13 October 2008

Matius 11:25-26: KRISTUS SEBAGAI PUSAT HIDUP-7

Ringkasan Khotbah : 9 Juli 2006

Kristus sebagai Pusat Hidup (7)
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 11:25-26



Pendahuluan
Tema keseluruhan dari Injil Matius 11 ini adalah hidup yang berpusat pada Kristus dimana sebagai warga Kerajaan Sorga kita harus hidup dalam kebenaran-Nya. Bukanlah hal yang mudah memahami kebenaran-Nya, karena itulah Matius 11:25 diberikan supaya kita semakin mengerti kebenaran-Nya dan bagaimana kita seharusnya berespon dengan tepat atas semua realita yang terjadi di dunia. Di Mat. 11:25 seharusnya ada dua kata kerja, yaitu: “menjawab/berespon“ dan “berkata“ namun kata yang paling penting, yaitu “respon“ malah dihilangkan. Respon ini diungkapkan oleh Tuhan Yesus dengan kalimat yang sangat mengejutkan di ayat 25 dan 26. Tentu saja, orang sangat kaget karena konsep mereka tentang mujizat sangat berbeda dengan apa yang Tuhan ungkapkan. Mereka pikir orang yang mendapat mujizat adalah orang yang rohani dan disayang Tuhan tapi ternyata mereka yang mendapat mujizat justru mendapat hukuman. Tuhan tahu apa yang menjadi motivasi mereka mengikut, yakni karena orang merasa diuntungkan. Tuhan tahu motivasi buruk mereka itu maka Ia pun menegur dengan keras namun ironis, orang tidak berterima kasih dan bertobat karena disadarkan akan kesalahannya. Tidak! Alkitab mencatat mereka justru pergi dan meninggalkan Yesus (Yoh. 6).
Manusia sulit menerima konsep kebenaran sejati karena bertentangan dengan konsep manusia berdosa. Seharusnya momen dimana kita menyadari bahwa konsep kita berbeda dengan Kristus itu menjadikan kita bertobat. Sungguh amatlah disayangkan, hari ini jarang kita temui seorang Pengkhotbah yang mengkhotbahkan ayat-ayat Firman Tuhan yang berbicara dengan keras seperti di Injil Mat. 11:20-24 atau Luk. 6:20-26 karena mereka takut “kehilangan“ pengikut dan sebagai gantinya, ayat-ayat yang menegur dan menyinggung keduniawian itu dihilangkan. Dan sebagai gantinya, orang mulai menyelewengkan Firman dan mulai mengajarkan paham hedonisme. Paham hedosnisme mengajarkan hidup di dunia ini hanya sekali dan besok mati karena itu, orang harus bisa menikmati segala kenikmatan yang ditawarkan dunia. Orang tidak menyadari ada kehidupan lain setelah kematian yang telah menanti, yakni kematian kekal atau sukacita kekal. Waspadalah, dunia berusaha membalik semua konsep kebenaran yang diajarkan oleh Kristus; dengan segala cara setan berusaha membuat manusia jauh dari Kebenaran sejati termasuk orang-orang Kristen.
Di tengah segala terpaan dan arus dunia yang semakin kacau ini, Tuhan Yesus mengajak kita untuk berespon dengan tepat terhadap suatu realita yang sedang kita hadapi atau yang sedang ada di hadapan kita. Merupakan suatu kesalahan fatal kalau meresponi suatu realita dengan konsep pemikiran duniawi atau perasaan duniawi kita sebab itu menjadi titik kehancuran kita. Ingat, jangan pernah berpikir untuk mengalahkan Kebenaran sejati, manusia yang tidak mau kembali pada Tuhan justru akan hancur. Hendaklah sebagai anak Tuhan, kita harus berpikir dan berlaku seperti Kristus dan apa yang Kristus rasakan maka kita pun harusnya merasakan hal yang sama. Berhentilah dengan segala pemikiran kita yang salah, berhentilah dengan semua pemikiran duniawi yang bersifat kedagingan berdosa, berhentilah berespon dengan memakai perasaan. Hendaklah dalam hidupmu kamu memiliki pikiran dan perasaan yang sama seperti yang ada dalam Kristus. Lalu apa yang menjadi respon Kristus dan bagaimana Dia berespon?
Perhatikan, respon yang ditunjukkan Yesus berbeda dengan cara manusia berespon bahkan cenderung bertentangan. Tuhan Yesus justru mengucap syukur atas kota-kota yang banyak mendapat mujizat tapi mendapat hukuman. Orang sulit menerima konsep Alkitab sebab belum apa-apa, kita telah mengambil posisi kontra. Layakkah seorang yang melawan Kristus dikatakan sebagai orang Kristen? Tidak! Sesungguhnya orang hanya mau menunggangi Kristus demi kepentingan pribadi. Disinilah orang dituntut untuk berespon dengan tepat. “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi...“; segala sesuatu haruslah dimulai dari Kedaulatan Allah, sovereignty of God; Dia adalah Tuhan atas langit dan bumi, atas sorga dan dunia.
Segala sesuatu harus dilihat dari sudut pandang Kristus barulah kita dapat mengucap syukur atas semua hal dalam hidup kita. Dunia justru sebaliknya, dunia melihat segala sesuatu dari perspektif dunia, semua mulai dari aspek humanistik; apa yang dunia inginkan itulah yang ditata secara dunia. Itulah sebabnya dunia seringkali membuat sebab akibat dan tentu saja, hasilnya untuk kepentingan manusia. Setiap aspek kehidupan dapat dihubungkan dengan setiap aspek lain dan teori ini disebut teori kausalitas. Di dunia tidak lepas dari kausalitas namun masalahnya adalah cara pembangunan konsep kausalitas di dunia ini dilihat dari perspektip siapa? Kekristenan melihat teori sebab akibat haruslah dilihat dari atas/Tuhan.
Dunia menyimpulkan bahwa orang yang bernubuat, mengusir setan, melakukan mujizat pastilah orang Kristen hebat maka Tuhan akan memberkati dan masuk sorga. Kesimpulan yang salah ini muncul karena relasi sebab akibat ditarik dari perspektif dunia. Cara pandang Tuhan berbeda dengan dunia; orang yang mendapat mujizat justru akan mendapat celaka, Tuhan membuangnya dalam neraka (Mat.7: 21-23). Hubungan relasinya sama tetapi kesimpulan yang ditarik berbeda. Tuhan ingin setiap anak Tuhan mempunyai cara pandang seperti Kristus dengan demikian orang dapat melihat dengan tajam dan menarik kesimpulan yang berbeda dengan dunia pada umumnya. Cara pandang seperti inilah yang Tuhan ingin kita miliki. Respon Kekristenan adalah melepaskan semua yang menjadi keinginan daging dan berbalik pada Kedaulatan Allah.
Alkitab mencatat Tuhan bersyukur karena semuanya (rahasia Kerajaan Sorga) Tuhan sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai tetapi Tuhan justru menyatakannya kepada orang kecil (Mat. 11:25). Terjemahan yang tepat untuk “orang kecil“ seharusnya “orang sederhana.“ Kepandaian kalau tidak ditaklukkan di bawah Kristus maka semakin pandai seseorang justru semakin menunjukkan kebodohannya. Jangan bangga dengan gelar yang kita punya dan menganggap diri pandai. Sederetan gelar bukanlah jaminan ia seorang yang pandai. Tidak! Ayat diatas tidak berarti Tuhan Yesus tidak suka dengan orang pandai dan orang bijak. Salah! Alkitab justru menyatakan orang yang kurang hikmat hendaklah ia meminta hikmat dari Tuhan; Salomo dipuji karena hikmatnya. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah orang bijak dan orang pandai seperti apakah yang dimaksudkan oleh Tuhan? Dari bagian ini kita dapat memahami beberapa hal penting, yakni:
Pertama, Bijak dan pandai yang didasarkan atas egoisme manusia, atas nafsu dosa tidak dapat menyelesaikan seluruh problema hidup. Adalah sia-sia seluruh kepandaian dan hikmat yang ada pada kita kalau kita tidak memahami kebenaran sejati, seluruh hidup kita akan hancur. Permulaan pengetahuan haruslah didasarkan pada takut akan Tuhan. Philosophy berasal dari bahasa Yunani, philo artinya mencintai dan sophia artinya bijaksana, jadi philosophy artinya orang yang mencintai bijaksana namun benarkah mereka mencintai bijaksana? Kenyataannya tidaklah demikian, seluruh filsafat besar dunia menolak Tuhan, seperti esksintensialisme, dialektik-materialisme, kapitalisme, posmodernisme, dan masih banyak lagi. Bagaimana mungkin orang dapat mempunyai bijaksana kalau orang menentang Tuhan yang adalah Sumber Bijaksana? Dunia modern tidak memulai segala sesuatu dari Tuhan tapi segala sesuatu dikerjakan untuk melawan Tuhan. Ingat, takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan.
Kedua, Pengertian pengetahuan, true knowledge dan bijaksana sejati yang ada kita itu merupakan anugerah Tuhan semata; kepada siapa Tuhan hendak membukakan maka kepada mereka dibukakan. Perhatikan, ketika Tuhan Yesus mengajar dengan perumpamaan itu bukan dimaksudkan untuk mempermudah supaya banyak orang dapat mengerti. Tidak! Kepada kamu diberikan karunia untuk mengetahui Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak; itulah sebabnya Aku berkata dalam perumpamaan kepada mereka, karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti (Mat. 13:12). Orang tidak memahami esensi hikmat itulah sebabnya sampai hari ini orang mencari-cari hikmat namun semua sia-sia dan berakhir dengan kegagalan. Hikmat dan kepandaian sejati itu kita dapatkan kalau kita hidup taat kepada Tuhan. Saat kita berespon seperti Kristus berespon barulah kita dapat mengerti semua aspek dengan tepat. Sebagai anak Tuhan, janganlah kita menjadi rendah diri tetapi belajar Firman, Kebenaran Allah itu dengan baik maka kita dapat menganalisa dan menilai semua realita dunia yang ada dengan tepat, yakni dari sudut pandang Tuhan.
Ketiga, Tuhan lebih suka dengan orang yang sederhana. Istilah orang kecil disini sangat unik, yakni orang kecil yang dimaksud adalah seorang bayi, infant atau lebih tepatnya diterjemahkan sebagai orang sederhana. Pengertian orang kecil, small man dalam konsep antropologi manusia mempunyai konotasi negatif, yakni orang yang kerdil secara karakter, rendah diri/minder, mudah tersinggung, merasa diri tidak mempunyai apa-apa. Orang kecil ini biasanya egois, ia selalu menuntut orang lain untuk selalu memperhatikan dirinya; ia akan sangat tersinggung ketika orang mengacuhkan dirinya, ia selalu menuntut untuk selalu berada di tempat terdepan. Inilah jiwa yang dimiliki orang kerdil, small man. Orang kerdil yang dimaksudkan oleh Tuhan Yesus bukan small man seperti di atas. Bukan! Small man dikontraskan dengan gentleman, yakni orang yang berjiwa gentle, ia selalu memperlakukan diri dan orang lain sebagai manusia sejati. Tuhan membukakan rahasia Kerajaan Sorga kepada orang yang sederhana, infant. Kesederhanaan ini juga menjadi salah satu unsur yang harus ada dalam seni Kekristenan selain unsur harmoni dan agung, glorius.
Ciri-ciri orang yang sederhana adalah:
1. Rendah Hati
Orang yang rendah hati selalu menyadari bahwa dirinya adalah manusia terbatas, dia bukan segala-galanya dan dia selalu berusaha untuk belajar. Kepada orang yang rendah hati Tuhan membukakan rahasia Kerajaan Sorga. Orang yang merasa diri bijak biasanya ia adalah orang yang sok tahu segala hal sehingga kalau ada orang lain yang mengatakan tentang kebenaran, ia akan menutup diri. Orang seperti demikian ini tidak akan pernah mendapatkan suatu pengetahuan karena belum apa-apa ia merasa pandai dan mempunyai banyak pengetahuan. Bagaimana ia bisa belajar sesuatu kalau belum apa-apa ia merasa diri bijak? Bagaimana kita bisa mengajarkan sesuatu pengetahuan kalau ia merasa diri sudah selesai belajar? Orang sederhana adalah orang yang setiap saat menyadari kalau ia adalah orang berdosa yang seringkali menyeleweng dari jalan Tuhan dan orang sederhana selalu mau dikoreksi dan diperbaiki kesalahannya. Tuhan suka dengan orang yang mau dibentuk; Tuhan suka dengan orang yang hancur hatinya sebab pada saat hancur barulah ia dapat dibentuk. Itu juga menjadi alasan kenapa orang lebih terbuka pada Firman pada saat ia dalam keadaan sakit atau desperate? Apakah perlu Tuhan menghancurkan kita terlebih dahulu, kita merasakan sakit terlebih dahulu baru kerendahan hati itu muncul? Alangkah indah kalau kita mau bertobat sebelum Tuhan menghancurkan kita. Nabi Habakuk tidak menyadari sampai Tuhan membukakan suatu kebenaran barulah ia diubahkan dan muncul suatu kesimpulan indah dari mulutnya seperti yang tertulis dalam Hab. 3:17-19. Orang dapat merubah konsep berpikir ini dibutuhkan suatu kerendahan hati. Kerendahan hati seperti inilah yang harusnya dimiliki oleh anak Tuhan, manusia sederhana yang infant dan masih bayi. Perhatikan, bayi lahir sudah membawa unsur dosa tetapi secara natur manusia, bayi paling mudah diajar dan menyerap segala sesuatu dengan mudah dan cepat. Itulah sebabnya, momen lima tahun pertama sangatlah berharga sebab kalau kita gagal menanamkan first decree maka itu akan menjadi kesulitan yang besar di kemudian hari. Tuhan ingin dalam kehidupan iman Kristen kita, kita mempunyai hati seperti bayi yang setiap saat mau diajar dan dibentuk oleh Firman.
2. Pikiran Terbuka, Open Minded
Orang yang mempunyai pikiran terbuka selalu peka akan pimpinan Tuhan sebaliknya orang yang berpikiran tertutup, close system hanya mau mendapat informasi yang cocok dengan pikirannya, ia akan memasang benteng kalau informasi tidak cocok dan berlawanan dengan pikirannya ia akan langsung menolaknya; ia merasa pikirannya itulah yang paling benar. Tuhan ingin kita menutup segala hal terhadap segala godaan iblis dan dunia tetapi terhadap Firman, pikiran kita terbuka. Open minded adalah kerelaan kita dididik oleh Tuhan terhadap Firman, mau punya pikiran seperti pikiran Tuhan. Merupakan suatu anugerah kalau kita mempunyai pikiran dan hati yang terbuka terhadap Firman sehingga memungkinkan kita untuk mempelajari iman sejati, hidup sejati, dan realita sejati. Orang takut mempunyai pikiran yang terbuka, open minded karena ia takut keabsolutditasan dirinya terganggu, ia takut konsep pikirannya menjadi kacau ketika ia menerima konsep pikiran lain. Iman bersifat mutlak maka segala hal, benar atau salah itulah dianggap benar dan mutlak maka orang takut kalau ternyata ia mendapati kalau selama ini yang ia anggap benar itu ternyata salah karena itu ia menutup pikirannya, close system. Sesungguhnya, ia menyadari kalau konsepnya salah dan harus diubahkan namun yang menjadi permasalahan adalah orang tidak rela mengubah konsep berpikirnya yang pastinya tidak akan nyaman.
Perombakan worldview, pembentukan ulang konsep berpikir dasar ini tidaklah mudah dan untuk hal ini pasti ada suatu pengorbanan. Tuhan ingin kita terbuka untuk kita ditata ulang, semua worldview yang salah diubahkan oleh-Nya dengan demikian kita menjadi serupa Kristus. Biarlah ketika kita berpikir, kita tidak berpikir terlalu jauh (Rm. 12:3) dengan demikian pikiran itu tidak menjadi bumerang bagi diri kita. Ketika kita berpikir hendaklah kita berpikir sedemikian rupa sebatas dengan ukuran iman yang Tuhan berikan kepada kita. Berpikir lebih dari itu justru akan membuat kita paranoia, ketakutan yang tidak mendasar. Seperti sebuah segitiga dengan sudut 90 derajat di salah satu sisinya maka pertumbuhan pemikiran itu setara dengan pertumbuhan imannya. Pertumbuhan ini adalah pertumbuhan yang proposional maka hidup iman kita akan beres. Iman itulah yang menjadi patokan. Alangkah indah hidup kita kalau kita berpikir terbuka, open system, hidup kita senantiasa dipimpin oleh Firman Tuhan. Orang yang mempunyai pemikiran sederhana bukanlah orang yang tidak berpengetahuan. Salah! Sebaliknya, orang yang berpikiran sederhana adalah orang yang dapat memproporsikan pola berpikirnya.
3. Setia, Faithfull
Tuhan Yesus menunjukkan respon yang tepat atas semua yang terjadi; “Ya, Bapa itulah yang berkenan kepada-Mu“ (Mat. 11:26),. Pertanyaannya apa yang membuat Tuhan Yesus bersyukur? Karena semua hal itulah yang diperkenan oleh Bapa. Inilah konsep iman Kekristenan, yakni apa yang menjadi perkenanan dan kesukaan Tuhan maka itu juga harus menjadi kesukaan kita. Berpikir sederhana adalah tidak bertanya yang tidak perlu namun hal ini bukan berarti kita tidak boleh bertanya. Tidak! Banyak bertanya disini adalah jangan seperti orang yang menginterograsi seakan-akan Tuhan mempunyai banyak kesalahan pada kita. Seharusnya kita banyak bertanya dan kalau perlu menginterograsi untuk hal-hal yang berbau berdosa itulah yang harusnya kita interograsi. Ironisnya, hari ini banyak orang yang tidak banyak bertanya untuk hal-hal yang berbau dosa tapi orang justru banyak pertanyaan jika hal itu menyangkut pekerjaan dan kehendak Tuhan. Sebagai contoh, orang tidak terlalu bergumul terlalu lama untuk masuk sekolah favorit, menjawab panggilan dunia tapi orang akan bergumul lama ketika menjawab panggilan Tuhan.
Sebagai anak Tuhan sejati, Tuhan ingin kita mempunyai hati yang taat sepenuhnya, faithfull. Gambaran seorang yang faithfull ini seperti seorang anak kecil yang tanpa banyak tanya ia akan mengikuti kemanapun ibunya pergi. Gambaran ini lebih tepat dalam bahasa Jawa, yakni memakai istilah “ngintil/manut.“ Hidup sederhana, simple adalah hidup yang taat Tuhan sepenuhnya, mungkin secara duniawi tidaklah mengenakkan tetapi percayalah Tuhan tahu yang terbaik untuk kita. Betapa indah kalau kita menjadi seorang yang sederhana, simple person karena Tuhan membukakan rahasia Kerajaan Sorga itu kepada mereka yang sederhana dan ingatlah, semua itu tidak lepas dari anugerah Tuhan kalau kita dapat mengerti kebenaran-Nya dan taat pada pimpinan-Nya. Kita sepatutnya bersyukur atas anugerah Tuhan terindah dalam hidup kita sebagai respon kita ketika kita melihat suatu realita dunia. Amin

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: