09 January 2008

Matius 8:14-17 : THE LORD OF THE WOMAN

Ringkasan Khotbah : 09 Januari 2005

The Lord of the Woman

oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.


Nats: Mat. 8:14-17


Hukum Kerajaan Sorga (Mat. 5-7) berbeda total dengan dunia, yaitu kualitas hukum Kerajaan Sorga yang diajarkan oleh Kristus lebih tinggi dibanding dengan hukum dunia. Adanya perbedaan kualitas ini menyebabkan seluruh implikasi atau penerapan dari hukum Kerajaan Sorga juga berbeda. Merupakan suatu kebodohan kalau orang ingin memahami Kekristenan dengan benar tetapi memakai hukum dan tatanan dunia yang kualitasnya sangat rendah sebagai patokan lalu mengatakan hukum dunia tersebut sebagai hukum Kerajaan Sorga. Hal ini sangatlah melecehkan Kekristenan. Kerajaan Sorga mempunyai hukum sendiri dimana prinsip dan hukum-hukum-Nya tidak dapat ditandingi oleh hukum apapun di dunia. Dunia pun mengakui kualitas dari hukum Kerajaan Sorga ini dan mereka menyebutnya dengan hukum emas, the golden rule. Sebutan emas memang sangat pas sebab emas paling tahan uji, semakin dibakar semakin murni. Bahkan orang yang menolak Yesus Kristus sebagai Tuhan pun mengakui Yesus Kristus adalah Guru Agung dan Dia tidak hanya sekedar berteori tapi Dia menerapkan hukum-hukum yang diajarkan-Nya sendiri dengan sempurna.
Di dunia juga ada hukum yang agung yang diadaptasi dari Asian Philosophy dan orang Kristen menyebutnya sebagai wahyu umum, yaitu: apabila engkau tidak mau diperlakukan buruk oleh orang lain maka janganlah engkau berlaku buruk juga pada orang lain. Seagung apapun hukum dunia namun tidaklah sebanding dengan hukum emas yang Kristus ajarkan, yaitu: apabila kamu ingin supaya orang lain berbuat seperti yang kau inginkan padamu maka lakukanlah itu pada orang lain. Perhatikan, hukum yang dicetuskan dunia bersifat pasif dan berefek skeptis sebab orang akan menganggap dirinya baik selama ia tidak berbuat hal yang negatif meski ia tidak melakukan hal yang positif sedang hukum yang diajarkan oleh Kristus bersifat aktif – dinamis, kita tahu bahwa kita harus melakukan perbuatan baik namun kalau kita tidak melakukannya maka kita berdosa. Hukum emas menuntut dinamika hidup kita secara total untuk maju secara positif dan hukum ini tidak bisa diantisipasi oleh semua pemikiran apapun yang ada di dunia ini baik dari sudut filsafat maupun religius karena itu hukum Kerajaan Sorga mempunyai kualitas tinggi dan disebut sebagai hukum emas. Tatanan hukum dunia yang diwarnai dan terinspirasi dengan the Golden rule pastilah bernilai, axiology tinggi.
Banyak filsuf mengajarkan hal yang baik dan indah namun sayang, ajaran yang ideal itu tidak dapat dijalankan oleh si manusia sebagai pencetus teori sebab manusia adalah makhluk yang berdosa dan tidak ideal sehingga terjadilah ketimpangan maka tidaklah heran kalau orang kemudian menghina dan berkata, “Itukan cuma teori belaka“. Ini menjadi kegagalan suatu teori. Berbeda dengan Kristus, Ia mengajarkan hukum Kerajaan Sorga dan sekaligus mengimplikasikannya dengan sempurna tanpa cacat sedikitpun. Hukum Kerajaan Sorga bukan sekedar teori. Pada akhir jaman nanti yang bisa menghakimi dunia hanya Yesus Kristus sebab diri-Nya tidak bercacat. Implikasi Kerajaan Sorga harus dimulai dengan the Lordship of Christ.
Kristus bukan sekedar raja biasa seperti pada umumnya raja-raja di dunia. Jangan samakan Kristus dengan raja dunia dan jangan samakan pula hukum dunia dengan hukum Kerajaan Sorga sebab manusia bisa salah sedang prinsip Kerajaan Sorga adalah kebenaran. Orang selalu menganggap sama antara hukum dunia dengan hukum Kerajaan Sorga, hal ini disebabkan karena manusia tidak dapat melihat adanya perbedaan kualitas. Orang bijak selalu melihat perbedaan tapi orang bodoh hanya melihat kesamaannya saja. Apakah semua kendaraan yang beroda empat dapat dikatakan sebagai mobil? Lalu kenapa harus dibedakan jenisnya? Kristus adalah Raja dan Tuhan sebaliknya raja dunia bukan Tuhan meskipun sama-sama mempunyai atribut sama, yaitu raja namun kualitasnya jauh berbeda. Kristus berhak atas hidup manusia sebab Dialah yang mencipta kita dan Kristus juga telah menebus kita dari dosa. Namun manusia tidak ingin Kristus berkuasa dalam hidupnya – manusia ingin menjadi Tuhan. Melalui ketiga contoh mujizat ini, Matius mengajak para pembacanya bagaimana seharusnya men-Tuhankan Kristus. Manusia seringkali menjadikan mujizat sebagai sarana untuk menunggangi Tuhan dengan kata lain manusia memerintah Tuhan supaya menuruti semua keinginannya. Pertanyaannya siapa yang lebih berkuasa? Manusia atau Tuhan? Ini merupakan pelecehan. Ingat, ujizat yang Kristus kerjakan bukan untuk kepentingan manusia tapi mujizat merupakan manifestasi kedaulatan Allah atas manusia. Kalau kita bandingkan dengan Injil lain yang ditulis oleh Markus dan Lukas maka ada bagian yang oleh Matius memang sengaja tidak ditulis, yaitu bagian dimana murid-murid meminta Yesus untuk datang dan menyembuhkan ibu mertua Petrus. Matius ingin menekankan Kristus sebagai Raja maka semua hal yang membuat negatif konsep itu memang sengaja ia hilangkan. Yesus Kristus adalah Raja maka kedatangan-Nya ke rumah Petrus itu merupakan kehendak Sang Raja. Karena itu dalam menafsirkan Alkitab, kita tidak boleh melepaskan ayat dari keseluruhan kerangka yang ingin dipaparkan oleh penulis. Injil bukanlah kitab sejarah yang hanya sekedar memuat data-data. Tidak! Banyak orang yang bertanya kenapa Injil ada empat dan kenapa isinya berlainan? Pertanyaan ini hanya membuktikan kebodohan orang tersebut. Untuk melihat Yesus Kristus tidaklah cukup kalau hanya satu Injil saja bahkan empat itupun seharusnya masih kurang sebab Kristus terlalu kaya kalau hanya dilihat dari satu dimensi saja.
Kita telah memahami bahwa tiga bagian mujizat yang diungkapkan oleh Matius ini sangat dibenci oleh orang Yahudi sebab: 1) orang sakit kusta dianggap sebagai orang yang dikutuk Tuhan, 2) budak perwira Romawi sebab orang Romawi itu sendiri dianggap orang kafir apalagi kini yang disembuhkan hanyalah seorang budak, 3) ibu mertua Petrus, seorang perempuan yang dipandang sebagai warga kelas dua. Pada bagian yang ketiga ini memang sengaja Matius tulis untuk menunjukkan beberapa aspek, yaitu:
Pertama, Petrus adalah salah satu murid Tuhan Yesus yang setia namun uniknya di seluruh kitab Perjanjian Baru tidak pernah ditulis siapa nama istri Petrus begitu juga dengan nama-nama istri para murid yang lain. Memang benar, Alkitab tidak pernah mencatat nama istri Petrus namun Alkitab mencatat Tuhan Yesus menolong ibu mertua Petrus, ibu dari istrinya. Hal ini bukan berarti Tuhan lebih sayang pria dan membenci wanita. Tidak! Alkitab memberikan bagian yang tepat bagi seorang wanita khususnya istri dimana ordo yang tepat adalah di bawah suami. Konsep ini telah ada dan dicatat sejak Perjanjian Lama. Inilah perbedaan antara Tuhan Yesus dan orang Yahudi pada umumnya dimana orang Yahudi sangat membedakan gender. Tuhan Yesus tidak membedakan pria dan wanita, Dia memandang sama status pria dan wanita, yaitu sama-sama manusia tetapi sekaligus juga berbeda. Wanita tidak mengerjakan tugas pria begitu pula sebaliknya pria tidak mengerjakan tugas wanita – wanita harus tunduk dan taat pada pria dalam hal ini suaminya. Inilah paradoks.
Di dunia timur mempunyai konsep yang sama dengan orang Yahudi, yaitu memandang sangat rendah pada wanita maka konsep dunia barat, menganggap sama antara pria dan wanita terkadang kita sulit untuk membedakannya bahkan di dunia barat, ordo dianggap tidak penting. Maka janganlah kaget kalau ada seorang anak kecil memanggil ayahnya atau orang yang lebih tua dengan menyebut namanya saja. Tuhan Yesus tidak pernah menyebut nama istri Petrus namun bukan berarti Tuhan Yesus tidak peduli. Petrus pun ketika memutuskan untuk mengikut Yesus bukan berarti ia tidak peduli dengan keluarga. Tidak! Petrus sangat peduli pada ibu mertuanya yang sedang sakit demam. Tuhan Yesus adalah seorang Raja maka Ia berhak memakai siapapun untuk turut bersama-Nya membangun Kerajaan-Nya tak terkecuali seorang wanita bahkan seorang perempuan berdosa sekalipun. Namun, perhatikan Tuhan tidak menjadikan wanita sebagai murid dalam arti murid yang berada di lingkaran dalam, inner circle. Apakah itu berarti murid Tuhan Yesus tidak ada yang perempuan? Tidak! Alkitab mencatat ketika Tuhan Yesus hendak naik ke sorga banyak murid-murid perempuan yang mengiring Dia tapi diantara sekian banyak murid perempuan hanya sebagian kecil dari mereka yang namanya dicatat oleh Alkitab.
Ibu mertua Petrus bukanlah seorang perempuan cengeng yang selalu minta dikasihani. Tidak, sakit demam ini menyebabkan ibu mertua Petrus tidak dapat melayani Tuhan Yesus. Sakit demam disini bukanlah sakit demam biasa sebab sakit demam ini dapat mengakibatkan kematian. Alkitab mencatat setelah ia disembuhkan, ia langsung bangun dan melayani Yesus. Perhatikan, cara Yesus menyembuhkan, yaitu memegang tangan ibu mertua Petrus. Budaya jaman itu tidak memperbolehkan seorang pria memegang tangan wanita karena itu dianggap sebagai perbuatan yang najis. Inilah akibatnya kalau dosa sudah membudaya. Sebagai contoh, orang yang mempunyai istri lebih dari satu dianggap tidak berdosa karena hal itu sudah membudaya. Karena itu, berhati-hatilah dengan segal macam pengajaran dunia. Pria dan wanita adalah sama di mata Tuhan namun Tuhan membedakan peranan pria dan wanita. Pria haruslah menjadi pemimpin dan tugas seorang istri adalah mendukung suami dari belakang. Kesuksesan dan kegagalan seorang pria tergantung dari istrinya. Sejarah membuktikan justru orang yang berada di belakang panggung itulah yang menjadi otak dari segala rencana baik dan jahat.
Kedua, Tuhan Yesus mendobrak semua tatanan yang salah pada jaman itu. Cara dan tempat yang orang anggap najis justru di sana Ia datang dan melakukan mujizat. Tuhan Yesus mempunyai kekuatan pengaruh, infuencing power yang besar sehingga orang yang tadinya kotor dan najis kini menjadi tahir. Orang Yahudi mempunyai konsep bahwa segala sesuatu yang dianggap najis pasti akan membuat dirinya kotor dan cemar. Sedikitpun mereka tidak pernah berpikir untuk mempengaruhi orang lain supaya yang kotor menjadi bersih. Tuhan Yesus adalah Raja atas alam semesta dan seluruh umat manusia maka kita tidak bisa mempengaruhi Raja justru kekuatan Rajalah yang mempengaruhi kita. Inilah jiwa seorang Kristen sejati. Sudahkah kita menjadi garam dan terang dunia? Sudahkah kita memberikan pengaruh positif pada orang di sekitar kita? Kekuatan penyembuhan Kristuslah yang mempengaruhi sehingga orang sakit disembuhkan. Sikap yang ditunjukkan ibu mertua Petrus, yaitu ia langsung bangkit dan melayani Yesus hendaklah menjadi teladan bagi kita. Bagaimana sikap kita pada Kristus Sang Penyelamat? Banyak orang yang tidak menunjukkan sikap baik, orang justru ingin meminta lebih dari Tuhan seperti peribahasa Jawa yang mengatakan diberi hati minta rempela. Orang yang menghargai Ketuhanan Kristus dan menyadari bahwa Kristus adalah Tuan yang berhak atas hidup kita maka orang justru akan semakin giat melayani dan taat. Sebuah gereja dikatakan baik dan bertumbuh, idealnya kalau seluruh jemaatnya melayani Tuhan. Sayangnya, tidak semua orang yang ada dalam gereja adalah orang yang diselamatkan karena kemungkinan masih ada orang yang belum mengerti panggilan dengan sungguh. Ingat, adalah tugas setiap anak Tuhan untuk mengabarkan berita Injil ke seluruh dunia.
Ketiga, Apa yang Kristus kerjakan bukanlah hal yang kebetulan sebab Alkitab mencatat semua hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya (Mat. 8:17). Manusia tidak dapat memahami hal ini, manusia hanya melihat pekerjaan-Nya yang di dunia dan orang menganggap apa yang Kristus kerjakan tersebut karena dorongan atau keinginan dari Kristus sendiri. Semua yang Kristus kerjakan sudah direncanakan berdasarkan rencana Ilahi, divine plan sejak kekekalan. Berbeda dengan manusia yang seringkali mengerjakan sesuatu berdasar ambisi pribadi belaka. Orang tidak pernah bertanya apakah yang kita kerjakan itu merupakan kehendak-Nya ataukah kehendakku? Hati-hati, segala sesuatu yang kita kerjakan karena ambisi justru akan menjerumuskan kita ke dalam jurang kehancuran. Alkitab mengajarkan majulah dengan tidak takut dan gentar asal semua itu ada dalam rencana Tuhan, divine plan. Alangkah bahagia hidup kita kalau kita mengerjakan apa yang menjadi kehendak Tuhan. Ingat, adalah anugerah kalau kita diselamatkan oleh iman dan Tuhan ingin supaya kita melakukan pekerjaan baik yang telah dipersiapkan Allah sebelumnya (Ef. 2:8-9). Pertanyaannya adalah apakah pekerjaan yang kita kerjakan sekarang ini termasuk dalam rencana Ilahi? Ataukah kita menunggu dan menunggu sampai Tuhan menanyakan pertanyaan yang sama seperti ketika manusia jatuh ke dalam dosa, “Adam, dimanakah engkau?“ Dalam hal ini, Adam telah mengalami disposisi status, dia tidak berada pada tempat dimana seharusnya ia berada. Ketika Tuhan menyelamatkan kita, Dia mengembalikan status kita ke tempat yang benar, yaitu manusia yang dicipta sesuai dengan gambar dan rupa Allah. Karena Tuhan mengasihi kita, Dia ingin supaya kita tetap berada dalam rencana-Nya sebab keluar dari rencana-Nya akibatnya adalah kematian. Kita ini adalah umat pilihan Allah bagaimanakah respon kita terhadap panggilan-Nya? Sudahkah kita dibentuk oleh Tuhan? Sudahkah kita taat mengerjakan segala sesuatu yang menjadi rencana-Nya? Amin. ?

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)

Sumber :

http://www.grii-andhika.org/ringkasan_kotbah/2005/20050109.htm

No comments: