19 May 2008

Matius 9:35-38: PENUAI UMAT PILIHAN

Ringkasan Khotbah: 11 September 2005

Penuai Umat Pilihan
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 9:35-38, Yoh. 15:16


Setelah Matius memaparkan seluruh bagian dari implikasi Kerajaan Sorga maka Matius memberikan suatu paparan sebagai suatu jembatan antara implikasi hukum Kerajaan Sorga dengan cara Tuhan memanggil murid-murid-Nya dan yang nantinya dipakai dalam pelayanan pada pasal kesepuluh sampai pasal kedua belas. Maka di sini kita melihat, Matius 9:35-38 mempunyai posisi yang sangat penting, yaitu sebagai titik putar. Kita merasa sudah cukup memahami implikasi Kerajaan Sorga yang telah dipaparkan dalam Injil Matius akan tetapi pemahaman itu tidak cukup sampai disitu, pemahaman itu bukanlah untuk kepentingan diri kita sendiri, yaitu untuk pertumbuhan rohani kita sendiri, tidak, sebab jikalau benar demikian apa bedanya dengan dunia. Bukankah dunia modern mengajar kita untuk bersikap egois?

Tuhan menentang keras konsep egoisme sebaliknya, sebagai warga Kerajaan Sorga, kita harus altruistik, seluruh aspek hidup kita baik yang bersifat materi maupun spiritual haruslah menjadi berkat bagi orang lain seperti yang Tuhan Yesus teladankan. Seorang anak Tuhan yang sejati haruslah melihat dengan cara pandang yang berbeda dari dunia. Ingat, tampilan luar bisa menipu tetapi hendaklah kita melihat dengan mata rohani maka kita akan menemukan jiwa yang lelah seperti domba yang terlantar. Akan tetapi kita tidak boleh cukup puas hanya berhenti sampai di hati yang tergerak oleh belas kasihan saja, tidak, Tuhan ingin hati yang berbelas kasih itu tercermin melalui tindakan nyata dengan demikian seluruh tindakan kita menjadi berkat bagi mereka yang lelah dan terlantar seperti domba yang tak bergembala.

Tuhan mengatakan suatu kalimat yang bersifat paradoks pada murid-murid-Nya, yakni: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu“ (Mat. 9:37-38). Sesungguhnya Tuhan hendak mengajarkan suatu konsep manajemen yang berbeda dengan yang diajarkan oleh dunia. Dunia mengajarkan ketika kita melihat suatu visi maka visi tersebut seharusnya menjadi dorongan bagi kita untuk bekerja dengan sekeras mungkin maka kita akan mendapatkan reward. Manajemen dunia memakai sistem reward and punishment. Hati-hati dengan buku yang berjudul purpose divine life and purpose divine church yang kelihatannya rohani tetapi sesungguhnya mengacu pada manajemen dunia. Sebaliknya, ketika kita melihat suatu visi, yakni tuaian yang banyak tapi pekerja sedikit maka Tuhan tidak menyuruh kita untuk langsung bekerja, tidak, Tuhan ingin supaya kita mengarahkan pandangan pada Tuhan dan meminta kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.

Merupakan suatu kesalahan fatal kalau kita langsung mengerjakan suatu tugas dengan alasan visi dari Tuhan tanpa kita bertanya pada Tuhan terlebih dahulu apakah Tuhan berkenan atau tidak atas pekerjaan kita. Inilah cara manajemen Tuhan bekerja yang menjadi format dari Kerajaan Allah ketika menata seluruh pelayanan-Nya. Mengapa Tuhan memakai cara atau manajemen yang berbeda dengan cara dunia? Karena Tuhan ingin mendobrak sistem manajemen dunia yang salah dan ironisnya, orang menganggapnya sebagai kebenaran. Sistem manajemen yang diajarkan oleh Kristus ini bukan hanya dapat dijalankan di dalam pelayanan saja tetapi sistem manajemen itu dapat kita lakukan di seluruh aspek hidup kita. Sistem manajemen Kristus ini meliputi empat aspek, yaitu:
1. Motivasi Murni
Perhatikan konsep ekonomi yang diajarkan dunia: kalau permintaan barang tinggi sedangkan suplai barang sedikit maka harga harus dinaikkan. Sebaliknya, konsep Kerajaan Sorga justru mengajarkan sebaliknya, yakni semakin banyak orang membutuhkan barang sedang di pasaran barang sangat langka maka harga barang harus diturunkan dengan demikian banyak orang yang memerlukan barang tersebut akan mendapatkannya. Tuhan menegaskan orientasi bukan pada diri sendiri tapi kita harus menjadi berkat dan rela berkorban bagi dunia. Bekerja dalam ladang-Nya Tuhan haruslah menurut pada sistem manajemen Tuhan. Sangatlah mengenaskan, di dunia banyak jiwa yang lelah dan terlantar namun orang justru tidak membawa mereka kepada naungan Kristus Sang Gembala Agung, orang memanipulasi domba yang terlantar ini demi untuk memenuhi kepentingan egoisme sehingga domba yang sudah terlantar ini semakin jauh tersesat. Maka tidaklah heran kalau hari ini banyak orang yang menjadikan gereja layaknya sebuah bisnis dunia yang diolah dengan manajemen dunia yang memberlakukan sistem reward and punishment dimana seluruh pekerjanya digaji dan diperlakukan secara profesional layaknya sebuah perusahaan. Melihat tuaian yang banyak maka Tuhan tidak memerintahkan untuk bekerja sebaliknya Tuhan ingin supaya kita memandang kepada-Nya dan meminta kepada tuan yang empunya tuaian supaya mengirimkan pekerja. Hati-hati, iblis yang licik selalu menggoda manusia supaya menyeleweng dari jalan Tuhan sehingga manusia tidak dapat lagi membedakan Tuhankah atau setankah yang bekerja. Hari ini orang sulit membedakan mana ilalang dan mana gandum hingga suatu ketika nanti, dari buahnyalah akan nampak perbedaannya.

Sadarlah bahwa tuaian ini bukan milik kepunyaan kita sebab kita hanyalah pekerja yang dipakai untuk menggarap pekerjaan Dia. Kalau kita perhatikan di pasalnya yang ke sepuluh maka di sana kita akan melihat cara Tuhan bekerja yang sangat unik yang berbeda dari dunia; Tuhan tidak memakai orang-orang yang siap sedia untuk dipakai, tetapi Tuhan justru memakai orang-orang yang berdoa memohon pada-Nya untuk mengirimkan pekerja. Orang yang demikian ini menyadari posisinya bahwa dia adalah hamba yang harus taat pada Sang Raja dimana tuaian itu bukan milik kepunyaannya melainkan milik Sang Raja. Janganlah sombong dan bermegah diri karena pelayanan yang kita lakukan “sukses“ (menurut ukuran manusia) sebab tidak ada sedikitpun jasa kita, kita hanyalah alat yang dipakai Tuhan untuk mengerjakan pekerjaan-Nya. Asalnya dari Tuhan maka seluruh hasilnya untuk kemuliaan Dia saja. Kalau kita memahami konsep manajemen Kerajaan Sorga ini maka kita akan dipakai Tuhan dengan luar biasa tetapi ingat, kita harus tetap dengan rendah hati melayani Tuhan karena kita menyadari posisi kita sebenarnya hanyalah seorang budak. Sayangnya, hari ini banyak orang yang menjadi sombong, merasa diri hebat, menganggap diri sukses karena berhasil melakukan pekerjaan Tuhan yang besar, orang lupa kalau sebenarnya tuaian itu bukan milik kepunyaannya, orang lupa kalau ia hanyalah seorang budak.

2. Kerja keras
Tuaian yang banyak tetapi pekerja sedikit itu seharusnya semakin memacu kita untuk bekerja melayani Tuhan dengan lebih keras lagi. Sungguh sangatlah mengherankan kalau ada orang yang saling iri dan berebut ketika melayani Tuhan. Hal ini menunjukkan kalau orang tidak melihat visi Tuhan. Pekerjaan Tuhan itu terlalu banyak, pekerjaan Tuhan tidak akan pernah habis-habis untuk dikerjakan bahkan sampai kita mati pun masih banyak pekerjaan Tuhan yang belum dikerjakan. Marilah kita kerjakan pekerjaan yang Tuhan sudah percayakan pada kita itu dengan sebaik dan sekuat mungkin. Jangan takut kita tidak dapat melayani Tuhan karena tidak ada lagi pekerjaan Tuhan dan jangan iri dengan pelayanan yang dikerjakan oleh orang lain dan jangan marah kalau ternyata orang lain mencontoh atau melakukan pelayanan yang sama seperti yang kita lakukan. Kita seharusnya bersyukur pelayanan kita menjadi berkat. Bahkan seandainya tidak orang yang mau mengerjakan pekerjaan Tuhan karena ada pertimbangan berbagai hal, dianggap merugikan misalnya, maka kita pun harus tetap mengerjakannya. Biarlah kita menyadari masih banyak pekerjaan Tuhan di dunia ini yang belum diselesaikan, di luar sana masih banyak orang yang lelah dan terlantar maka jangan langsung bekerja sendiri tetapi mintalah pada tuan yang empunya tuaian untuk mengirimkan pekerja dan ingat, karena masih banyak pekerjaan Tuhan yang harus dikerjakan sedang pekerja sedikit maka kita harus bekerja dengan seluruh tenaga yang Tuhan berikan pada kita.

3. Efektif dan Strategis
Tuaian memang banyak dan pekerja sedikit maka Tuhan ingin supaya kita bekerja dengan sekuat tenaga, bekerja keras tetapi Tuhan juga ingin kita menjadi bijaksana dengan demikian seluruh tenaga dan pemikiran kita menjadi sia-sia, dengan kata lain bekerja sangat keras tetapi tidak menghasilkan apa-apa. Tidak! Tuhan ingin kita bekerja dengan seefisien mungkin. Kalau pekerjaannya banyak dan pekerjanya banyak maka itu disebut padat karya. Hal ini biasanya dilakukan untuk menghindari banyaknya pengangguran di suatu negara padahal sesungguhnya mereka tidak mempunyai keahlian sehingga pekerjaan yang seyogyanya dapat digantikan oleh mesin harus dikerjakan oleh manusia demi untuk mengurangi pengangguran. Pekerjaan yang seharusnya dikerjakan oleh mesin tapi dikerjakan oleh manusia maka pekerjaan tersebut bukanlah pekerjaan yang manusiawi karena tidak menggunakan natur manusia. Bukankah manusia jadi setara dengan mesin yang hanya benda mati? Satu hal lagi yang perlu kita perhatikan, pekerjaan banyak – pekerja sedikit bukan berarti kita boleh kerja dengan sembarangan dan serampangan. Itu berarti kita telah mengorbankan pekerjaan dan membiarkan orang lain terlantar tapi di sisi lain kita menikmatinya. Dan hari ini, di dunia modern yang canggih ini banyak orang justru tidak bekerja secara efisien. Orang sudah terikat dengan teknologi sehingga tanpa teknologi orang tidak dapat bekerja.

Selain rendah hati dan bekerja keras, Tuhan juga ingin kita bijaksana. Melayani Tuhan bukan sekedar bekerja membanting tulang tetapi sudah seberapa efisienkah kita bekerja? Sudahkah kita mencapai hasil maksimal seperti yang Tuhan inginkan? Ingat, hasil maksimal atau kesuksesan disini bukan menurut standar manusia tetapi menurut standar Tuhan. Itulah sebabnya Tuhan menaruh manusia dalam batasan ruang dan waktu supaya kita dapat bekerja mencapai titik maksimum seperti yang Tuhan inginkan. Tuaian banyak - pekerja sedikit seharusnya memacu kita untuk bekerja lebih efisien dan hasil yang didapatkan maksimal. Inilah etos kerja Kristen. Anak Tuhan sejati haruslah mempunyai jiwa etos kerja Kristen dengan demikian kita dapat menjadi berkat bagi dunia.

4. Menuai umat pilihan
Tuaian yang banyak itu kini memasuki masa penuaian. Yang dimaksud dengan tuaian disini adalah orang-orang yang sudah dipilih Tuhan sebelum dunia dijadikan untuk menjadikan kita sebagai anak-anak-Nya (Ef. 1:4-5). Yang menjadikan tuaian itu matang bukan kita, jadi, janganlah bermegah diri sebab tidak ada sedikitpun jasa kita yang membuat tuaian itu menjadi matang. Kita hanyalah seorang penuai yang bekerja di ladang-Nya Tuhan dan bertugas menuai tuaian yang sudah matang itu. Kita hanyalah alat yang dipakai Tuhan untuk menuai tuaian (harvest) yang sudah matang. Bukan kita yang empunya tuaian tapi Tuhanlah yang empunya tuaian itu yang mengutus kita untuk menuai umat pilihan-Nya. Rahasia tentang umat pilihan ini dibukakan oleh Tuhan Yesus hanya kepada sebelas murid (Yoh. 13:31 – 16:33), yaitu, setelah Yudas diusir pergi karena Yudas bukanlah umat pilihan sejati, bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu; dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta dalam nama-Ku diberikan-Nya kepadamu. Sebenarnya, bukan Tuhan tidak pernah memperingatkan Yudas, sebab berulang kali Tuhan Yesus memperingatkan Yudas mulai dari kalimat yang sangat halus (Yoh. 13:21) sampai kalimat yang kasar (Yoh. 13:26-27) dan peringatan itu seharusnya membuat Yudas sadar dan bertobat tetapi kenyataannya tidaklah demikian.

Tuhan yang membuat tuaian itu matang maka tugas kita adalah menuai sebab kalau tidak segera dituai maka tuaian yang sudah matang itu akan menjadi busuk. Jangan ada orang yang memegahkan diri kalau ada orang yang bertobat dan menganggapnya sebagai jasa kita, tidak. Ingat, kita hanyalah seorang penuai yang dipakai Tuhan untuk melakukan pekerjaan-Nya yang agung; kita harus bekerja dengan sungguh dengan sekuat tenaga tetapi bukan serampangan dan sembarangan melainkan harus bijaksana dan efisien dengan demikan dapat mencapai hasil yang maksimal namun di sisi lain, kita harus menyadari itu bukan karena jasa atau hebat kita kalau orang dapat bertobat tetapi Tuhan sudah menetapkannya terlebih dahulu sedang posisi kita hanyalah seorang budak yang harus mempertanggung jawabkan seluruh pekerjaan kita kepada Tuan yang empunya tuaian. Dengan demikian kita dapat dipakai Tuhan menjadi berkat di tengah jaman-jaman yang semakin bobrok ini. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)


Sumber:
http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2005/20050911.htm

No comments: