27 August 2008

Roma 10:5-8: "ISRAEL" SEJATI ATAU PALSU-9: Sentralitas Kristus dan Pembenaran Melalui Iman

Seri Eksposisi Surat Roma:
Doktrin Predestinasi-8


“Israel” Sejati atau Palsu-9:
Sentralitas Kristus dan Pembenaran Melalui Iman

oleh: Denny Teguh Sutandio


Nats: Roma 10:5-8


Setelah mempelajari tentang Kristus sebagai kegenapan hukum Taurat dan pembenaran melalui iman di ayat 4, maka Paulus menjelaskan lebih dalam lagi tentang arti dibenarkan melalui iman di ayat 5 s/d 8.

Pada ayat 4, Paulus menjelaskan bahwa Kristus lah yang menggenapi Hukum (Taurat) dan oleh karena itulah, umat pilihan-Nya yang percaya dibenarkan melalui tindakan Kristus yang telah menunaikan seluruh ketentuan Hukum (Taurat), karena mereka sendiri tidak mampu menunaikan seluruh ketentuan Hukum (Taurat). Hal ini bukanlah ajaran baru, karena di dalam Perjanjian Lama, Allah telah mengajarkannya melalui Musa. Hal ini ditunjukkan oleh Paulus di ayat 5 di mana, “Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat: "Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya."” Apa yang Paulus kutip diambil dari Imamat 18:5 yang berbunyi, “Sesungguhnya kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan peraturan-Ku. Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya; Akulah TUHAN.” Ayat ini berada di dalam konteks ketika TUHAN mewahyukan hukum-Nya tentang perkawinan yang kudus. Sebelum ayat ini, di ayat 1-4, TUHAN sudah memberi peringatan kepada Israel untuk tidak menaati kebiasaan orang-orang Mesir dan Kanaan, tetapi Israel harus melakukan peraturan Allah dan harus berpegang pada ketetapan-Nya dengan hidup menurut semuanya itu. Ayat 4 ditegaskan kembali dengan ayat 5 sebagai alasan yaitu justru dengan berpegang pada ketetapan Allah dan peraturan-Nya, maka orang yang melakukannya akan hidup. Ayat ini sungguh menarik. Seolah-olah, Roma 10:5 bertentangan dengan ayat 4, karena di ayat 4, Paulus mengajarkan pembenaran oleh iman, sedangkan di ayat 5, seolah-olah mengajarkan pembenaran melalui perbuatan baik. Benarkah ada kontradiksi di dalam kedua ayat ini? TIDAK! Justru, kedua ayat ini saling menguatkan. Ketika seseorang beriman di dalam Kristus, ia memiliki jaminan keselamatan karena anugerah-Nya, dan setelah itu, umat-Nya harus menghidupi hidup sesuai dengan ketentuan Hukum Allah. Kita harus menaati hukum Allah karena kita telah dibenarkan oleh Kristus yang telah menggenapi seluruh ketentuan Taurat. Dengan kata lain, dibenarkan melalui iman tidak bisa dilepaskan dari hidup melaksanakan Hukum Allah. Seringkali beberapa orang Kristen diajar bahwa setelah kita diselamatkan, kita boleh berbuat apa saja, karena sekali selamat tetap selamat. Doktrin sekali selamat tetap selamat (Perseverance of the Saints) TIDAK boleh dijadikan acuan agar kita boleh hidup sembrono, justru membuat kita semakin setia dan taat kepada-Nya dengan menjalankan hukum-Nya. Ini bukan hanya diajarkan oleh Perjanjian Baru, sejak Perjanjian Lama pun, TUHAN sudah mengajarkan hal ini. TUHAN pertama kali memanggil Abraham dan Israel untuk menjadi umat pilihan-Nya, setelah itu IA mewahyukan firman-Nya sebagai hukum-Nya yang memimpin dan menuntun umat-Nya itu untuk hidup dan IA sendiri menjamin bahwa barangsiapa yang melakukan seluruh hukum-Nya, mereka akan hidup. Tetapi apakah ada yang sanggup melakukan seluruh hukum-Nya? TIDAK! Kalau pun manusia bisa melakukan hukum (Taurat), mereka tidak melakukannya secara keseluruhan, tetapi sebagian, karena mereka kadangkala tidak membunuh, tetapi mencuri. Tentang hal ini, Yakobus berkata, “Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya. Sebab Ia yang mengatakan: "Jangan berzinah", Ia mengatakan juga: "Jangan membunuh". Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.” (Yakobus 2:10-11) Jadi, jelaslah, tidak ada satu orang pun yang sanggup menunaikan seluruh hukum Taurat. Oleh karena itulah, Paulus di ayat 4 mengatakan bahwa Kristus itu lah yang telah menunaikan seluruh Taurat, sehingga kita sebagai umat pilihan-Nya di dalam Kristus sanggup menunaikan Hukum Taurat karena Kristus. Jadi, ayat 4 dan 5 tidak bertentangan.

Karena kita dibenarkan hanya melalui iman (dan sama sekali bukan karena perbuatan baik), maka kita berani mengamini apa yang Kristus kerjakan. Hal ini dijelaskan Paulus di ayat 6 dan 7, “Tetapi kebenaran karena iman berkata demikian: "Jangan katakan di dalam hatimu: Siapakah akan naik ke sorga?", yaitu: untuk membawa Yesus turun, atau: "Siapakah akan turun ke jurang maut?", yaitu: untuk membawa Kristus naik dari antara orang mati.” Kedua ayat ini diambil dari Ulangan 30:12-13 yang berkata, “Tidak di langit tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan naik ke langit untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya? Juga tidak di seberang laut tempatnya, sehingga engkau berkata: Siapakah yang akan menyeberang ke seberang laut untuk mengambilnya bagi kita dan memperdengarkannya kepada kita, supaya kita melakukannya?” Kedua ayat ini berada di dalam konteks tentang penjelasan pentingnya Firman Tuhan yang tidak sukar, yaitu Firman Tuhan yang tidak jauh di atas, juga tidak jauh ke seberang. Di sini, Paulus menjelaskan arti firman Allah di dalam Ulangan ini. Ulangan 30:12 ditafsirkan Paulus sebagai “membawa Yesus turun” dan ayat 13 ditafsirkan Paulus sebagai “membawa Kristus naik dari antara orang mati”. Uniknya, kedua tafsiran Paulus atas dua ayat PL ini di dalam banyak terjemahan Inggris (King James Version—KJV, New King James Version­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­—­NKJV, Amerian Standard Version—ASV, International Standard Version—ISV, English Standard Version—ESV, Analytical-Literal Translation—ALT, English Majority Text Version—EMTV, Geneva Bible, Good News Bible—GNB, God’s Word—GW, Literal Translation of the Holy Bible) dan Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) diberikan tanda kurung. Ini menunjukkan tafsiran dan penjabaran Paulus atas PL. Kedua ayat dalam PL ini ditafsirkan Paulus sebagai kaitan dengan peristiwa kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga. Berarti kebenaran melalui iman bukanlah kebenaran yang sia-sia yang berasal dari diri sendiri, tetapi dari Allah yang telah mengutus Kristus sebagai sumber pembenaran kita oleh anugerah-Nya di dalam iman. Kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga membuktikan kemenangan-Nya atas maut dan ditunaikannya seluruh tugas-Nya, sehingga Ia layak mendapatkan puji, hormat dan sembah dari umat-Nya dan semua orang. Di sini, kita kembali melihat bahwa tesis di ayat 4 yang mengatakan bahwa Kristus telah menggenapi Taurat dan umat-Nya mendapatkan status yang dibenarkan melalui iman di dalam-Nya mendapat legitimasi sah, yaitu melalui kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya ke Surga. Semua hal ini membuat kita sadar bahwa keselamatan dan status yang dibenarkan bukan didapat karena jasa baik kita, tetapi karena anugerah-Nya melalui iman, oleh karena itu, sudah sepatutnya kita bersyukur selalu dengan melakukan Hukum Allah dan memberitakan Injil kepada mereka yang belum percaya.

Bahkan kebenaran oleh iman bukan hanya berkisar tentang kematian, kebangkitan dan kenaikan Kristus ke Surga, tetapi juga berpusat pada Pribadi Kristus yang berinkarnasi itu sendiri (bdk. Roma 10:4), seperti dijelaskan Paulus di ayat 8, “Tetapi apakah katanya? Ini: "Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu." Itulah firman iman, yang kami beritakan.” Ayat ini dikutip dari Ulangan 30:14, “Tetapi firman ini sangat dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan.” Firman yang sangat dekat kepadamu (di dalam konteks Ulangan, adalah Israel) yakni di dalam mulut dan hati umat Israel ditafsirkan oleh Paulus sebagai firman iman yang diberitakan Paulus, yaitu Kristus. Kristus adalah Firman Allah (tidak berarti DIA bukan Pribadi Allah) yang menjelma menjadi manusia (Yohanes 1:1, 14), sehingga manusia dapat mengenal Allah sejati. Di dalam theologia Reformed, inkarnasi Kristus merupakan wahyu khusus Allah secara tidak tertulis HANYA kepada umat pilihan-Nya. Melalui Kristus, manusia pilihan-Nya dapat mengenal Pribadi Allah yang benar dan sejati serta beribadah kepada-Nya dengan pengertian yang benar di dalam Kristus melalui Roh Kudus. Kalau di zaman PL, umat-Nya menantikan Mesias, maka kita yang hidup setelah Perjanjian Baru (PB) bersyukur karena kita telah melihat dengan iman dan percaya di dalam-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, sehingga iman kita justru semakin dikuatkan dan pengharapan kita semakin jelas. Kehadiran Kristus sebagai Pusat iman dan pembenaran serta keselamatan kita membuat kita tidak henti-hentinya bersyukur dan terus-menerus menjadikan Dia sebagai Pusat dan Tuhan dalam hidup kita. Hidup Kristen bukan hidup yang sia-sia, sembrono, tanpa arah, tetapi hidup Kristen justru sangat berarti, mengapa? Karena Kristus lah yang memberikan arti hidup itu kepada umat-Nya, melalui penebusan dan karya Roh Kudus yang diutus-Nya untuk mendampingi kita di dalam perjalanan hidup. Hidup yang men-Tuhan-kan Kristus (mengutip perkataan Pdt. Sutjipto Subeno) itulah merupakan respon yang benar setelah kita diselamatkan dan dibenarkan melalui anugerah Allah di dalam iman.

Melalui perenungan keempat ayat ini, sudahkah kita hidup menjadikan Kristus sebagai Allah dan Tuhan dalam hidup kita sebagai respon ucapan syukur kita karena kita telah diselamatkan? Ingatlah, Allah telah menyatakan diri-Nya di dalam Kristus bagi umat-Nya, siapkah kita menyatakan Kristus itu melalui pemberitaan Injil dan kelakuan hidup kita sehari-hari? Kiranya Roh Kudus memimpin langkah kita setiap hari di dalam menunaikan apa yang Tuhan inginkan bagi kita. Amin. Soli Deo Gloria.

1 comment:

Anonymous said...

Blognya bagus. akan saya tunggu updates berikutnya.
Salam kenal.

GBU