27 May 2008

Matius 10:1-7: CHARACTERISTIC OF THE KINGDOM

Ringkasan Khotbah : 18 September 2005

Characteristic of the Kingdom
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 10:1-7


Kita telah memahami bahwa seorang warga Kerajaan Sorga bukanlah seorang yang egois yang hanya berorientasi pada diri sendiri. Segala berkat rohani yang telah kita terima dari Kristus Sang Raja haruslah kita bagikan kepada mereka yang lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala (Mat. 9:35-38). Hal Kerajaan Sorga itu seumpama biji sesawi yang kecil dan bertumbuh menjadi sebuah pohon besar sehingga burung-burung di udara bersarang pada cabang-cabangnya (Mat. 13:31-32), hal ini menunjukkan Kerajaan Sorga dimulai dari hal yang kecil dan kemudian bertumbuh menjadi besar. Inilah sifat dari Kerajaan Sorga. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana Kerajaan Sorga ini dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya? Setiap orang yang menjadi warga Kerajaan Sorgalah yang harus mengerjakannya.
Kalau kita perhatikan secara sepintas, tema Kerajaan Sorga ini sepertinya tema dari Injil Matius saja namun sesungguhnya tema Kerajaan Sorga ini menjadi tema dari keseluruhan kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau Tuhan memilih kita menjadi warga-Nya dimana kita berada dalam pimpinan-Nya, kita hidup dalam pemeliharaan-Nya. Tidak hanya sampai disitu saja, Allah sendiri menjagai umat-Nya dari ancaman dan bahaya musuh, kuasa Tuhan selalu menyertai bahkan kita turut ambil bagian dalam pekerjaan-Nya. Sangat menyenangkan, bukan ketika kita menjadi umat-Nya dan berada dalam pimpinan-Nya? Ternyata anugerah yang begitu besar ini tidaklah menjadi hal yang menyenangkan bagi bangsa Israel. Manusia berdosa tidak suka kalau dipimpin oleh Raja Sorgawi, bangsa Israel lebih suka dipimpin oleh raja dunia bahkan umat Israel tetap bersikeras meminta raja dunia meski Tuhan membukakan fakta bahwa berada dibawah pimpinan raja dunia justru semakin menyengsarakannya (1Sam. 8:10-22). Inilah sifat manusia berdosa.
Kerajaan Sorga ini memang ada di bumi namun Kerajaan Sorga di bumi ini tidak diperintah secara duniawi karena yang memerintah adalah Raja atas segala raja, yaitu Allah sendiri bahkan kepada umat-Nya Allah memberikan hukum, aturan dan prinsip yang paling agung yang tidak pernah kita jumpai di dunia, yaitu hukum Taurat. Seharusnya, orang merasakan sukacita ketika berada dalam pimpinan-Nya dan menjadi umat-Nya namun kenyataannya tidaklah demikian. Jangan pernah berpikir kalau manusia bersikeras mau hidup dalam dosa maka Tuhan akan menghalang-halanginya, tidak! Bayangkan, berapa banyak pukulan yang akan kita terima sebagai akibat perbuatan dosa yang kita lakukan? Pastilah banyak pukulan yang kita terima sebab manusia berdosa selalu cenderung untuk berbuat dosa. Ketika manusia bersikeras meminta raja dunia maka Tuhan pun membiarkannya dan manusia harus menanggung resiko atas pilihannya tersebut. Raja dunia memerintah dengan cara dan sifat dunia sehingga dalam seluruh perjalanannya bangsa Israel tidak memancarkan umat pilihan Tuhan.
Sejarah mencatat berulang kali bangsa Israel jatuh dalam dosa namun Tuhan masih berbelas kasih berulang kali pula Tuhan mengampuni, dengan kasih dan sabar, Tuhan menuntun supaya bangsa Israel ini bertobat dan kembali kepada-Nya namun sungguh bangsa Israel adalah bangsa yang tegar tengkuk, mereka tetap kembali jatuh pada dosa, semakin hari hidup mereka tidak bertambah baik tapi justru semakin rusak maka Tuhanpun membuang mereka. Pada hari itu berakhir pula perjanjian antara Allah dengan umat Israel; umat Israel bukan lagi umat pilihan Allah karena mereka telah melawan perjanjian dan membuktikan bahwa mereka tidak sah sebagai umat pilihan. Allah pun diam dan 400 tahun kemudian, Allah yang Maha Kasih itu mengutus anak-Nya, Kristus Yesus untuk menjadi Raja dan menata ulang kembali Kerajaan Sorga yang Allah ingin tegakkan di bumi. Memang Kerajaan Sorga itu ada di dunia tetapi Kerajaan Sorga itu tidak bersifat dunia melainkan bersifat sorgawi dan Tuhan Yesus, Raja di atas segala raja itu yang menjadi Rajanya. Kerajaan dunia bersifat materi sedang Kerajaan Sorga bersifat kekal. Materi diciptakan oleh Allah dalam ruang dan waktu yang terbatas maka sifatnya tidak kekal sedangkan Kerajaan Sorga bersifat kekal, tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang bisa menghubungkan materi dan kekekalan. Merupakan suatu kesalahan fatal kalau orang memakai standar materi dan dikenakan pada Kerajaan Sorga. Kerajaan Sorga seharusnya menjadi standar apalagi setelah kejatuhan manusia dalam dosa maka kerajaan dunia harus mengikuti standar Kerajaan Sorgawi. Orang berusaha mencoba merefleksikan kekekalan di dalam kesementaraan dan sebaliknya. Hal ini dapat kita jumpai pada tradisi Tionghoa, mereka mengirimkan uang-uangan dari kertas, rumah-rumahan yang terbuat dari kertas dan lain sebagainya. Sesungguhnya mereka menyadari bahwa orang yang sudah mati bersifat roh maka satu-satunya cara supaya uang kertas, rumah kertas dan lain sebagainya yang bersifat materi itu dapat diterima oleh mereka-mereka yang sudah meninggal yang bersifat roh haruslah dengan cara dibakar, orang berpikir dengan dibakar berarti terjadi perubahan bentuk dari materi menjadi non materi. Orang seharusnya sadar bahwa paradigma atau pola berpikir yang ada dalam diri merekalah yang harusnya diubah; bukan bahan atau bentuk benda materinya yang mengalami perubahan. Orang lupa bahwa kekekalan melampaui ruang dan waktu, tidak ada perubahan. Jadi, jelaslah bahwa sifat Kerajaan Sorga berbeda dengan kerajaan dunia. Tuhan Yesus datang bukan mendirikan kerajaan Israel baru seperti yang diidam-idamkan oleh bangsa Israel. Tidak! Tuhan Yesus datang untuk menegakkan Kerajaan Sorga di bumi dimana umat Allah menjadi warga-Nya dan sifat Kerajaan Sorga ini tidaklah terbatas, ia melampaui ruang dan waktu sebab dimana umat Allah berada maka disanalah Kerajaan Sorga ditegakkan.
Pertama, Kerajaan Sorga dimulai dari orang-orang yang mendapat panggilan dari Sang Raja untuk menjadi warga-Nya. Jadi, orang yang berhak menjadi warga Kerajaan Sorga adalah mereka yang dipilih. Sungguh merupakan suatu anugerah kalau diantara jutaan manusia, Tuhan memilih kita menjadi bagian dari Kerajaan-Nya maka sepatutnyalah kita bersyukur sebab di tengah dunia ini banyak orang yang mengikuti Dia bahkan Alkitab mencatat, Tuhan Yesus harus memberi makan lima ribu orang laki-laki belum termasuk perempuan dan anak-anak yang hari itu mengikuti kemana Dia pergi. Perhatikan, diantara banyaknya orang yang mengikuti-Nya, Tuhan Yesus hanya memanggil dua belas orang untuk menjadi murid-Nya. Kedua belas orang yang dipanggil Tuhan Yesus ini bukanlah orang-orang terpandang, mereka hanyalah orang-orang dari golongan menengah ke bawah. Hal ini menjadi teladan indah bagi kita, biarlah ketika kita memulai segala sesuatu, kita mulai dari yang kecil terlebih dahulu dan dengan rendah hati kita taat pada-Nya. Prinsip Kerajaan Sorga adalah orang-orang yang dibentuk dan diubahkan oleh Tuhan menjadi warga-Nya. Ingat, bukan karena kehebatan atau kekuatan kita kalau kita dapat menjadi warga-Nya, tidak! Orang yang sombong, orang yang merasa berjasa dalam pekerjaan Tuhan justru kepada mereka Tuhan tidak berkenan. Satu pertanyaan dari John Calvin yang perlu kita renungkan adalah apakah semua orang yang menjadi anggota gereja adalah warga Kerajaan Sorga? Ternyata tidaklah demikian, sebab apa yang kelihatan secara duniawi belum tentu warga Kerajaan Sorga; umat Allah yang sejati adalah orang yang menyadari bahwa dirinya berdosa dan ia taat mau diubahkan oleh Tuhan. Seorang murid sejati adalah seorang yang sepanjang hidupnya mau terus menerus diajar dan belajar oleh Sang Raja.
Konsep Tuhan yang berinisiatif memanggil umat-Nya ini sudah ada sejak jaman Perjanjian Lama hingga Perjanjian Baru. Kerajaan Allah di Perjanjian Lama dimulai pertama kali ketika Allah memanggil Abraham dan di Perjanjian Baru, Kerajaan Allah dimulai dari dua belas orang dan kemudian berkembang menjadi besar dan sampai hari ini panggilan ini tetap tiba pada anda dan saya. Seberapa jauhkah kita menjawab dan merespon panggilan Tuhan? Seberapa jauhkah kita mau bertobat dan taat pada-Nya? Hari ini, kalau kita masih bertemu dengan panggilan Tuhan maka itu merupakan suatu anugerah maka jangan sia-siakan anugerah Tuhan itu. Kita seharusnya belajar dari sejarah bangsa Israel, jangan mengulang kejadian yang sama dimana mereka telah menyia-nyiakan anugerah Tuhan, mereka lebih memilih dipimpin raja dunia daripada Raja Sorga. Biarlah di dalam setiap kehidupan kita selalu bersandar pada tangan Allah yang memimpin dan memberikan damai sejahtera pada anak-anak-Nya. Sungguh amatlah disayangkan, orang lebih suka berjalan sendiri, berjalan dalam kegelapan daripada berada dalam pimpinan Tuhan. Seharusnya orang menyadari ketika ia berbuat dosa sebab di dalam diri setiap manusia disana Tuhan memberikan pada hati nurani yang akan menegur ketika kita berbuat dosa namun toh orang sengaja melawan. Maka sekali lagi saya tegaskan, jangan sia-siakan anugerah Tuhan, biarlah kita mau bertobat dan kembali pada Tuhan.
Kedua, Tuhan memberikan kuasa pada umat yang dipilih-Nya, yaitu kuasa untuk mengusir roh-roh jahat. Salah satu sifat Allah adalah kasih dan pengampun namun perhatikan, Allah yang Maha Kasih dan Maha Pengampun itu tidak pernah sekalipun berkompromi dengan iblis dan pada akhir jaman nanti, iblis dan seluruh anazirnya akan dibuang ke neraka. Begitu juga seorang anak Tuhan sejati tidak boleh berkompromi dengan iblis. Kerajaan Sorga mencerminkan sifat Allah, yaitu suci maka tidak boleh dicemari dengan dosa dan kenajisan. Ketika kita dipanggil menjadi warga Kerajaan Sorga maka kita harus melepaskan diri dari ikatan dan kuasa iblis dan Tuhan memberikan kuasa pada setiap anak-Nya untuk mengusir setan maka jelaslah bahwa mengusir setan bukanlah talenta atau karunia. Kalau Tuhan memberikan kuasa pada kita untuk mengusir setan, itu berarti tadinya setan ada di dalam kita. Sebelum kita dipanggil menjadi umat Tuhan, kita adalah makhluk berdosa, kita berada di dalam kuasa iblis dan Tuhan tidak pernah menuntut pada setiap orang yang mau menjadi umat-Nya haruslah bersih dan tidak bercacat, tidak, bahkan Tuhan memilih seorang penjahat yang ada di sebelah-Nya menjadi umat pilihan-Nya.
Satu hal yang Tuhan ingin kita lakukan adalah lepas dari ikatan setan, bertobat, kembali pada Kristus dan hidup dalam kebenaran. Tuhan tidak meminta kita untuk menjadi sempurna, tidak, Tuhan hanya meminta kita untuk bertumbuh menjadi sempurna seperti Kristus dengan demikian hidup kita menjadi berkat bagi orang lain. Hati-hati, iblis dapat membuat segala macam yang sifatnya semu, iblis pun dapat menampilkan segala macam kebaikan palsu dan kasih palsu. Jangan tertipu oleh akal licik iblis iblis, iblis sangat pandai seolah-olah mengasihi manusia dengan megumbar cinta kasih palsu, cinta kasih yang diberikan penuh dengan tipu muslihat dan berakhir dengan kebinasaan. Berbeda halnya dengan kesucian, iblis tidak dapat mengimitasikan kesucian karena bertentangan dengan sifatnya. Tuhan memberikan kekuatan pada kita untuk mengusir setan maka janganlah pernah sekali-kali berkompromi dengan iblis, biarlah semakin hari kita semakin bertumbuh dan akhirnya menjadi sempurna seperti Kristus.
Ketiga, Kerajaan Sorga memang dimulai dari kecil, yaitu dari dua belas murid yang telah Tuhan pilih dan menjadi umat-Nya namun Kerajaan Sorga tidak berhenti sampai di situ, Tuhan ingin supaya setiap orang yang sudah dipilih menjadi warga Kerajaan Sorga untuk pergi dan memberitakan kabar keselamatan, yaitu Kerajaan Sorga sudah dekat. Kerajaan Sorga bukan berhenti di diri kita saja, tidak, tapi Kerajaan Sorga seperti biji sesawi yang kecil dan terus bertumbuh sampai menjadi pohon besar. Di dunia modern ini, muncul pendapat yang mengatakan bahwa orang yang jujur dan suci tidak akan dapat bertahan hidup di dunia. Dengan kata lain orang Kristen yang suci tidak akan dapat hidup maka supaya orang dapat hidup di dunia orang harus menjadi anak iblis. Salah! Itulah cara iblis mempermainkan dan menakut-nakuti orang Kristen; iblis akan selalu menekan orang Kristen supaya hidup seperti layaknya orang dunia.
Pendapat yang sinis ini keluar dari cetusan hati yang iri dan cemburu dari orang yang tidak suka melihat ada orang baik di dunia. Sesungguhnya, orang berdosa ini ingin hidup jujur dan baik karena di dalam diri setiap manusia, sebab manusia dicipta menurut gambar dan rupa Allah dan disana, Tuhan tanamkan sense of divinity. Di satu pihak, dunia suka dengan orang baik dan suci bahkan dunia berusaha untuk dapat hidup suci tetapi di lain pihak, dunia tidak suka kalau ada orang benar dan suci di dekatnya. Hal ini terjadi karena mereka tidak tahu caranya bagaimana hidup benar dan suci. Bukankah yang sering kita jumpai dalam suatu lowongan pekerjaan dengan kriteria: baik, jujur, berintegritas? Dunia membutuhkan orang yang baik, jujur, suci dan berintegritas tetapi dunia tidak tahu harus dimana dan bagaimana mendapatkan orang-orang demikian.
Tugas kitalah sebagai anak Tuhan sejati untuk pergi dan memberitakan bahwa Kerajaan Sorga sudah dekat. Dunia yang tiada pengharapan membutuhkan berita pengharapan, yaitu Injil Tuhan; hanya di dalam Kristus sajalah masih ada pengharapan; orang berdosa mendapatkan pengampunan dan diselamatkan, hidup dalam kebenaran sejati. Berita pengampunan dosa, berita pertobatan, berita penebusan di dalam Tuhan Yesus ini menjadi berita yang relevan di tengah dunia yang bobrok ini. Biarlah kita dipakai Tuhan menjadi orang-orang yang membawa berita sukacita ini pada orang-orang yang lelah, pada mereka yang tersesat dan terhilang ini. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: