yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus; Paulus juga melihat semua peristiwa penyaliban Tuhan Yesus; Paulus juga hadir ketika Stefanus dirajam. Secara fisik, mata Paulus tidak buta namun secara rohani, ia buta. Sampai suatu waktu dimana Tuhan membutakan mata Paulus barulah saat itu, mata hatinya menjadi celik. Kebutaan justru membuatnya dapat melihat kebenaran, Paulus mengenal Kristus yang sejati. Inilah mujizat sejati. Merupakan suatu kegagalan fatal kalau orang tidak dapat melihat iman dibalik suatu mujizat, orang seringkali hanya melihat hal-hal duniawi. Sungguh amatlah disayangkan, apa yang seharusnya kita lihat namun kita tidak melihat sebaliknya apa yang tidak boleh kita lihat justru itu yang kita lihat. Inilah dunia berdosa. Biarlah kita mengevaluasi diri, hari ini kita dapat melihat namun sudahkah kita “melihat“? Sudahkah kita mengalami mujizat sejati?
Melalui mujizat orang buta melihat ini, Tuhan Yesus ingin supaya murid Yohanes Pembaptis juga melihat dalam arti “melihat sejati.“ Para murid Yohanes ini melihat semua pekerjaan Yesus bahkan ada diantara mereka yang mempunyai pengalaman bersama Yesus namun mereka buta, mereka tidak melihat bahwa Yesus adalah Mesias, Yesus adalah Allah yang sedang berinkarnasi ke dunia, Yesus adalah Raja atas segala raja. Bagaimana dengan kita, sudahkah mata rohani kita dicelikkan? Mata rohani yang buta akan membuat hidup kita menjadi gelap. Merupakan suatu anugerah bagi murid Yohanes sebab diantara berjuta orang Yahudi yang hidup sejaman dengan Tuhan Yesus, merekalah yang mendapat kesempatan lebih untuk mengerti tentang siapakah Kristus. Namun untuk dapat melihat Kristus adalah Mesias tetap dibutuhkan anugerah. Tanpa anugerah orang tetap buta meski secara fisik, ia melihat. Begitu juga dengan kita hari ini, diantara beribu manusia, kita yang paling banyak mendapat kesempatan bergereja, kita dapat membaca kebenaran Firman, kita tahu banyak hal tentang Tuhan Yesus namun pertanyaannya adalah apakah semua anugerah yang kita terima ini telah membukakan mata rohani kita? Kita menjadi semakin mengenal Kristus dan kebenaran-Nya dan kita hidup dalam kebenaran.
2. Orang Lumpuh Berjalan
Perhatikan, orang lumpuh yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus disini adalah orang yang lumpuh sejak lahir. Mujizat orang buta melihat dan orang lumpuh berjalan merupakan mujizat yang merevitalisasi. Dikatakan demikian karena buta dan lumpuh ini membuat orang sulit melakukan berbagai aktivitas. Kebutaan membuat orang tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya, orang kehilangan orientasi. Namun penglihatan itu sia-sia kalau orang tidak dapat berjalan. Maka mujizat kedua yang Tuhan inginkan adalah lumpuh-berjalan dengan demikian setelah kita mengerti kebenaran, kita dapat menjalankan kebenaran itu.
Seperti kita ketahui, struktur tulang orang yang lumpuh sejak lahir pasti mengalami deformasi. Jangankan untuk menopang tubuhnya, untuk bangun dari tilam saja sudah sulit baginya. Namun orang lumpuh ini pasti masih mempunyai pengharapan untuk sembuh. Setiap kali air kolam bergoncang, ia kalah cepat dengan orang lain yang mungkin sakitnya tidak terlalu parah yang hari itu juga berada di tepi kolam. Bayangkan, setelah berpuluh-puluh tahun masa penantian yang panjang itu pastilah ia mulai kehilangan pengharapan untuk sembuh. Di tengah keputusasaan itu, Tuhan Yesus datang dan bertanya: “Maukah engkau sembuh?“ Kalau kita mengandalkan kekuatan manusia maka mustahil orang lumpuh ini dapat berjalan. Ini membuktikan bahwa manusia adalah makhluk lemah, we are nothing. Di satu sisi, terkadang Tuhan memang sengaja membiarkan kita berjalan sendiri sampai kita menyadari kalau kita bukanlah siapa-siapa maka saat itu, Tuhan bekerja. Kita tidak akan pernah mengalami mujizat kalau kita belum pernah bertemu dengan Tuhan. Orang tidak akan mengalami suatu perubahan dalam konsep kalau ia tidak memandang pada Tuhan.
Mujizat orang lumpuh yang berjalan ini bukan hanya sekedar kesembuhan secara fisik. Mujizat ini merupakan kebangkitan, penerobosan iman, revitalisasi. Adalah benar merupakan suatu mujizat kalau kita menyadari akan dosa, kita mau bertobat, kembali pada Kristus dan hidup dalam kebenaran. Mujizat ini tidak cukup sampai disana, setelah kita melihat kebenaran dan memandang pada Kristus, kini, saatnya untuk bangun dan bangkit dari kelumpuhan untuk kerja dan hidup bagi Kristus. Hari ini, banyak orang Kristen yang ingin hidup menjalankan apa yang menjadi kehendak Bapa namun sekali lagi, semua itu hanya sebatas keinginan belaka sebab orang tidak mampu menjalankannya karena orang telah dicengkeram dosa sehingga menjadi lumpuh. Orang hanya punya keinginan tapi ia tidak pernah direvitalisasi karena orang belum pernah bertemu Kristus sehingga ia belum dibangunkan dari kelumpuhan. Tuhan ingin kita bangkit dari kelumpuhan.
Iman Kristen bukanlah iman yang lumpuh tetapi iman Kristen haruslah kembali kepada Kristus. Jikalau engkau tawar hati pada masa kesesakan maka kecillah kekuatanmu (Ams. 24:10). Orang Kristen harus berjiwa kuat, tidak mudah berputus asa ketika kesulitan datang. Letak kekuatan itu justru ketika kita menghadapi berbagai kesulitan dan kita menang atas kesulitan itu. Orang yang dalam hidupnya serba nyaman, segala sesuatu diproteksi maka dapatlah dibayangkan ketika kesulitan datang, ia tidak mempunyai daya kekuatan, hidupnya lumpuh. Kita harus melewati beberapa ujian terlebih dahulu barulah kemudian kita dinyatakan naik kelas. Orang yang berhasil melewati berbagai kesulitan akan sangat mudah ketika ia menghadapi kerikil kecil yang menghadang. Hari ini banyak orang Kristen berjiwa kerdil, hanya ingin hidup nyaman dan aman. Bertobatlah, Tuhan ingin orang Kristen untuk bangkit, bangun dari kelumpuhan dan bekerja bagi Dia. Jangan pernah meminta pekerjaan yang sesuai dengan kekuatanmu tapi mintalah kekuatan Tuhan mohon supaya menolong dan memampukan kita untuk menanggung beban yang berat dan menggenapkan rencana-Nya.
Mujizat buta-melihat dan lumpuh-berjalan merupakan kunci revitalisasi iman Kekristenan dan menjadi kekuatan melangkah menghadapi dunia dan segala tantangannya. Biarlah kita merefleksi diri sudahkah kita hidup dalam mujizat sejati sehingga ketika kita memandang pada Kristus, kita melihat kebenaran sejati dan kitapun dibangunkan untuk bekerja menjalankan kehendak-Nya. Biarlah di tengah-tengah dunia yang gelap dan dunia yang lumpuh akibat dosa yang mencengkeram, dunia yang telah rusak moral ini, kita dipakai menjadi saksi-Nya. Adalah tugas kita sebagai orang Kristen menjadi terang di tengah dunia yang gelap dan kita harus pergi mewartakan berita kebenaran sejati di tengah jaman yang sudah kehilangan fokus hidup. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: