10 November 2008

Roma 11:25-27: "ISRAEL" SEJATI ATAU PALSU-19: Konsep Keselamatan dan Anugerah-1

Seri Eksposisi Surat Roma :
Doktrin Predestinasi-17


“Israel” Sejati atau Palsu-19 (Penutup) :
Konsep Keselamatan dan Anugerah-1


oleh: Denny Teguh Sutandio


Nats: Roma 11:25-27


Setelah menjelaskan tentang anugerah Allah bagi orang non-Yahudi dan nasihat Paulus agar mereka tidak berbangga diri di ayat 19 s/d 24, maka ia membukakan pengajaran tentang rahasia mengapa mereka tidak boleh berbangga diri mulai ayat 25. Alasan pertama terletak pada ayat 25-27.

Di ayat 25, Paulus mengatakan, “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk.” Sekali lagi, Paulus menasihatkan orang-orang non-Yahudi agar tidak berbangga diri atau menganggap diri pandai atau dari bahasa Yunani dapat diterjemahkan jangan mengandalkan dirimu/mereka (Hasan Sutanto, Perjanjian Baru Interlinear, 2003, hlm. 860). Lalu, apa yang harus mereka lakukan? LAI hanya memberi penjelasan bahwa mereka tidak boleh menganggap diri pandai, lalu disambung dengan nasihat Paulus agar mereka mengetahui rahasia ini. King James Version menerjemahkan, “For I would not, brethren, that ye should be ignorant of this mystery,” (=Karena aku tidak ingin, saudara-saudara, bahwa kamu mengabaikan misteri ini,). International Standard Version (ISV) memberi terjemahan hampir sama, “For I do not want you to be ignorant of this secret, brothers,” (=Karena aku tidak ingin kamu mengabaikan rahasia ini, saudara-saudara,). Di sini, kita mendapatkan gambaran lebih jelas maksud Paulus bahwa ia tidak ingin orang-orang non-Yahudi mengabaikan rahasia. Rahasia apa? Rahasia Allah. Rahasia tentang apa? Rahasia tentang predestinasi. Hal ini dijelaskan bahwa sebagian dari Israel telah menjadi tegar (=dikeraskan) sampai jumlah orang-orang non-Yahudi telah masuk. Jika kita memerhatikan struktur bahasa Indonesia, kedua hal ini tampak sama, sama-sama menggunakan kata “telah”, tetapi jika kita memerhatikan struktur bahasa Inggris, apalagi Yunani, maka kita dapat menemukan perbedaan waktu di antara dua hal. Literal Translation of the Holy Bible (LITV) menerjemahkan, “that hardness in part has happened to Israel until the fullness of the nations comes in;” Dalam struktur bahasa Yunani, has happened menggunakan bentuk perfect, sedangkan comes in menggunakan bentuk Aorist. Hal ini bisa dimengerti artinya dalam terjemahan LITV ini, yaitu Allah pertama kali mengeraskan hati sebagian Israel secara jasmani terlebih dahulu sampai Ia memasukkan orang-orang non-Yahudi dalam jumlah yang lengkap. Apa yang kita bisa pelajari dari ayat ini?
Pertama, predestinasi dan reprobasi. Hal pertama yang bisa kita pelajari adalah sentralitas Allah di dalam hal keselamatan. Di sini Paulus mengatakan bahwa pengerasan terhadap sebagian Israel terjadi terlebih dahulu. Jika kita memerhatikan struktur bahasa Yunani, maka “terjadi” di sini menggunakan bentuk aktif. Dengan kata lain, Allah lah yang mengeraskan hati sebagian orang Yahudi secara fisik. Hal ini dilakukan dalam konteks keselamatan. Allah berdaulat mengeraskan hati orang-orang yang bukan merupakan umat pilihan-Nya, sedangkan Ia juga berdaulat menarik umat pilihan-Nya TANPA paksaaan kepada-Nya. Dengan kata lain, predestinasi mencakup pemilihan dan penolakan (reprobasi). Kepada orang pilihan-Nya, Ia memimpin hidup mereka, sedangkan kepada orang-orang sisanya (tentu merupakan orang yang ditolak-Nya), Ia mengeraskan hati mereka dan membiarkan mereka. Ia mengeraskan hati orang yang ditolak-Nya dengan cara Ia sengaja membiarkan orang-orang tersebut tidak meresponi apa-apa ketika Injil diberitakan atau bahkan terang-terangan menolak dan menghina Injil dan Kristus. Realita yang terjadi adalah hal ini banyak (tidak semua) terjadi pada orang Yahudi. Bagaimana dengan kita? Perhatikan: tidak semua orang Kristen adalah anak Allah! Dengan kata lain, ada orang Kristen yang bukan umat pilihan Allah, mungkin sekali umat yang tertolak tetapi masih indekos di dalam Kekristenan. Apa ciri-ciri yang membedakan dua orang ini? Memang sangat sulit membedakannya, tetapi kunci pembedanya hanya satu yaitu masalah hati. Itu mungkin tidak bisa diuji oleh orang lain, tetapi merupakan masalah pribadi. Mari kita menguji masing-masing hati dan motivasi kita. Sungguhkah kita memiliki hati dan motivasi yang murni ketika melayani Tuhan? Ataukah kita terpaksa melayani Tuhan? Jika kita melayani Tuhan dengan hati dan motivasi ingin mencari kepentingan diri, merasa diri layak, dll, waspadalah, kita mungkin tidak sedang melayani Tuhan, tetapi ambisi diri. Jangan-jangan, kita mungkin termasuk golongan yang tidak dipilih Allah tetapi masih mengklaim diri “melayani Tuhan” bahkan naik mimbar berkhotbah. Orang yang jelas-jelas ditolak Allah adalah orang yang tidak menghargai kedaulatan Allah di dalam seluruh kehidupannya (bukan hanya masalah di dalam konsep/teori saja). Seperti sebagian Israel yang dikeraskan hatinya oleh Tuhan, orang yang ditolak Allah juga adalah mereka yang dikeraskan hatinya agar tidak taat kepada Allah yang berdaulat, tetapi memenuhi keegoisan diri (utilitarian). Waspadalah!

Kedua, adanya kaum sisa (remnant). Kalau di poin pertama, kita belajar aspek negatif, yaitu Allah mengeraskan hati orang-orang sisa yang tidak dipilih-Nya, maka di poin ini, kita belajar aspek positif yaitu apa yang Allah kerjakan di dalam umat pilihan-Nya. Poin kedua yang bisa kita pelajari adalah tentang pemilihan Allah yang melampaui pemikiran kita dan apa yang dilakukan-Nya bagi umat pilihan-Nya. Tuhan membalikkan semua paradigma dan penafsiran Israel pada zaman dahulu. Dulu Israel berpikir bahwa merekalah bangsa/umat pilihan Allah. Tetapi sebenarnya tidaklah demikian. Allah justru membalikkan pemikiran mereka dengan mengeraskan hati sebagian Israel yang tidak taat dan tetap membiarkan sisanya menjadi umat-Nya yang sejati yang nantinya digabungkan dengan orang-orang non-Yahudi. Di sini, Allah memilah sendiri mana yang menjadi umat-Nya yang sejati dengan mengeraskan hati orang Yahudi, sedangkan sisa dari orang yang tidak setia dipelihara-Nya sampai akhir. Poin pertama dan kedua sama-sama berbicara mengenai “sisa”. Di poin pertama, sisa berbicara mengenai sisa secara otomatis dari orang-orang yang tidak dipilih-Nya. Sisa di sini berbicara bukan dalam arti harfiah secara kuantitas, tetapi sisa di poin kedua berkaitan dengan kuantitas dan esensial. Sisa di poin pertama adalah sisa yang berkuantitas banyak dan menjadi mayoritas di mata manusia (tetapi tidak di mata Allah), sedangkan sisa di poin kedua adalah sisa yang benar-benar sisa/minoritas di mata dunia (tetapi mulia di mata Allah). Di poin kedua ini, sisa yang minoritas itulah umat pilihan-Nya di dalam Kristus yang setia dan taat mutlak kepada Kristus. Hal ini akan membedakan mereka dari orang “Kristen” yang ternyata bukan umat-Nya yang mengklaim diri “Kristen” bahkan “melayani Tuhan”, tetapi hidup mereka lebih menuruti kehendak diri ketimbang kehendak-Nya. Di sini, Tuhan TIDAK pernah menuntut kuantitas banyak, tetapi kualitas (dengan kuantitas yang tidak banyak). Perhatikan apa yang Alkitab ajarkan. Dari Perjanjian Lama, Allah sudah mengajarkan bahwa Ia lebih melihat hati ketimbang hal-hal luar. Sampai Perjanjian Baru, Kristus sendiri mengajar bahwa ada dua jalan, yaitu: jalan yang lebar permulaannya, namun sempit pada akhirnya dan menuju pada kebinasaan, sedangkan jalan yang sisanya adalah jalan yang sempit pada mulanya, namun lebar pada akhirnya dan menuju kepada kekekalan. Jalan yang pertama banyak dilalui oleh orang (=mayoritas), karena jalan ini tampak menyenangkan. Tetapi mereka tidak menyadari akhir dari jalan itu. Sedangkan jalan yang kedua sedikit dilalui oleh orang (=minoritas), tetapi mereka akan menemui kekekalan yang penuh sukacita. Termasuk jenis orang Kristen manakah kita? Apakah kita termasuk orang yang mengikuti jalan pertama yang ikut arus dunia (=mayoritas) ataukah kita termasuk orang yang mengikuti jalan yang kedua yang tidak mau ikut arus dunia, tetapi ikut Tuhan saja (=minoritas)? Jika kita pilih jalan yang kedua, kita pasti dihina oleh banyak orang dengan segudang alasan yaitu kurang gaul, sok suci, dll, tetapi percayalah, tujuan akhir yang kita dapatkan lebih mulia daripada mereka semua. Itulah harga dan salib yang harus kita terima sebagai orang minoritas. Maukah kita berkomitmen melakukannya?


Dari Perjanjian Lama, Paulus melanjutkan pengajarannya di ayat 26 dan 27 tentang dua poin tentang keselamatan yaitu sentralitas Kristus dan peran aktif Roh Kudus.
Di ayat 26, Paulus mengatakan, “Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: "Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub.” Ayat ini harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena jika tidak, ayat ini akan mengakibatkan pengajaran dispensasionalisme yang mengajarkan bahwa nantinya Israel secara bangsa akan diselamatkan kelak di zaman Kerajaan 1000 tahun, akibatnya kaum Zionis “Kristen” saat ini menanti-nantikan kedatangan Kristus kedua kali di Yerusalem. Padahal ayat ini tidak menuju ke arah situ. Seluruh Israel akan diselamatkan tidak berarti seluruh Israel secara jasmani, tetapi menunjuk kepada Israel rohani yaitu semua umat pilihan-Nya dari semua bangsa. Hal ini ditekankan Paulus dengan mengutip Yesaya 59:20, “Dan Ia akan datang sebagai Penebus untuk Sion dan untuk orang-orang Yakub yang bertobat dari pemberontakannya, demikianlah firman TUHAN.” Konteks Yesaya 59 sedang membicarakan kebebalan Israel (baca mulai ayat 2), tetapi ada janji Allah bagi umat-Nya mulai ayat 19 yang disusul dengan ayat 20 bahwa Allah akan datang sebagai Penebus untuk Sion dan bagi orang-orang Yakub (Israel) yang bertobat dari pemberontakannya. Ayat ini jelas merujuk kepada Kristus sebagai Penebus Israel yang menyelamatkan umat-Nya dari pemberontakan dosa. Di dalam Kristus inilah, semua Israel (rohani) akan diselamatkan. Itu artinya. Jadi, yang ditekankan Paulus bukan Israel dan Kerajaan Allah secara harfiah dan jasmaniah, tetapi Israel dan Kerajaan Allah secara rohani di dalam Kristus. Di tengah pemberontakan dosa, Allah itu setia, Ia memberi jalan keselamatan dari setiap pemberontakan. Hal ini membuktikan kasih setia-Nya sekaligus keadilan-Nya. Sebagai bukti kasih setia-Nya, Ia berdaulat memilih beberapa manusia yang berdosa untuk menjadi umat-Nya, dan membuang/menolak sisanya. Sebagai bukti keadilan-Nya, Ia menuntut pertanggungjawaban dari setiap dosa yang diperbuat oleh orang yang tidak dipilih-Nya. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita bersyukur atas anugerah-Nya yang telah menarik kita dari dunia kegelapan menuju kepada terang Allah yang ajaib?


Bukan hanya di dalam Kristus, keselamatan bagi umat-Nya juga meliputi karya Roh Kudus. Paulus menjelaskan di ayat 27, “Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka.” Ayat ini dikutip dari Yeremia 31:33-34 yang berbicara mengenai perjanjian baru bagi Israel, “Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka."” Apakah yang Paulus maksudkan di Roma 11:27 tadi yang dikutip dari Yeremia 31:33-34?
Pertama, kovenan baru di dalam Firman melalui Roh Kudus. Bangsa Israel adalah bangsa yang menerima wahyu Allah di dalam Taurat dan Perjanjian Lama. Mereka mempelajari Taurat sejak kecil, tetapi sayang tidak mengerti esensinya, sehingga mereka berdosa ketika mereka mencoba mempraktikkannya dengan pengertian yang salah. Oleh karena itulah, Ia berjanji akan menaruh Taurat-Nya di dalam batin umat-Nya dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Ia akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Nya, sehingga mereka tidak perlu diajar tentang Tuhan, karena Taurat-Nya sudah ada di dalam umat-Nya. Di sini, kita belajar tentang wahyu Allah secara khusus di dalam Kristus dan Alkitab. Melalui Kristus, kita bisa mengenal Allah. Melalui Roh Kudus, kita bisa mengenal Kristus dan Kristus bertakhta di dalam hati kita sebagai Raja, Tuhan, dan Pemilik hidup kita. Melalui Alkitab, kita dicelikkan hati dan pikiran kita oleh Roh Kudus tentang betapa agungnya keselamatan kita dan apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Di sini, fungsi Roh Kudus ada dua, yaitu melahirbarukan kita sehingga kita bisa bertobat kepada Kristus, dan mencerahkan hati dan pikiran kita melalui Alkitab yang Ia wahyukan sendiri.

Kedua, pemeliharaan kovenan Allah. Allah yang telah memberikan janji bagi umat-Nya, Ia jugalah yang akan memeliharanya. Sehingga Tuhan sendiri di Yer. 31:34 berjanji bahwa Ia akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka. Berarti, kovenan yang telah Ia berikan bagi umat-Nya, akan Ia pelihara sampai akhir, sehingga kovenan Allah itu kekal. Providensia kovenan Allah membuktikan bahwa Allah itu setia pada janji-Nya dan inilah pengharapan keselamatan kita. Kalau Allah tidak setia, apa gunanya kita berharap kepada “Allah” yang plin-plan dan ambigu? Puji Tuhan! Di dalam Alkitab, kita beriman di dalam Allah yang setia. Setia dalam terjemahan Yunani bisa diterjemahkan beriman atau dapat diandalkan (trustworthy). Lalu, bagaimana Allah memelihara kovenan-Nya? Melalui Roh Kudus, Allah memelihara kovenan keselamatan bagi umat-Nya dengan memimpin setiap langkah hidup kita agar kita hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan kata lain, Roh Kudus memimpin kita terus menyangkal diri dan memikul salib serta mengikut-Nya setiap hari. Atas anugerah pimpinan Roh Kudus lah, kita bisa hidup memuliakan-Nya. Hal ini yang memungkinkan dan mendorong kita semakin hidup mencintai-Nya dan firman-Nya dengan bersaksi bagi-Nya di dalam kehidupan kita sehari-hari.


Kita sudah belajar tentang kedahsyatan pikiran Allah dan 2 hal tentang keselamatan, sudahkah hati kita bersyukur dan semakin digentarkan untuk bersaksi bagi-Nya? Biarlah perenungan tiga ayat ini membukakan pikiran kita tentang betapa agungnya pemikiran Allah dan keselamatan yang telah Ia buat bagi kita serta mendorong kita mewartakan Injil Kristus kepada mereka yang belum percaya. Amin. Soli Deo Gloria.

1 comment:

Anonymous said...

Silakan dibaca artikel dari Martyn LLoyd Jones atas konsep "all jews shall be saved". http://www.cwi.org.uk/Heralds/Archives/Lloyd-Jones.htm
Akan menambah wawasan anda.

Saya sependapat dengan MLJ bahwa akan terjadi pertobatan masal bangsa Israel di akhir zaman nanti.

Para teolog reformed menginterpretasikan "israel rohani" di ayat Roma 11 itu tanpa melihat bahwa di tahun 1948 Israel telah muncul lagi sebagai suatu negara. Ini kesalahan mereka.

God has not finished dealing with the jews. Nubuatan tentang Jerusalem sebagai a cup of trembling tengah digenapi. Suatu saat Allah akan mengubah ketegar tenguk-an bangsa Israel.