01 April 2012

Bagian 16: Karunia Menasihati (Rm. 12:8)

MENGENAL KARUNIA-KARUNIA ROH KUDUS

Bagian 16: Karunia Menasihati (Rm. 12:8)

oleh: Denny Teguh Sutandio

Setelah mengajar, maka Paulus menyebut karunia yang lain yaitu menasihati. Kata Yunani yang dipakai adalah παρακαλν (parakalōn) yang merupakan kata kerja participle, present, aktif, nominatif, maskulin, tunggal dari kata παρακαλω (parakaleō) yang berarti request, urge; comfort[1] (meminta/memohon, mendesak/mendorong; menghibur/membantu). Kata ini atau bentuk kata bendanya yaitu παράκλησις (paraklēsis) merupakan istilah yang paling penting untuk berbicara dan mempengaruhi di dalam Perjanjian Baru.[2] Kata παρακαλν (parakalōn) sendiri selain di Roma 12:8, dipakai 8x di dalam Perjanjian Baru, yaitu di: Matius 8:5[3]; Markus 1:40[4]; Lukas 3:18[5]; Kisah Para Rasul 16:9[6]; 2 Korintus 1:4[7]; 7:6[8]; 1 Petrus 5:12[9]; dan Yudas 1:3[10]. Perbedaan terjemahan dari kata ini disesuaikan dengan konteksnya, sehingga ketika kata ini muncul di Roma 12:8 dengan konteks berbagai macam karunia di dalam satu tubuh Kristus (Rm. 12:3-5), maka tentu saja terjemahannya bukan karunia memohon, tetapi lebih tepat karunia menasihati atau mendorong/memberikan dorongan. ESV, NASB, dan RSV menerjemahkannya, “exhorts” (menasihati/mendorong), KJV menerjemahkannya, “exhorteth”, ALT, EMTV, LITV, dan YLT menerjemahkannya, “exhorting”, NIV dan ISV menerjemahkannya, “encouraging”.

Di dalam Perjanjian Lama, kata ini diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani sebagai: nam dapat dijumpai di dalam Ayub 29:25.[11]

Lalu, apa artinya karunia menasihati/memberi dorongan ini? Bukankah karunia ini mirip dengan karunia mengajar di ayat 7? Secara tujuan utama, karunia ini mungkin sama yaitu untuk mendidik jemaat untuk memuliakan Allah (perhatikan konteks Rm. 12), namun dari tujuan langsungnya, karunia mengajar berfungsi untuk memberi instruksi, informasi, dan menjelaskan iman Kristen kepada jemaat, sedangkan karunia karunia menasihati bertujuan secara praktis untuk mendorong jemaat yang telah diajar tersebut untuk taat kepada Kristus dan Alkitab.[12] Misalnya, orang yang diberi karunia mengajar melakukan tugasnya yaitu mengajar jemaat dengan prinsip-prinsip iman Kristen, contoh: Allah itu adalah Allah yang berdaulat yang menciptakan, menebus, dan menyempurnakan umat-Nya, lalu orang yang diberi karunia menasihati/memberi dorongan melakukan tugasnya yaitu mendorong jemaat yang telah diajar dengan prinsip-prinsip tersebut untuk mempraktikkannya dengan setia dan taat kepada Allah dan firman-Nya. Di sini, kita melihat adanya kemiripan antara karunia menasihati ini dengan jabatan gembala-pengajar seperti yang telah diuraikan di bagian sebelumnya (Bagian 15: Karunia Mengajar).



[1] Horst Balz dan Gerhard Schneider, ed., Exegetical Dictionary of the New Testament Vol. 3, hlm. 23.

[2] Ibid.

[3] LAI: “memohon”.

[4] LAI: “memohon”.

[5] LAI: “nasihat”.

[6] LAI: “berseru”.

[7] LAI: “menghibur”.

[8] LAI: “menghiburkan”.

[9] LAI: “menasihati”.

[10] LAI: “menasihati”.

[11] LAI: “menghibur”. ESV, NIV, RSV, dan YLT: “comfort”.

[12] C. E. B. Cranfield, A Critical and Exegetical Commentary on the Epistle to the Romans, hlm. 623.

No comments: