16 June 2007

MELIHAT DIRI DI DALAM ALLAH (Pdt. Erastus Sabdono, M.Th.)

MELIHAT DIRI DI DALAM ALLAH

oleh : Pdt. Erastus Sabdono, M.Th.




Apakah maksudnya melihat diri di dalam Allah ? Melihat diri di dalam Allah disini adalah bercermin kepada Allah. Tujuannya agar kita mengenal siapakah kita sebenarnya. Pengenalan yang benar akan diri sendiri ini akan membuat kita tersungkur menyembah Allah, sebab di sanalah kita dapat melihat dan menikmati karya Tuhan yang agung dan mulia dalam diri kita. Pengenalan yang benar akan diri ini juga akan menjadikan kita sebagai anak-anak Tuhan yang rendah hati.

Hal penting selanjutnya adalah menjawab pertanyaan: “Bagaimana kita dapat mengenal diri dengan benar?” Jawabnya tidak lain adalah bercermin kepada Allah. Agar seseorang dapat mengetahui seperti apa sebenarnya wajahnya, ia harus melihat wajahnya di dalam sebuah cermin. Apa kata cermin tersebut mengenai wajahnya, seperti itulah dia. Demikian juga kita, agar dapat mengenal diri, harus bercermin kepada Allah. Apa kata Allah mengenai kita, itulah kita. Bagaimana kita tahu apa kata Allah mengenai kita? Tidak lain adalah melalui Alkitab, Firman Allah. Di dalam Alkitab Allah memberitahukan dengan jelas siapakah kita. Allah berkata, melalui Alkitab bahwa kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah (Kej 1:26), kemudian yang membuat kita kagum dan terpesona adalah manusia yang segambar dan serupa dengan Allah itu diciptakan dari debu tanah (Kej 2:7), sesuatu yang dianggap tidak berharga. Paulus menyebutnya “bejana tanah liat” (II Kor 4:7), sesuatu yang gampang pecah atau rapuh. Meskipun demikian manusia (kita) itu berharga dan mulia dihadapan Tuhan (Yes 43:4). Manusia itu jatuh dalam dosa dan seharusnya binasa namun karena Kasih-Nya diampuni melalui Korban Yesus Kristus. Alkitab juga mencatat bahwa kita adalah pewaris kerajaan-Nya, Saudara bisa menambahkannya dengan mempelajari Alkitab dengan baik. Itulah saudara dan saya, tidakkah kita bangga memiliki Allah seperti Yesus? Jika kita benar-benar menyadari hal ini kita akan menjadi seorang yang rendah hati. Apa yang bisa diperbuat oleh debu tanah? Bagaimana seseorang yang sudah mati namun oleh kemurahan Allah diberi kehidupan yang baru (Ef 2:1), bisa menjadi sombong hanya karena memiliki banyak harta, jabatan yang tinggi, memiliki kepintaran, dsb ? Bukankan itu namanya tidak tahu diri? Tidak tahu berterima kasih? Dipihak lain mengapa saudara masih merasa kecil hati atau minder hanya karena tidak kaya, tidak cantik..? Dalam Mazmur 8 Daud melihat dirinya kecil tak berarti ketika ia melihat dirinya di dalam matahari, bulan dan bintang (hal-hal materi), tetapi ketika ia melihat dirinya dalam Allah, ia kagum dan berkata: “Apakah manusia sehingga Engkau membuatnya hampir sama dengan Allah?” Oleh sebab itu janganlah melihat diri di dalam hal-hal materi. Akibatnya kita akan menjadikan materi menjadi ukuran siapa diri kita, ada uang kita merasa berharga, tidak ada uang kita merasa orang nista. Jangan juga melihat diri di dalam orang lain atau bercermin kepada orang lain. Sebab kita akan melihat diri kita lebih baik, lebih rohani dari orang lain tersebut. Meskipun ia seorang Pendeta tetap kita akan bisa melihat kelemahannya dan kita merasa lebih baik darinya. Alkitab memberikan contoh kepada kita. Dalam Luk 15 dikisahkan anak sulung yang melihat dirinya di dalam diri adiknya, ia merasa lebih baik dari adiknya, ia berkata : Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, tidak pernah melanggar perintah Bapa, tetapi….(ay 29), Marta juga melihat dirinya di dalam diri Maria, saudaranya, ia melihat dirinya lebih rajin melayani (Luk 10:40), Lukas 18:9-14 juga mencatat bagaimana orang Farisi melihat dirinya di dalam pemungut cukai, ia melihat dirinya lebih rohani. Ia berkata : aku bukan perampok, bukan pezinah, tidak sama dengan pemungut cukai”. Bukankah itu kesombongan yang memuakkan hati Tuhan?

Akhirnya saudara-saudaraku, Lihatlah dirimu di dalam Allah, maka saudara akan melihat betapa berharganya saudara seharga Darah Yesus yang sangat mahal, melangkahlah dan bertumbuhlah dalam kasih karunia dan kebenaran Allah. Tuhan memberkati.


Sumber : http://www.rehobot.net


Profil Pdt. Erastus Sabdono, M.Th. :
Pdt. Erastus Sabdono, M.Th. lahir di Surakarta (Solo), Indonesia pada tahun 1959 dalam sebuah keluarga Kristen yang ketat. Kemudian Beliau mengenal Tuhan Yesus secara pribadi dan bertobat setelah melewati masa muda yang kelabu.
Pada tahun 1976, Beliau mengambil keputusan melayani Tuhan sepenuh waktu. Tahun 1981 Beliau menyelesaikan studi S1 di bidang Teologia dan memperoleh gelar Sarjana Teologia di Institut Teologia dan Kejuruan Indonesia (ITKI), Jakarta. Dan oleh anugerah Tuhan, Beliau menyelesaikan S2 (Master of Theology) di STT Jakarta pada 1993.
Tuhan mengaruniakan kepadanya istri bernama Suharni Liberty dan dua orang anak: Stephen dan Fani.
Saat ini Beliau menggembalakan Gereja Bethel Indonesia (GBI) Jemaat Rehobot - Rehobot Ministry di Jakarta dan menjabat sebagai Ketua Seminari Bethel Petamburan. Di samping sebagai pembicara dan penceramah seminar-seminar Kristiani berskala nasional, Beliau juga menjabat sebagai dosen, dan pertengahan Agustus 2004 dipercaya menjabat sebagai Rektor ITKI, Jakarta.

No comments: