25 December 2007

Bab 13 : INTI PENYEMBAHAN ?? (Analisa Terhadap Bab 10 Buku Rick Warren)

Bab 13
Inti Penyembahan ??



Pada bab 13 ini, kita akan mencoba menggali masing-masing pengajaran Rick Warren di dalam bab/hari kesepuluh dalam renungan 40 harinya. Penggalian ini bisa bersifat positif maupun negatif dari kacamata kebenaran Firman Tuhan, Alkitab. Mari kita akan menelusurinya dengan teliti berdasarkan kebenaran Alkitab.
Pada bagian ini, seolah-olah pada awal pengajarannya, Warren tidak salah, karena ia mengajarkan, “Inti penyembahan adalah berserah diri.” (Warren, 2005, 85). Kemudian, ia melanjutkan bahwa berserah diri itu adalah istilah yang tidak populer, tetapi menurutnya itu adalah tindakan yang bertanggungjawab dan dilakukan di dalam kasih. Ia juga mengungkapkan bahwa berserah diri melingkupi “penyucian, menjadikan Yesus Tuhan Anda, memikul salib Anda, mati bagi diri sendiri, berserah diri kepada Roh Kudus.

Komentar saya :
Berserah diri memang berarti menjadikan Yesus sebagai Tuhan kita, itu tidak salah. Artinya, kita menjadikan Kristus sebagai Pusat, Penguasa, Tuhan, Raja, Pemerintah di dalam hidup kita dan kita hanya sebagai budak-Nya yang hanya taat mutlak kepada perintah-Nya. Itu benar dan diajarkan oleh Alkitab. Tetapi saya tidak menjumpai kata “berserah diri kepada Roh Kudus” di dalam Alkitab. Alkitab berkata bahwa kita harus menyerahkan diri hanya kepada Kristus, bukan kepada Roh Kudus. Penyerahan diri kita kepada Kristus tentu dapat terjadi melalui karya Roh Kudus yang berinisiatif mencerahkan pemikiran kita.

Kemudian, ia mengajarkan,
Bisakah aku mempercayai Allah ? Percaya adalah unsur yang sangat diperlukan untuk berserah diri. Anda tidak akan berserah diri kepada Allah kecuali jika Anda mempercayai-Nya, tetapi Anda tidak bisa mempercayai-Nya sebelum Anda mengenal Dia dengan lebih baik... Semakin Anda menyadari betapa besarnya Allah mengasihi Anda, semakin mudah penyerahan diri jadinya.
Bagaimana Anda tahu bahwa Allah mengasihi Anda ? Dia memberi Anda banyak bukti : Allah berkata Dia mengasihi Anda ; Anda tidak pernah lepas dari pandangan-Nya ; Dia peduli terhadap hidup Anda sampai hal yang terkecil ; Dia memberi Anda kemampuan untuk menikmati segala macam kesenangan ; Dia memiliki rencana-rencana yang baik untuk hidup Anda ; Dia mengampuni Anda ; dan Dia penuh dengan kasih setia terhadap Anda. Allah mengasihi Anda jauh lebih besar dari apa yang bisa Anda bayangkan.
Pernyataan yang paling hebat tentang kasih Allah kepada Anda ini ialah pengorbanan Anak Allah bagi Anda... Jika Anda ingin mengetahui betapa berartinya Anda bagi Allah, pandanglah Kristus dengan tangan-Nya yang terentang di kayu salib, yang berkata, “Aku mengasihimu sebesar ini ! Aku lebih memilih mati ketimbang hidup tanpamu.”
Allah bukanlah tukang perintah yang keras atau seorang penggertak yang menggunakan kekuatan dengan kasar untuk menekan kita agar tunduk. Dia tidak berusaha untuk menghancurkan kehendak kita, tetapi membujuk kita kepada diri-Nya agar kita bisa mempersembahkan diri kita dengan bebas kepada Dia... Bila kita sepenuhnya menyerahkan diri kita kepada Yesus, kita menemukan bahwa Dia bukanlah seorang tiran, melainkan seorang Penyelamat ; bukan seorang bos, melainkan seorang Saudara ; bukan seorang diktator, melainkan seorang Sahabat... (Warren, 2005, pp. 86-87)

Komentar saya :
Dari empat paragraf ini, marilah kita meninjau pernyataan Warren yang saya telah garisbawahi dari sudut pandang Alkitab melalui kacamata theologia Reformed.
Pertama, memang benar bahwa percaya adalah unsur yang sangat perlu untuk berserah diri. Percaya adalah modal pertama kita hidup. Tetapi yang menjadi permasalahannya, Warren menjelaskan bahwa mempercayai-Nya berawal dari mengenal-Nya, selanjutnya ia berhenti sampai di situ, seolah-olah ia ingin mengajarkan bahwa mempercayai-Nya dan mengenal-Nya itu semua adalah usaha manusia. Pandangan ini jelas salah. Di dalam theologia Reformed, anugerah Allah pasti mendahului respon manusia, yaitu iman. Seorang bisa beriman di dalam Kristus karena Allah memberikan anugerah iman kepada umat pilihan-Nya yang terbatas sehingga mereka dapat meresponinya dengan beriman di dalam Kristus. Kita bisa beriman dan terlebih mengenal-Nya, karena Allah telah mewahyukan diri-Nya secara khusus di dalam Kristus dan Alkitab melalui pencerahan yang Roh Kudus kerjakan di dalam diri setiap umat pilihan-Nya yang telah ditentukan-Nya.
Kedua, dari paragraf kedua, semua bukti yang Warren paparkan tentang kasih Allah kepada manusia selalu positif, dan tidak ada yang “kelihatan negatif”. Ini membuktikan bahwa Warren tidak sepenuhnya mengerti atribut-atribut Allah selain Mahakasih juga Mahaadil dan Mahabijaksana ! Lagipula, ia mengajarkan, “Dia memberi Anda kemampuan untuk menikmati segala macam kesenangan” dengan mengutip 1 Timotius 6:17b, “Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” Tahukah Anda penyakit Warren kambuh lagi yaitu suka memotong ayat Alkitab tanpa melihat keseluruhan konteks dan perikop yang ada ?! 1 Timotius 6:17 secara keseluruhan berkata, “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” Di dalam ayat ini, Paulus ingin memperingatkan Timotius untuk mengajar orang-orang kaya agar tidak sombong dan mengharapkan sesuatu yang tidak pasti, yaitu kekayaan serta mereka boleh berharap kepada Allah yang pasti dapat dipercaya yang memberikan segala sesuatu yang dapat kita nikmati secara berkelimpahan. Ayat ini membandingkan antara harta yang sejati (di dalam Allah) dan harta semu (harta duniawi, misalnya : kekayaan, dll). Lalu, kesenangan ini sengaja tidak diartikan secara jelas oleh Warren. Atau mungkin Warren mengartikan kesenangan sebagai kesenangan berkat jasmaniah, seperti para penyembah “theologia” kemakmuran yang meskipun mereka seringkali menolak disebut penganut “theologia” gila ini (masa ada, maling/pencuri teriak maling, artinya pencuri tidak mungkin mau menyebut dirinya pencuri) ! “Segala sesuatu untuk kita nikmati secara berkelimpahan” jangan diartikan berkat materi. Itu tafsiran sesat yang dipengaruhi oleh materialisme. Arti dari kalimat ini menunjukkan adanya suatu berkat rohani yang lebih berharga ketimbang harta duniawi dan inilah yang disediakan oleh Allah yang hidup.
Ketiga, perkataan “Tuhan Yesus” yang diparafrasekan secara tidak bertanggungjawab, “Aku lebih memilih mati ketimbang hidup tanpamu.” adalah pengajaran yang menyesatkan. Richard M. Bennett (http://www.bereanbeacon.org/articles/rick_warren_purpose_driven.htm) mengungkapkan kritiknya terhadap pandangan gila dari Warren ini,
The height of his glorification of man is found in the statement that makes the personal worth of the reader the purpose of Christ’s death on the cross. In doing so, “self-worth” is pushed to the point not only of perverting the Gospel but also of insulting the Lord Himself. ... These words “I'd rather die than live without you” are part of a lyric of the “backstreet boys.” [
http://sozluk.sourtimes.org/show.asp?t=ill+never+break+your+heart 11/16/04] These words, put into the mouth of the Lord Christ Jesus by Warren, are a blasphemy. Christ Jesus the God-man, does not have a love that is dependant on man. If he had such a dependancy, He would not be God. To teach that the love of the Lord Jesus Christ is unholy, as Warren has, is both an insult and irreverence. It exalts sinful man to a position of control regarding the eternal Son of God. Can such an imagination be anything other than profanity? “He opened his mouth in blasphemy against God, to blaspheme his name.” [Revelation 13:6] (Titik tertinggi dari pemujaannya akan manusia ditemukan di dalam pernyataan yang membuat jasa pribadi dari pembaca terhadap tujuan kematian Kristus di kayu salib. Dengan melakukan demikian, “kepercayaan diri” didorong menuju ke suatu titik yang bukan hanya menyesatkan Injil tetapi juga menghina Tuhan itu sendiri... Kata-kata ini, “Aku lebih baik mati ketimbang hidup tanpamu” adalah bagian dari sebuah lirik dari Backstreet Boys {sebuah grup band muda asal Amerika Serikat} [http://sozluk.sourtimes.org/show.asp?t=ill+never+break+your+heart 11/16/04]. Kata-kata ini, diletakkan ke dalam mulut Tuhan Yesus Kristus oleh Warren, adalah sebuah umpatan terhadap Tuhan. Kristus Yesus adalah Allah—manusia, tidak memiliki sebuah kasih yang bergantung pada manusia. Jika Dia memiliki sebuah kebergantungan demikian, Dia tidak akan menjadi Allah. Dengan mengajarkan bahwa kasih Tuhan Yesus Kristus adalah berdosa, seperti yang Warren lakukan, itu adalah sebuah penghinaan dan ketidaksopanan. Itu memuliakan manusia berdosa kepada sebuah posisi penguasaan pada Anak Allah yang kekal. Dapatkah sebuah imajinasi demikian berarti sesuatu kecuali kata-kata makian ? “Lalu ia membuka mulutnya untuk menghujat Allah, menghujat nama-Nya dan kemah kediaman-Nya dan semua mereka yang diam di sorga.” [Wahyu 13:6])

Keempat, menurut Warren, Allah memang bukan seorang diktator yang kejam, hal ini benar. Tetapi yang mengganjal adalah perkataan Warren yang mengungkapkan bahwa Allah membujuk kita agar bisa mempersembahkan diri kepada-Nya dengan bebas. Ini tidak pernah diajarkan oleh Alkitab. Kalau Allah membujuk, ini membuktikan bahwa Allah memerlukan manusia, sehingga Ia rela “menurunkan” derajat-Nya membujuk manusia agar mereka menyerahkan diri kepada-Nya dengan “bebas”. Penyerahan diri ini bagi saya tidak bebas, tetapi “terpaksa”, karena ada tindakan inisiatif “membujuk” atau istilahnya “memohon”. Yang benar ? Allah memimpin dan menuntun kita untuk bisa berserah total kepada-Nya. Kata “memimpin” atau “menuntun” tidak sama dengan “membujuk”. Kata “memimpin” atau “menuntun” menunjukkan adanya kedaulatan Allah yang berupa anugerah Allah melalui karya pencerahan Roh Kudus yang melahirbarukan umat pilihan-Nya sehingga manusia dapat mengubah hidupnya dari yang kotor menjadi baik dan berserah total kepada-Nya. Penyerahan diri total memang tidak terjadi secara terpaksa, tetapi terjadi atas inisiatif manusia yang telah diterangi hatinya oleh kuasa pencerahan Roh Kudus ! Inilah yang theologia Reformed ajarkan sesuai dengan Alkitab !
Terakhir, menurut Warren, kalau kita sudah menyerahkan diri kepada-Nya, maka kita dapat menemukan bahwa Ia “bukan seorang bos, melainkan seorang Saudara”, padahal sebelumnya ia mengajarkan bahwa berserah diri melingkupi “penyucian, menjadikan Yesus Tuhan Anda, memikul salib Anda, mati bagi diri sendiri, berserah diri kepada Roh Kudus.” Apakah Warren tidak pernah mengerti istilah “menjadikan Yesus sebagai Tuhan” ? Menjadi Yesus sebagai Tuhan atau men-Tuhan-kan Yesus berarti menjadikan Kristus sebagai Raja, Allah, Tuhan, Tuan, Pemilik sekaligus Bos yang menguasai hidup kita. Mengapa pula Warren mengajarkan bahwa Kristus itu bukan bos, tetapi Saudara ?! Ini jelas tidak konsisten dengan pengajarannya sendiri ! Bos yang dimaksud jelas bukan bos yang diktator yang kejam, tetapi Bos itu adalah Bos yang berdaulat pada diri-Nya sendiri sekaligus mengasihi manusia (atribut Allah yang Mahaadil dan Mahakasih).

Setelah itu, ia memaparkan tentang berkat dari berserah diri sebagai berikut,
Alkitab sangat jelas tentang bagaimana Anda memperoleh keuntungan bila Anda sepenuhnya menyerahkan kehidupan Anda kepada Allah. Pertama, Anda mengalami ketentraman :... Selanjutnya, Anda mengalami kemerdekaan : “Serahkanlah dirimu kepada jalan-jalan Allah, maka kemerdekaan tidak akan pernah berhenti...perintah-perintah (-Nya) memerdekakan kamu untuk hidup secara terbuka di dalam kemerdekaan-Nya.” (Roma 6:17 ; The Message)... (Warren, 2005, p. 90)

Komentar saya :
Dasar memang Warren adalah seorang humanis dan utilitarian tulen, sehingga apapun yang dipaparkannya meskipun dengan menggunakan kalimat-kalimat yang indah dan kelihatan “rohani” tetap saja hal-hal tersebut mendatangkan profit atau keuntungan pribadi manusia dengan mengatakan, “Alkitab sangat jelas tentang bagaimana Anda memperoleh keuntungan bila Anda sepenuhnya menyerahkan kehidupan Anda kepada Allah.” Dan tidak tanggung-tanggung, keuntungan yang diperoleh ini berupa kemerdekaan dengan mengutip Roma 6:17 versi The Mesage yang arti sebenarnya kurang tepat dengan bahasa aslinya, Yunani. Paulus mengajarkan di dalam Roma 6:17, “Tetapi syukurlah kepada Allah! Dahulu memang kamu hamba dosa, tetapi sekarang kamu dengan segenap hati telah mentaati pengajaran yang telah diteruskan kepadamu.” Dan ayat selanjutnya, 18, Paulus mengajarkan, “Kamu telah dimerdekakan dari dosa dan menjadi hamba kebenaran.” Kebenaran Kristus memang memerdekakan kita dari dosa, tetapi tidak berarti kita bebas seenaknya sendiri. Kemerdekaan kita memindahkan status kita yang dulu hamba dosa (hamba/mengabdi kepada kejahatan), dan sekarang menjadi hamba (mengabdi kepada) Kebenaran. Kita tetap menjadi hamba, tetapi kita sekarang hamba (Yunani : douloō ; Indonesia : memperbudak) pada Kebenaran (pada ayat 18 dipakai kata douloō—merupakan suatu sikap menghambakan diri pada…, sedangkan di ayat 17 dipergunakan kata doulos—merupakan suatu status).

No comments: