29 November 2007

Matius 7:28-29 : THE QUALITY OF A TEACHER

Ringkasan Khotbah : 14 November 2004

The Quality of a Teacher
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.
Nats: Mat. 7: 28-29

Minggu lalu kita sudah memahami signifikansi dari frasa yang berbunyi: “Dan, setelah Yesus mengakhiri perkataan ini...“ (Mat. 7:28), dimana frasa ini menunjukkan totalitas pengajaran Kristus dengan demikian orang tidak dapat menambahkan atau mengurangi isi dari pengajaran Kristus. Matius ternyata tidak hanya menggunakan frasa ini untuk kumpulan khotbah Tuhan Yesus di atas bukit (Mat. 5-7) yang dikenal sebagai hukum Kerajaan Sorga, the Law of the Kingdom saja melainkan juga untuk menandai kumpulan khotbah Tuhan Yesus yang lain. Sebagai warga Kerajaan Sorga, kita wajib tunduk pada undang-undang Kerajaan Sorga karena melawan undang-undang berarti kita telah melakukan tindakan subversif yang melawan hukum. Alkitab mencatat setelah orang banyak itu termasuk orang Yahudi mendengar khotbah Tuhan Yesus di atas bukit maka takjublah mereka sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa berbeda dengan ahli-ahli Taurat.
Pengakuan ini bukan hanya terjadi pada saat itu atau pada jaman itu saja. Tidak! Di sepanjang sejarah jaman orang mengakui bahwa memang pengajaran Kristus sangatlah indah dan berbeda dengan semua ajaran yang ada di dunia. Namun, ironisnya orang Yahudi yang termasuk golongan orang pandai di dunia justru menolak pengajaran Tuhan Yesus. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana orang banyak itu dapat menyimpulkan bahwa Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa? Ada tiga aspek yang membuat pengajaran Yesus berkuasa, yaitu:
1. Isi Pengajaran Kristus Berkualitas
Setiap kalimat yang diucapkan Kristus mengandung makna yang sangat mendalam sehingga orang harus berpikir apa arti dari perkataan Kristus tersebut. Itulah sebabnya orang merasa takjub sebab Ia mengajar sebagai orang yang berkuasa. Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah... (Mat. 5:3) seharusnya membuat orang bertanya akan apa arti bahagia? Bukankah bahagia merupakan cita-cita setiap orang namun sampai detik ini orang masih mengejar dan mencari kebahagiaan. Kebahagiaan sejati akan kita dapatkan kalau kita taat mutlak pada kebenaran sejati yang Kristus beritakan. Sayang, banyak orang yang menolak pengajaran Tuhan Yesus karena berbeda dengan konsep dunia. Berbahagialah, hai kamu yang miskin... tetapi celakalah, hai kamu yang kaya... (Luk 6:20-26). Yang menjadi pertanyaan adalah ajaran siapa yang benar, ajaran Yesus ataukah ajaran dunia? Memang siapakah Yesus sehingga Dia dapat menjamin hidup kita akan bahagia kalau kita menjadi warga Kerajaan Sorga? Lalu apa hubungannya antara miskin dengan menjadi pemilik warga Kerajaan Sorga? Kalau kita betul-betul memikirkan setiap pengajaran Kristus maka pengajaran itu akan membawa kita masuk dalam kebenaran yang paling asasi dalam hidup dan kita harus mau diubahkan dari semua konsep kita yang salah namun kita menganggapnya sebagai kebenaran.
2. Cara Kristus Mengajar Sederhana
Pengajaran Kristus sangatlah berbobot sebab Ia adalah Sang Kebenaran Sejati dan Ia datang untuk mengajarkan kebenaran-Nya pada dunia. Kristus mengajar dengan sangat sederhana, kalimat-kalimat yang Ia lontarkan singkat tapi mengandung makna yang sangat mendalam berbeda dengan ahli Taurat maupun para imam yang membutuhkan berbagai macam atribut luar seperti kekuasaan supaya orang takjub. Pengajaran Kristus yang sederhana ini hanya dapat dipahami oleh mereka yang diberikan karunia saja karena seringkali pengajaran Kristus bersifat paradoks, paradoxical teaching. Setiap berita yang Kristus sampaikan bukan hanya sekedar informasi belaka. Ajaran Kristus menghadapkan kita pada suatu kebenaran sejati dan menuntut komitmen dari setiap orang yang mendengarnya; apakah orang mau mengikut atau menolak, mau taat atau melawan. Hal inilah yang membuat orang merasa takjub dan mengakui sungguh bahwa Yesus itulah kebenaran sejati dan di kolong langit ini tidak ada orang yang berbicara dengan penuh kuasa seperti halnya Tuhan Yesus.
3. Kritus Mengajar dengan Penuh Kuasa
Setiap kalimat seperti godam yang memukul diri kita sehingga orang dapat melihat bahwa kalimat tersebut keluar dari inner condition, dari diri yang terdalam karena Dia adalah anak Allah. Maka sampailah orang pada kesimpulan bahwa Ia mengajar dengan penuh kuasa membuat hati setiap orang yang mendengarnya menjadi bergetar karena setiap kalimat yang Yesus ucapkan mempunyai kekuatan kuasa dan menuntut komitmen dari kita mau ikut atau melawan Dia. Sebagai warga Kerajaan Sorga, apakah kita telah mempunyai kekuatan kuasa kerygma sehingga berita yang kita sampaikan dapat membawa orang hidup pada kebenaran? Disinilah keunikan setiap orang yang Kristus panggil di dalam Kerajaan-Nya. Kristus ingin supaya kita juga menjadi pembawa berita yang mempunyai kuasa. Seperti halnya orang-orang yang dipanggil di sepanjang jaman untuk menjadi pembawa berita kebenaran di tengah dunia maka sebagai Kristen sejati dan sebagai warga Kerajaan Sorga kita pun harus memberitakan kebenaran pada dunia. Jangan takut dan kuatir karena Tuhan akan memproses kita sehingga kita mempunyai kekuatan dan bijaksana ketika mewartkan berita kebenaran pada dunia. Seperti halnya para murid, ketika Tuhan memanggil merekapun tidak mempunyai kuasa berita namun setelah melalui proses mereka menjadi pemberita Injil yang dipakai Tuhan dengan luar biasa. Inilah fungsi dari pengajaran.
Kita harus kembali pada pengajaran Kristus sebab Tuhan membentuk kita melalui pengajaran dengan demikian kita boleh mengerti bagaimana seharusnya kita hidup seperti yang Tuhan inginkan. Proses pengajaran akan memilah siapa murid sejati dan siapa yang bukan sebab tidak semua orang mengerti pengajaran Kristus. Hanya kepada mereka yang diberikan karunia sajalah yang dapat mengerti rahasia Kerajaan Allah sebab itu kepada orang luar Yesus mengajar dengan perumpamaan supaya sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti (Mat. 10: 10-13). Jadi, bukan karena kepandaian kita kalau kita dapat mengerti pengajaran Firman tapi karena karunia Tuhan.
Ada empat aspek yang dapat menjadikan seseorang mempunyai kuasa dalam perkataannya dan empat aspek ini dibagi lagi menjadi dua golongan dimana golongan pertama terdiri dari aspek pertama dan kedua dan hal ini dapat dilakukan oleh setiap orang yang mendapat anugerah umum namun bagian ini baru menyelesaikan setengah dari kuasa sejati seperti yang Kristus teladankan. Golongan kedua terdiri dari aspek ketiga dan keempat hanya dapat dilakukan oleh orang yang mendapat anugerah khusus dimana hidup dipimpin oleh Firman dan Roh Kudus. Kedua golongan ini ada dalam diri Kristus dan hal inilah yang membuat pengajaran-Nya mempunyai kuasa dan berbeda dengan ahli Taurat.
I. Ketulusan Hati
Tuhan Yesus mengajar dengan ketulusan dan kemurnian hati. Barang siapa mau hidup di dalam Tuhan maka ia harus hidup bersih. Orang yang hidupnya bersih dan tulus maka itu akan memberikan kuasa dalam setiap perkataannya. Mempercayai perkataan seseorang tidaklah mudah, kita harus tahu siapa yang menjadi lawan bicara kita apakah ia memang layak untuk dipercaya? Secara prinsip, setiap orang pasti tahu betul bahwa orang yang suka berbohong tidak layak untuk dipercayai. Alangkah bodohnya, kalau kita mau percaya pada seorang pembohong. Orang-orang demikian tidak mempunyai kuasa dalam perkataannya. Itulah sebabnya ahli-ahli Taurat memanipulasi dan menggunakan cara yang licik supaya orang percaya padanya. Namun Tuhan Yesus berbeda, Ia tidak menggunakan cara-cara licik supaya orang mau mengikut Dia. Tuhan Yesus tahu akan sifat orang Yahudi yang materialis itulah sebabnya kalimat pertama yang keluar adalah: “Berbahagialah orang yang miskin... Kebenaran sejati harus dinyatakan di tengah dunia meski hal ini sangat menyakitkan dan tidak disukai oleh dunia khususnya bagi orang Yahudi. Di dunia ini memang sedikit sekali kita menjumpai ada seorang guru yang mau mengajar dengan motivasi murni dan ketulusan hati. Biarlah kita sebagai orang Kristen kita meneladani Guru Agung itu yang hidup dengan bersih dan tulus dengan demikian setiap perkataan kita mempunyai kuasa sehingga kita menjadi berkat.
II. Altruistik
Sudah menjadi sifat manusia yang humanis dimana segala sesuatu hanya untuk dirinya sendiri. Alkitab justru mengajarkan sebaliknya bahwa segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya (Rm. 11:36). Altruis adalah segala sesuatu selalu memikirkan orang lain sebaliknya egois berarti segala sesuatu adalah untuk diri sendiri. Seorang pengajar yang baik pasti ingin muridnya bertumbuh, si murid memahami kebenaran dan hidup dalam kebenaran dengan demikian si murid bertumbuh dalam iman. Yang dilakukan pertama kali oleh seorang guru sejati adalah mengevaluasi dirinya sendiri kalau muridnya tidak bertumbuh. Seorang guru sejati mau berkorban untuk orang lain. Inilah sifat guru sejati yang altruistik. Seorang guru bukan hanya sekedar mengajar yang sifatnya memberikan informasi belaka. Tidak! Jika memang demikian lalu apa bedanya dengan ahli taurat? Yesus mengajar bukan demi untuk diri-Nya sendiri, Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani, Dia memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Namun sayang, di dunia modern sifat altruis ini tidak dimiliki oleh seorang guru, mereka telah menjadi budak uang. Maka tidaklah heran kalau ada murid atau mahasiswa yang kemudian menghina guru. Kristus mempunyai kuasa yang besar ketika mengajar karena Ia mengajar demi untuk kepentingan murid-murid karena itu hari ini kita mengenal Petrus bukan sekedar nelayan atau Matius bukan lagi si pemungut cukai dan lain-lain kini, mereka menjadi seorang murid yang berhasil. Ketulusan hati dan sifat altruis ini dapat dilakukan oleh orang yang bukan Kristen sekalipun. Dengan kualitas dunia saja kita bisa mempunyai kuasa dalam pengajaran kita. Sangatlah disayangkan kalau kita sebagai anak Tuhan, tidak bisa mempunyai kedua sifat di atas karena sebenarnya Roh Kudus sudah memberikan kepada kita kekuatan dan kuasa untuk kita dapat melakukannya.
III. Hidup yang Sesuai Ajaran
Bukan karena kualitas pengajarannya saja yang menjadikan Kristus mempunyai kuasa tetapi lebih dari itu, yaitu Kristus mengimplikasikan dalam hidup-Nya. Bukanlah hal yang mudah bagi seseorang untuk menjalankan semua teori yang ia ajarkan karena lebih mudah berteori daripada menjalankannya. Hanya orang yang berada dalam Firman dan mau taat dibentuk oleh Tuhan sajalah yang dapat melakukan semua ajaran kebenaran. Inilah bedanya ahli Taurat dengan Tuhan Yesus. Ahli Taurat tahu seluruh isi kitab Taurat tapi ia tidak tunduk pada Taurat sebaliknya ia mengacak-acak Taurat, diri yang lebih berkuasa dari Taurat. Sebaliknya Kristus tidak menyebut diri-Nya ahli Taurat namun ia sudah menjadi ahli Taurat karena Kristus taat mutlak di bawah Taurat. Begitu juga dengan diri kita ketika belajar Firman kalau kita tidak mau tunduk pada Firman maka itu akan menjadikan kita sebagai ahli Alkitab tanpa kita diubahkan dan dibentuk oleh Firman. Tuhan Yesus menegur dengan keras ahli Taurat seperti kuburan di depannya bagus tapi dalamnya busuk. Ingat, kuasa bukan karena atribut luar yang ada pada kita tetapi karena hati kita dihidupkan oleh Roh Kudus, hati kita dididik oleh Firman. Sebagai anak Tuhan sejati, seharusnya kita mempunyai kerinduan untuk melakukan dan taat pada Firman. Kalau kita tidak mempunyai jiwa dan semangat mau melakukan Firman maka bertobat segera minta ampun pada Tuhan. Biarkan Yesus masuk dan bertahta sebagai Tuan dalam hidupmu maka Ia pasti menjadi Juruselamat kita. Hari ini orang sangat egois, mereka hanya mau Kristus sebagai Juruselamat saja tetapi tidak mau menjadikan Ia sebagai Tuan dalam hidupnya.
IV. Hidup Penuh dengan Roh
Kita harus mencontoh teladan Kristus, yaitu seluruh hidupnya dipenuhi oleh Roh Kudus, spiritfully, Ia bersandar mutlak pada pimpinan Roh Kudus. Jangan pernah berpikir bahwa orang pandai pastilah bijak. Pandai tidak sama dengan bijak. Orang pandai biasanya paling mudah dibohongi karena segala sesuatu yang ia lakukan adalah demi supaya orang lain memuji dia. Jadi, logika dan perkataannya sendirilah yang mengontrol seluruh hidupnya. Berbeda kalau kita berada dalam Firman dan mau taat mutlak maka Roh Kudus akan memimpin seluruh hidup kita. Kita akan merasakan dan melihat cara Roh Kudus bekerja yang ajaib dan heran. Tuhan janji Ia akan memberikan pada setiap anak-anak-Nya hidup kuat dan dipimpin oleh-Nya sehingga kita tidak akan mudah digoyahkan selama-lamanya. Sebagai anak Tuhan, kita yang harus mempengaruhi dunia supaya mereka hidup dalam kebenaran bukan sebaliknya. Celakanya, kita lebih mudah terpengaruh oleh segala sesuatu yang sifatnya negatif daripada yang bersifat positif. Hati-hati, jangan mudah tergoda oleh bujuk rayu iblis. Hendaklah kita menjadi garam dan terang dunia sehingga orang yang berada di sekeliling kita akan merasa risih ketika hendak melakukan perbuatan dosa dan lebih baik lagi kalau akhirnya mencegah mereka berbuat dosa.
Biarlah keempat aspek di atas yang menjadi sifat Kristus juga kita miliki dengan demikian kita menjadi berkat bagi dunia yang kacau ini. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :

No comments: