16 August 2009

Roma 16:3-5a: SALAM KEPADA SAUDARA SEIMAN-2: Akwila dan Priskila

Seri Eksposisi Surat Roma:
Penutup-8


Salam Kepada Saudara Seiman-2: Akwila dan Priskila

oleh: Denny Teguh Sutandio



Nats: Roma 16:3-5a.



Tokoh saudara seiman dan sepelayanan Paulus kedua yang akan kita soroti adalah Priskila dan Akwila (ay. 3-5a). Di ayat 3 dan 4, Paulus mengatakan, “Sampaikan salam kepada Priskila dan Akwila, teman-teman sekerjaku dalam Kristus Yesus. Mereka telah mempertaruhkan nyawanya untuk hidupku. Kepada mereka bukan aku saja yang berterima kasih, tetapi juga semua jemaat bukan Yahudi.” Siapa Priskila dan Akwila? Dokter Lukas memberikan keterangan mengenai siapa mereka di dalam Kisah Para Rasul 18:2-3, “Di Korintus ia berjumpa dengan seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-sama tukang kemah.” Dari keterangan dua ayat ini, kita mendapatkan gambaran bahwa Akwila dan Priskila adalah orang Yahudi yang pertama-tama tinggal di Roma, namun karena kaisar Klaudius mengusir semua orang Yahudi dari Roma, maka mereka tinggal di Korintus. Lukas mencatat pekerjaan mereka sama dengan pekerjaan Paulus, yaitu tukang kemah. Dr. John Gill di dalam tafsiran John Gill’s Exposition of the Entire Bible menelusuri arti kata Akwila. Akwila, menurut Dr. Gill, adalah nama dari Roma yang diberikan kepadanya atau nama Roma yang ia pilih sendiri. Bahasa Latinnya Aquila yang artinya elang (an eagle). Nama ini dalam bahasa Ibrani, Nesher. Dalam bahasa Yunani, dipakai kata Akilas dari kata Akylios dan kata ini berasal dari kata Akylos yang menunjuk pada buah/biji pohon ek (an acorn). Akwila dikatakan berasal dari Pontus. King James Version (KJV) menerjemahkannya, “born in Pontus” (lahir di Pontus). Berarti Akwila lahir di Pontus, tinggal sementara di Roma, kemudian baru pindah ke Korintus. Pontus sebagai tempat kelahiran Akwila, menurut Dr. John Gill, adalah sebuah negara di wilayah Asia. The People’s New Testament menjelaskan bahwa Pontus adalah sebuah provinsi yang besar di sebelah tenggara Euxine Sea. Lalu, kita beralih ke sosok Priskila. New International Version (NIV) Spirit of the Reformation Study Bible menafsirkan bahwa Paulus sungguh-sungguh menggunakan nama Prisca ketimbang nama panggilannya Priskila seperti yang digunakan oleh Lukas. (Kis. 18:2, 18, 26) Robertson’s Word Pictures menjelaskan mengenai nama ini, “Prisca is a name in the Acilian family and the Prisci was the name of another noble clan.” (=Prisca adalah sebuah nama dalam keluarga Acilian dan Prisci adalah nama dari kaum bangsawan lainnya.) Di sini, kita mendapat gambaran bahwa kemungkinan sekali Priskila adalah keturunan bangsawan. Lalu, kita mungkin bertanya, bagaimana mereka bisa bertobat dan percaya kepada Kristus? Beberapa penafsir yang tafsirannya saya baca tidak memberikan keterangan tambahan mengenai hal ini, hanya mereka menafsirkan mungkin sekali mereka bertobat pada waktu Pentakosta di mana waktu itu, orang-orang Yahudi dari Pontus berkumpul (Kis. 2:9).


Sosok dua pasangan suami istri ini adalah sosok yang dikenal Paulus selama pelayanannya di Korintus. Bagi Paulus, kedua pasutri ini bukan pasutri biasa, namun pasutri yang bagi Paulus mencintai Tuhan dan jemaat-Nya. Oleh karena itu, Paulus menyebut mereka sebagai kawan sekerjanya di dalam Kristus dan ia menyebutkan pengorbanan mereka bagi hidup Paulus. Mempertaruhkan nyawa atau KJV, “Who have for my life laid down their own necks”, menurut Dr. John Gill, tidak boleh diterjemahkan literal/harfiah. Pernyataan ini hanyalah sebuah ekspresi yang menunjukkan bahwa Akwila dan Priskila adalah orang yang mau meresikokan hidupnya demi pelayanan Paulus. Apa yang dilakukan mereka berdua sehingga Paulus memuji pengorbanan mereka? Dr. John Gill menafsirkan bahwa mungkin sekali ini dikarenakan mereka berdua telah membantu Paulus dalam menangani perlawanan orang Yahudi yang hendak membawa Paulus ke tempat pengadilan Galio sebagai gubernur Akhaya (bdk. Kis. 18:12-18). Pengorbanan mereka berdua ini mendapat pujian terima kasih dari Paulus dan juga semua jemaat non-Yahudi. Apakah berarti jemaat non-Yahudi juga ditolong Akwila dan Priskila? TIDAK. Beberapa tafsiran yang saya baca menjelaskan bahwa para jemaat non-Yahudi juga berterima kasih kepada Akwila dan Priskila karena para jemaat ini ikut merasa bersukacita dan berterima kasih karena pengorbanan Akwila dan Priskila bagi rasul mereka, Paulus. Berarti ada unsur persaudaraan di dalam tubuh Kristus waktu itu.


Dari sosok Akwila dan Priskila, kita bisa belajar tentang arti pelayanan. Pelayanan sering kali dimengerti sebagai sebuah aktivitas yang rutin dilakukan oleh orang Kristen. Ternyata, bagi Akwila dan Priskila, pelayanan bukan sekadar aktivitas, tetapi panggilan. Meskipun profesi mereka adalah tukang kemah, tetapi mereka tetap melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh. Hal ini terbukti dengan kesetiaan mereka mengikuti Paulus sampai mereka tiba di Efesus (bdk. Kis. 18:19). Bagaimana dengan kita? Kita sering kali mengomel dan bersungut-sungut ketika melayani Tuhan. Kita sering tidak puas dengan rekan sepelayanan kita. Kita terlalu memusingkan hal-hal luar ketika kita melayani Tuhan. Belajarlah dari Akwila dan Priskila. Mereka tidak memusingkan hal-hal luar ketika melayani Tuhan. Mereka lebih memperhatikan kesetiaan dan kesungguhan hati melayani-Nya.


Cinta Tuhan yang Akwila dan Priskila tunjukkan juga ditandai dengan kesungguhan mereka membina dan menampung jemaat Tuhan. Paulus mengatakannya di Roma 16:5a, “Salam juga kepada jemaat di rumah mereka.” Hal ini juga ditegaskan Paulus di dalam 1 Korintus 16:19. Kata “jemaat” di sini tentu tidak berarti jemaat/gereja secara organisasi/tempat, tetapi secara individu, karena pada waktu itu, gereja/jemaat bukan dimengerti secara tempat seperti sekarang. Dengan kata lain, “jemaat” di sini bisa berarti kumpulan orang yang percaya kepada Kristus. Salah satu contohnya adalah Apolos yang berasal dari Aleksandria adalah orang Yahudi pertama yang mereka bina/ajar tentang Jalan Allah (Kis. 18:24-26). Dari sini, kita belajar jiwa dan semangat pemberitaan Injil dan pengajaran ada di dalam diri mereka berdua. Mereka bukan hanya setia mengikuti Paulus, mereka juga bersemangat memberitakan Firman Tuhan, meskipun mereka berprofesi sebagai tukang kemah. Ini menjadi pelajaran buat kita. Kita yang berprofesi apa pun memang tidak dipanggil oleh Tuhan untuk melayani di mimbar gereja atau lainnya, tetapi Ia memanggil kita melayani-Nya dengan sungguh-sungguh. Teladan Akwila dan Priskila mengajar kita bahwa melayani Tuhan bukan sekadar aktivitas, namun panggilan dan panggilan itu direalisasikan dengan semangat memberitakan Firman. Berarti, kronologisnya: panggilan Tuhan à melayani Tuhan sambil memberitakan Firman-Nya.


Sudahkah kita melayani-Nya sambil memberitakan Firman-Nya? Kiranya Tuhan menolong kita mengerjakan panggilan-Nya. Amin. Soli Deo Gloria.


No comments: