29 May 2007

Roma 1:26-27 : MURKA ALLAH TERHADAP KEBEBALAN MANUSIA-2

Seri Eksposisi Surat Roma :

Realita Murka Allah-4



Murka Allah Terhadap Kebebalan Manusia-2

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 1:26-27



Pada ayat 24-32, saya membagi murka Allah kepada kebebalan manusia menjadi tiga bagian, yaitu murka Allah yang menyerahkan mereka kepada keinginan hati yang jahat/cemar (ayat 24), hawa nafsu yang busuk (ayat 26) dan pikiran-pikiran yang terkutuk (ayat 28). Pada bagian ini, saya akan membahas murka Allah bagian kedua yaitu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang buruk. Pada ayat 26, Paulus mengajarkan, “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sebab isteri-isteri mereka menggantikan persetubuhan yang wajar dengan yang tak wajar.” Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) mengartikannya, “Karena manusia berbuat yang demikian, maka Allah membiarkan mereka menuruti nafsu mereka yang hina. Wanita-wanita mereka tidak lagi tertarik kepada laki-laki seperti yang lazimnya pada manusia, melainkan tertarik kepada sesama wanita.” King James Version menerjemahkannya, “For this cause God gave them up unto vile affections: for even their women did change the natural use into that which is against nature:” Pada BIS, ayat ini lebih jelas artinya. Menurut versi BIS, manusia itu berbuat dosa dahulu, barulah Allah menghukum mereka dengan membiarkan mereka menuruti hawa nafsu mereka yang hina. Setiap dosa mereka yang merupakan penyimpangan dari kehendak Allah pasti dihukum dan mendapat murka Allah. Kata “hawa nafsu” bisa berarti nafsu birahi atau perasaan emosional. Hawa nafsu manusia bisa sedemikian hina karena pengaruh dosa yang masuk ke dalam diri manusia. Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah. Mereka dikaruniai mahkota ciptaan yang harus menjalankan mandat dari Allah sebagai nabi, imam dan raja. Seorang apologet Reformed, Dr. Cornelius Van Til dalam bukunya The Defense of The Faith menjelaskan secara ringkas ketiga mandat Allah bagi manusia ini,
As a prophet man was to interpret this world, as a priest he was to dedicate this world to God and as a king he was to rule over it for God. (=Sebagai seorang nabi, manusia ada untuk menafsirkan dunia, sebagai seorang imam, dia ada untuk mempersembahkan dunia ini kepada Allah dan sebagai seorang raja, dia ada untuk memerintah atas dunia bagi Allah.) (Til, 1967, p. 14)

Mandat untuk mengusaha dan memelihara alam serta mandat lainnya dari Allah diberikan pertama kali kepada Adam, manusia pertama (Kejadian 2:15), baru setelah itu wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan (Kejadian 2:18). Tentu, Adam akan memberitahu Hawa tentang ketiga mandat dari Allah tersebut. Mengapa Adam memberitahu Hawa ? Karena Hawa adalah penolong yang sepadan dengannya atau boleh dikatakan bagian dari hidupnya. Di dalam Kejadian 2:23, Adam berseru, “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.” Bahasa Ibrani untuk menyatakan “tulang dari tulangku dan daging dari dagingku” menggunakan tambahan kata yang artinya bagian dari (a part of). Ini membuktikan bahwa perempuan adalah bagian dari laki-laki. Bagian ini seringkali dimengerti bukan bagian dari kaki atau kepala, tetapi bagian dari daging dan tulang, yang menunjukkan bagian penting di dalam hidup manusia. Oleh karena itu, wanita/perempuan menjadi bagian penting yang menolong pria/laki-laki dalam menjalankan mandat dari Allah. Dan juga, wanita diciptakan untuk menjadi penolong yang sepadan dengan pria. Sehingga Allah berkata, “Itulah sebabnya orang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya, dan bersatu dengan istrinya, lalu keduanya menjadi satu.” (Kejadian 2:24 ; BIS) Tetapi akibat dosa, perempuan tidak lagi mau bersatu dengan pria, tetapi bersatu dengan perempuan juga. Itu yang sedang dipaparkan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma ini. Kota Roma seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya dipenuhi dengan kebudayaan kafir (Gentiles) yang penuh dengan penyembahan berhala dan perempuan sebagai manusia yang dijadikan bahan pelampiasan nafsu birahi masyarakat Roma. Sehingga tidak heran Paulus di dalam surat-suratnya baik kepada jemaat di Korintus memperingatkan bahwa perempuan tidak boleh mengajar di dalam jemaat. Bukan hanya itu saja, akibat merosotnya kebudayaan kafir tersebut, perempuan pun tidak lagi memiliki harkat sesuai penciptaan Allah, mereka malahan lebih gila lagi melampiaskan nafsu (nafsu yang hina/tidak berharga/memalukan dan menjijikkan) bukan kepada pria sebagai suami tetapi kepada sesama wanita. Inilah budaya lesbian yang sudah ada di zaman Paulus hidup dan diteruskan sampai abad sekarang ini. Mengapa muncul budaya lesbian ? Bisa karena pengaruh lingkungan. Tetapi intinya penyimpangan-penyimpangan tersebut terjadi akibat dosa. Dosa mengakibatkan manusia tidak lagi mengerti jati dirinya di hadapan Allah, sehingga mereka berlaku seenaknya sendiri terhadap jati diri yang Ia telah tetapkan dan ciptakan. Sehingga tidak heran, kebingungan jati diri dan bahkan gender menjadi masalah di dalam dunia berdosa ini. Terhadap manusia yang sudah kehilangan jati diri akibat mereka sendiri yang menolak bersekutu dengan-Nya, maka Allah menimpakan murka dan hukuman-Nya kepada mereka. Orang-orang lesbian adalah orang-orang yang patut dimurkai oleh Allah, bukan karena orang-orangnya, tetapi dosa lesbiannya. Oleh karena itu, kita patut mendoakan orang-orang yang tercemar oleh budaya lesbian agar mereka boleh bertobat dan kembali kepada Kristus yang menjadi patron mereka diciptakan (Roma 8:29). Sebaliknya, terhadap budaya lesbian kita harus menolak dan menentang sesuai kebenaran Alkitab, meskipun budaya ini mendapatkan hak asasi untuk hidup di dalam dunia berdosa ini.

Bukan hanya wanita yang suka dengan sesama wanita, pria pun, dinyatakan oleh Paulus, juga suka dengan sesama pria. Pada ayat 27, Tuhan berkata melalui Paulus, “Demikian juga suami-suami meninggalkan persetubuhan yang wajar dengan isteri mereka dan menyala-nyala dalam berahi mereka seorang terhadap yang lain, sehingga mereka melakukan kemesuman, laki-laki dengan laki-laki, dan karena itu mereka menerima dalam diri mereka balasan yang setimpal untuk kesesatan mereka.” atau terjemahan BIS mengartikannya, “Lelaki pun begitu juga; mereka tidak lagi secara wajar mengadakan hubungan dengan wanita, melainkan berahi terhadap sesama lelaki. Laki-laki melakukan perbuatan yang memalukan terhadap sesama laki-laki, sehingga mereka menerima pembalasan yang setimpal dengan perbuatan mereka yang jahat itu.” Dosa bukan hanya menguasai perempuan, laki-laki pun juga demikian. Laki-laki yang seharusnya menjadi kepala atas wanita dan mengasihi wanita (Efesus 5:23,25 ; seperti figur Kristus adalah Kepala jemaat yang mengasihi jemaat), tetapi akibat dosa, laki-laki tidak menjalankan mandat dari Allah, malahan berbuat dosa dengan mencintai sesama laki-laki lain. Oleh karena itu kepada laki-laki yang demikian, Kitab Taurat memperingatkan, “Apabila seorang laki-laki bersetubuh dengan laki-laki lain, mereka melakukan perbuatan yang keji dan hina, dan kedua-duanya harus dihukum mati. Mereka mati karena salah mereka sendiri.” (Imamat 20:13 ; BIS). Hukuman bagi para pria yang suka dengan sesama pria lebih berat ketimbang hukuman kepada perempuan yang suka dengan sesama perempuan. Mengapa ? Karena pria dituntut tanggung jawab yang lebih berat yaitu sebagai Kepala, tetapi pria tidak mempertanggungjawabkan tugas sebagai Kepala tersebut, sehingga Allah menghukum mereka lebih berat. Budaya homo pun sudah ada di zaman Paulus, atau mungkin sekali di dalam zaman Musa ketika menuliskan kitab Taurat ini. Mengapa Allah memperingatkan tentang adanya hukuman mati bagi para homo ? Karena Allah ingin ciptaan-ciptaan-Nya kembali kepada natur mereka sesuai dengan gambar dan rupa Allah pada mulanya. Bisakah manusia baik laki-laki dan perempuan kembali kepada natur aslinya dengan caranya sendiri? Tidak mungkin bisa. Jalan keluarnya ? Paulus mengatakannya di dalam Roma 5:10, “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” Dosa (termasuk di dalamnya tidak mengerti jati diri sesungguhnya) mengakibatkan kita menjadi seteru atau musuh Allah. Jalan satu-satunya keluar dari dosa dan akibat-akibatnya adalah dengan bertobat dan kembali kepada Kristus Yesus, Tuhan. Mengapa ? Karena menurut Dr. Cornelius Van Til dalam bukunya The Defense of The Faith, “...Christ came to restore us to true knowledge, righteousness and holiness (Col. 3:10 ; Eph. 4:24)” (=Kristus datang untuk memulihkan kita menuju kepada pengetahuan, kebajikan dan kekudusan yang benar (Kolose 3:10 ; Efesus 4:24).) (Til, 1957, p. 13). Kristus datang untuk memulihkan dan membawa kita kepada pengetahuan, kebajikan dan kekudusan yang benar tentang Allah dan di hadapan Allah. Ketika kita tidak mengerti jati diri kita akibat dosa yang membelenggu kita, bertobatlah dari dosa-dosa kita dan kembalilah kepada Kristus. Pertobatan kita bisa terjadi ketika Roh Kudus telah melahirbarukan kita sehingga kita bisa percaya di dalam Kristus. Kristus memulihkan kita dan memberikan pengertian kita tentang jati diri kita. Seperti kata Calvin, dengan mengenal Allah, kita mengenal diri. Mengapa harus mengenal Allah baru dapat mengenal diri ? Karena Allah yang menciptakan kita maka Ia pula lah Sumber Pengetahuan sejati yang patut memberikan penjelasan tentang jati diri manusia, dan bukan manusia itu sendiri dengan cara psikologi, dll yang menjelaskan tentang jati diri manusia. Lebih dalam lagi, dengan mengenal Kristus yang bernatur 100% Allah dan 100% manusia dan juga terlibat di dalam penciptaan, kita dimampukan mengerti kebenaran penciptaan kita sehingga penebusan Kristus yang bukan hanya berkaitan dengan keselamatan, tetapi juga meliputi seluruh ciptaan Anda (penebusan kosmik) juga bisa mempengaruhi seluruh hati, pikiran, perkataan dan tentunya perbuatan kita. Penebusan Kristus membuat hidup kita semakin lama semakin menyerupai-Nya, di mana hidup kita semakin lama semakin kudus, berguna, adil, bijaksana dan mengasihi orang lain dengan kasih Kristus. Dengan mengenal Kristus dan menerima-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi di dalam hidup kita, kita semakin mengerti posisi dan jati diri kita entah itu sebagai pria yang menjadi Kepala atas wanita, maupun wanita/istri yang harus tunduk kepada pria/suami (Efesus 5:22-33). Ordo atau urutan ini dapat terjadi dalam diri manusia dengan beres ketika Kristus sudah menuntaskan karya penebusan-Nya dan kita menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita (kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia).

Hari ini, dunia kita sedang mengalami kebingungan tentang jati diri mereka, sehingga tidak heran program-program pengembangan diri (human potential development) menjadi laku keras, meskipun tidak ada isinya yang bermanfaat. Maukah kita yang belum menerima Kristus kembali kepada-Nya ? Dengan kembali kepada Kristus, Anda tidak lagi menemukan kebingungan menemukan jati diri Anda, karena Kristus sudah menebus dosa-dosa manusia dan membawa mereka kepada pengetahuan yang sejati tentang Allah yang menciptakan mereka. Soli Deo Gloria. Solus Christus.

No comments: