11 January 2009

Matius 12:15a-21: NUBUAT DAN SEJARAH ALLAH (Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.)

Ringkasan Khotbah: 26 November 2006

Nubuat & Sejarah Allah
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Matius 12:15a-21



Pendahuluan
Bukanlah hal yang mudah bagi orang Yahudi untuk mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan bahkan ketika Tuhan Yesus menyatakan Diri sebagai Tuhan atas Sabat sebab bagi mereka hukum Sabat itulah “Tuhan“ dan mereka menganggap dengan melakukan hukum Sabat, mereka telah mencapai kesalehan. Orang Yahudi juga memandang rendah dan hina pada Tuhan Yesus. Karena itulah, Matius mengutip kitab Yesaya dimana kitab Yesaya menjadi jembatan dengan demikian orang dapat melihat Ketuhanan Kristus dalam aspek hukum dan kehidupan. Pernyataan: “Inilah hamba-Ku yang Ku-pilih,...dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa,“ pernyataan ini sangatlah dipahami oleh orang Yahudi sebab pernyataan itu mengingatkan mereka akan kedatangan Mesias yang diidamkan.
Tidaklah mudah bagi seseorang untuk membongkar konsep yang selama ini mereka anggap sebagai kebenaran, diperlukan suatu kerendahan hati dan ketaatan untuk seseorang dapat diubahkan dan kembali pada kebenaran sejati. Belajar dari sejarah merupakan salah satu langkah untuk kita dapat diubahkan namun Heigel mengungkapkan bahwa dalam kehidupan manusia, orang perlu belajar satu hal dari sejarah, yaitu: manusia tidak pernah mau belajar dari sejarah. Banyak faktor yang menyebabkan manusia tidak mau kembali pada sejarah salah satunya karena banyak peristiwa dalam sejarah itu telah diselewengkan. Sejarah bukan lagi sebuah rangkaian fakta yang bersifat obyektif tetapi sejarah adalah interpretasi terhadap fakta dan bersifat subyektifitas. Sebagai contoh, sejarah Indonesia akan menghasilkan fakta yang berbeda kalau ditulis oleh orang Indonesia atau orang Belanda. Masih hangat di ingatan ketika Habibie menuliskan sebuah buku tentang peristiwa Mei 1998 dan buku itu langsung menuai protes.

Ada dua sikap yang ditunjukkan oleh manusia karena ketidaksukaannya pada sejarah:
1. Melupakan sejarah dan mengacu pada kekinian dan masa depan.
Orang tidak suka jika dibawa pada masa lampau, orang hanya mau tahu kejadian hari ini atau kejadian masa depan; masa lalu itu dirasakan sangatlah menyakitkan. Orang berharap masa depan akan lebih baik, orang tidak sadar ia terjebak dalam kecelakaan yang lebih parah. Ingat, di dunia ini tidak ada satu pun manusia yang tahu apa yang terjadi di masa depan. Manusia mencoba menipu diri dengan mengatakan bahwa hari ini lebih baik dari kemarin, dunia semakin hari semakin maju. Benarkah dunia semakin maju? Sadarlah, dunia tidak bertambah maju tapi sebaliknya bertambah mundur dan rusak; moral semakin rusak, kualitas hidup semakin merosot.

Manusia telah jatuh ke dalam dosa maka tidaklah heran kalau orang lebih mudah terpengaruh dan diajak melakukan perbuatan dosa daripada melakukan hal yang benar, yang suci dan yang adil. Kerusakan moral turut mempengaruhi konsep berpikir dan banyak aspek hidup, antara lain: aspek ekonomi, sosial, hukum, relasi dengan manusia, dan lain-lain. Cara orang menilai keadilan menjadi kacau, orang melihat suatu keagungan seni juga menjadi rusak. Di dunia modern, siapa yang dapat menciptakan lagu yang agung dan indah seperti yang pernah digubah oleh G. F. Haendel, J.S. Bach, Mozart, Beethoven? Jawabnya: tidak ada. Ironis, hari ini justru orang lebih suka musik liar daripada musik yang agung dan indah. Dahulu, orang membangun dengan sangat teliti dan detail dan hasilnya bisa kita nikmati hari ini seperti Northedamn Church, St. Peter Cathedral karena semua itu didasari atas motivasi untuk kemuliaan Tuhan. Namun hari ini kita mendapati bangunan arsitektur yang kacau. Inilah gambaran dunia berdosa yang rusak moral, dunia semakin hari semakin hancur.

Kalau kita jujur, masa lalu itu lebih baik dari sekarang namun orang tidak mau melihat ke masa lalu, orang hanya mau melihat kekinian karena dengan itu, mereka merasa diri hebat, Sesungguhnya, mereka tidak sadar kalau kehebatan itudalam kebodohan mereka. Orang juga tidak mau belajar dari sejarah karena manusia seperti ditelanjangi kebobrokan dirinya seperti yang diungkapkan oleh Heigel akibatnya orang mencoba menipu diri dengan mengatakan bahwa hari ini lebih baik dari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini. Kekristenan tidak mengajarkan kita untuk menipu diri. Tidak! Kekristenan mengajak kita untuk kembali melihat sejarah namun dari perspektif yang berbeda, yakni dari kacamata Tuhan. Sejarah adalah Tuhan yang bernubuat dan menyatakan apa terjadi dalam setiap momen sejarah, ini mau menunjukkan bahwa Dia adalah Allah yang berdaulat mengatur sejarah dimana kesementaraan berada di tangan kedaulatan-Nya.

2. Mereinterpretasi sejarah berdasarkan kebobrokan masa kini.
Orang menyadari bahwa fakta sejarah tidak mungkin dihilangkan maka cara supaya orang tidak kembali pada sejarah dengan menghancurkan sejarah dengan cara menginterpretasi sejarah dengan menggunakan konsep language game seperti yang diajarkan posmodern. Sebagai contoh, sebuah buku yang berjudul Sejarah Tuhan yang ditulis oleh Karen Armstrong, sejarah direinterpretasi dengan salah sehingga orang yang tidak memahami sejarah akan melihat gambaran Allah yang rusak dan dalam buku itu digambarkan agama tidak lebih hanyalah sebuah alat yang dipakai untuk kepentingan politik, egoisitas manusia, keuntungan diri maka gambaran sejarah masa lampau itu tidak ubahnya seperti gambaran bejat manusia pada hari ini. Perhatikan, itu bukan sejarah Tuhan tetapi sejarah iblis! Begitu juga dengan lukisan Last Supper yang dilukis oleh Leonardo Da Vinci telah diinterpretasi salah seolah-olah Kristus melakukan tindakan amoral meskipun Dan Brown si penulis buku itu telah membuat pernyataan bahwa semua itu hanya fiksi belaka namun cerita fiksi itu telah meracuni dan merusak manusia. Kita tidak tahu apa yang menjadi tujuan Dan Brown menuliskan hal ini, apakah dia ingin sekedar mencari uang dan mendapatkan keuntungan ataukah dia sengaja hendak mempermainkan sejarah Kristus yang agung dan anggun? Inilah gambaran dunia berdosa yang sangat mengerikan. Dengan merusak sejarah, dunia mendapatkan suatu kepuasan karena telah sukses merusak dan mempermainkan sejarah.
Sebuah fakta sejarah barulah dikatakan sah apabila sejarah kembali pada Tuhan Allah sang pemilik dan pengatur sejarah. Sejarah adalah apa yang Allah nyatakan di tengah dunia dan sejarah harus diinterpretasi dari sudut pandang Tuhan. Untuk mengerti sejarah, orang harus kembali pada Tuhan, orang harus menyadari keberdosaannya terlebih dahulu dan orang harus ditundukkan di bawah otoritas Tuhan Sang Pemilik Sejarah. Matius mengajak para pembaca untuk mundur ke belakang supaya orang dapat melihat bagaimana Tuhan bekerja dan bertindak dalam setiap momen – dari sana terbentanglah sejarah Kerajaan Allah dari Alfa sampai Omega. History is His story.

Iman Kristen melihat sejarah berbeda dengan dunia, yaitu:
1. Sejarah sejati adalah sejarah Kristus.
Dia menetapkan sejarah mulai dari titik awal, Alfa sampai titik akhir, Omega. Allah menegaskan bahwa orang percaya atau jemaat atau ekklesia adalah orang yang ditarik keluar, call out dari lumpur dosa dan dibawa masuk dan hidup dalam sejarah Kerajaan Sorga. Tuhan mempunyai misi bagi orang percaya dalam jalur Kerajaan Sorga. Dunia semakin hari semakin rusak tetapi Allah yang berdaulat atas sejarah mempunyai satu benang merah yang merupakan rangkaian karya Allah yang tentang His story. Sejarah adalah sejarah Kerajaan Sorga yang menggenapkan rencana Allah. Bak sutradara film, dalam hal ini ia berperan seperti “tuhan kecil“ yang membuat sebuah sejarah fiktif. Dia harus membuat dua alur cerita dimana satu alur utama dan satu alur figuran. Tentu saja, sejarah utama diperankan oleh peran utama akan selalu dijaga sedemikian rupa oleh sang sutradara dimana sang pemeran utama tidak akan mati sampai akhir cerita karena ia harus menyampaikan pesan dari sang sutradara sedangkan peran figuran hanya mendukung supaya sang pemeran utama tersebut dapat mencapai misi dari sang sutradara.
Tuhan membawa kita dalam sejarah yang riil, bukan layaknya sebuah film yang hanya khayalan belaka. Hidup orang percaya adalah hidup yang riil dan Tuhan mau menyatakan apa yang menjadi rencana-Nya; setiap orang yang Tuhan panggil keluar berarti ia dipanggil untuk menjalankan misi Tuhan. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah apakah kita berada dalam garis benang merah yang Tuhan rancangkan ataukah kita hanya seorang figuran? Tuhan tidak menjadikan setiap anak-Nya seperti layaknya sebuah robot. Tidak! Tuhan ingin setiap anak Tuhan itu hidup dalam sejarah Kerajaan Allah dengan hidup taat. Tuhan kumpulkan sekelompok orang yang tersisa, remnant untuk menjalankan misi Tuhan dan Dia jagai sedemikian rupa supaya tetap berada dalam sejarah Tuhan. Biarlah kita menyadari kalau Tuhan panggil kita diantara sekian juta manusia itu menjadi sukacita tersendiri dalam hidup kita karena Tuhan berkenan memakai kita untuk menjalankan misi-Nya. Tuhan adalah Tuan dan kita hanyalah hamba-Nya itu berarti kita harus taat mutlak pada-Nya sebab Dia akan memimpin dan mengatur langkah hidup kita untuk tetap berada dalam sejarah Tuhan. Alkitab membentangkan sejarah dari beribu-ribu tahun yang lalu dan membuktikan bahwa sejarah itu berada dalam pemeliharaan dan kedaulatan Allah.

2. Tuhan adalah Tuhan yang berdaulat atas sejarah.
Alkitab menegaskan setiap nubuatan Allah pasti akan digenapi; tidak ada satu pun manusia yang dapat membatalkannya. Manusia tidak dapat menggagalkan kedaulatan Allah. Teologi Reformed sangat menekankan kedaulatan Allah dan hal ini tidaklah disuka. Orang berpendapat bahwa kalau dirinya yang menentukan maka segala sesuatu akan menjadi lebih baik. Pemikiran yang salah! Bayangkan, apa yang terjadi kalau kita mempunyai “tuhan“ yang plin plan, tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana akibatnya dunia menjadi kacau dan rusak. Orang akan memakai hukum survival of the fittest – yang kuat dia yang menang. Dunia modern pikir kalau Tuhan tidak ada maka dunia akan menjadi lebih baik. Sejarah membuktikan atheisme maupun dualisme tidak menjadikan hidup manusia bahagia. Tidak! Filosofi Jawa sangat memahami bahwa dualisme akan berakibat kematian, ha na ca ra ka/da ta sa wa la/ pa da ja ya nya/ma ga ba ta nga yang artinya di tengah dunia ini ada dua pihak saling berhadapan, keduanya sama kuat dan akhirnya kedua-duanya mati. Inilah fakta dunia berdosa. Betapa mengenaskan dan menyedihkan hidup orang yang lemah dan miskin jika berlaku hukum survival of the fittest sebab mereka pasti akan binasa. Dunia membutuhkan suatu otoritas yang berdaulat mutlak dimana manusia harus tunduk pada Dia yang berdaulat.

Sebagai contoh, seorang penjual es sangat menginginkan terik panas matahari sebaliknya seorang penjual jas hujan sangat berharap turunnya hujan maka kalau Tuhan tidak berdaulat dan mudah diatur oleh manusia pastilah akan kebingungan, tidak tahu harus mengabulkan keinginan siapa antara penjual es atau penjual jas hujan. Puji Tuhan, kita mempunyai Allah yang berdaulat, Dia mempunyai otoritas untuk memutuskan dan menjalankan apa yang menjadi kehendak-Nya saja. Hal ini menjadi kekuatan bagi kita untuk melangkah sehingga kita tidak takut ketika kita hidup di tengah dunia karena kita tahu kita mempunyai Tuhan yang menjadi sandaran hidup dan kita tahu kita berada dalam garis sejarah Tuhan. Namun ingat, sebagai anak Tuhan bukan berarti kita tidak mengalami kesulitan dan penderitaan. Tidak! Orang Kristen maupun non Kristen juga mengalami kesulitan dan penderitaan hanya bedanya, orang Kristen mempunyai kekuatan atau sandaran sehingga mengalami kesulitan tidak akan goyah karena Tuhan ada bersama dengan anak-Nya dan Dia adalah Allah yang berdaulat yang berkuasa atas sejarah. Ingat, kita hanyalah budak, Dia adalah Tuhan berarti kita harus taat mutlak pada perintah dan pimpinan-Nya.

3. Demonstrasi kemenangan keadilan Allah.
Banyak orang yang salah menginterpretasi Mat.12:20 sebab orang memutus sebagian ayat, yakni: “bulu yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya.“ Ayat ini diinterpretasi salah bahwa Allah pasti akan menolong orang-orang yang berada dalam kesulitan, tidak akan dibiarkan padam. Perhatikan, ayat ini tidak berhenti sampai disini tetapi masih ada kelanjutannya, yaitu: 1) sampai Ia menjadikan hukum itu menang, 2) dan pada-Nyalah bangsa-bangsa akan berharap. Yang dimaksud dengan buluh yang patah terkulai itu adalah orang-orang yang tertindas dalam kebenaran maka saat itu Tuhan akan menjadi Pembela atas mereka. Kalau kita berbuat dosa dan kita berada di luar jalur pemeliharaan Tuhan maka hidup kita sengsara dan itu memang patut kita terima karena semua itu adalah hasil dari perbuatan dosa yang kita lakukan.

Hati-hati, di tengah dunia ini kita berhadapan dengan suatu realita yang sangat ironis, dimana orang tidak lagi mempedulikan orang lain, demi mendapatkan keuntungan diri orang melakukan segala cara termasuk menipu dengan licik bahkan orang tidak peduli meski orang lain menjadi korban. Orang berpendapat bahwa orang lemah dan miskin akan merugikan maka mereka haruslah dikorbankan. Ingat, Tuhan yang mengasihi adalah Tuhan yang menyediakan neraka bagi mereka yang tidak berada dalam sejarah Kerajaan Sorga. Jangan pernah berpikir Tuhan dapat dipermainkan dimana orang yang hanya ingin berkat tapi ketika mengalami kesulitan, orang meninggalkan Tuhan.

Hanya mereka yang berada dalam jalan Tuhan dan setia pada kebenaran maka Tuhan akan menjaga dan membela dan kita akan peroleh kemenangan. Inilah pengharapan sejati. Percayalah kalau Tuhan sudah janji, Dia tidak akan pernah ingkar akan janji-Nya. Sudahkah kita men-Tuhankan Kristus dalam seluruh aspek hidup kita? Men-Tuhankan Kristus berarti bersandar mutlak pada kedaulatan Allah. Tuhan tidak menjadikan kita seperti robot. Tidak! Tuhan memberikan akal budi sehingga kita dapat memutuskan antara mengikut Tuhan berarti taat dan berada dalam sejarah Kerajaan Sorga ataukah keluar dari jalur Tuhan? Ingat, setiap keputusan kita akan mengakibatkan hasil dan kitalah sendiri yang menanggungnya. Firman Tuhan melalui Yosua telah mengingatkan pada kita: “Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah;...tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!“ (Yos. 24:15).

Kristus sebagai Tuhan janganlah dimengerti sebatas pengetahuan atau teori tetapi Kristus Tuhan berarti Dia memimpin setiap langkah hidup kita dan kita harus taat mutlak pada Allah yang berdaulat. Biarlah Firman Tuhan boleh menyadarkan kita untuk kembali pada kebenaran sejati karena di dalam Dialah ada pengharapan sejati; Dia tidak akan pernah membiarkan anak-anak-Nya yang sejati sampai terkulai;“buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya sampai Ia menjadikan hukum itu menang.“ Amin

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: