06 October 2008

Matius 11:20-24: KRISTUS SEBAGAI PUSAT HIDUP-6


Ringkasan Khotbah: 2 Juli 2006

Kristus Sebagai Pusat Hidup (6)
oleh: Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 11:20-24


Pendahuluan
Injil Matius pasalnya yang ke-11 ini dibagi menjadi dua bagian dimana pada bagian pertama, yakni: konsep mujizat berkait erat dengan sikap kita terhadap Kristus telah kita renungkan sebelumnya. Tanda-tanda yang Tuhan Yesus kerjakan bukan sekedar sebuah mujizat biasa yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Tidak! Semua tanda itu dimaksudkan supaya orang dapat melihat bahwa Kristus adalah Mesias dan menjadikan Kristus sebagai pusat hidup manusia. Orang seharusnya takut dan gentar ketika melihat mujizat Tuhan (Mzm. 65:9) namun ironisnya, hari ini orang justru berbondong-bondong datang ingin mendapatkan dan mengalami mujizat. Hari ini kita akan merenungkan bagian kedua dari Injil Matius 11. Perhatikan, ketika Tuhan Yesus melakukan mujizat maka para murid Yohanes ini tidak mengalami mujizat, mereka hanya melihat tanda namun dari tanda ini para murid dituntut untuk mengerti dan tahu bahwa ada suatu kaitan erat antara tanda dan pribadi Kristus. Namun “tahu“ disini bukanlah sekedar tahu secara pengetahuan. Tidak! Merupakan kegagalan dunia pendidikan modern hanya sekedar mengajarkan pengetahuan tanpa kita terkait didalamnya dan ini juga berimbas dalam iman Kekristenan; orang belajar iman Kristen hanya sekedar sebagai pengetahuan secara kognitif, pemuasan intelektual belaka. Adalah suatu kegagalan fatal dari iman Kekristenan kalau kita masuk dalam dua ekstrim, yakni: 1) iman hanya dimengerti secara kognitif, 2) hidup tidak berkait dengan Firman. Bagian inilah yang ingin dipaparkan oleh Tuhan Yesus di segmen kedua dari Injil Matius pasalnya yang kedua dimana mujizat sangat berkait erat dengan beberapa aspek kehidupan:

I. Mujizat dan Pertobatan
Tuhan Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat (Mat. 11:20). Di kota-kota itu, Tuhan beranugerah dengan melakukan banyak mujizat namun ironis, orang justru tidak bertobat. Jangan pernah berpikir bahwa kalau Tuhan melakukan mujizat di suatu tempat maka disitu orang pasti diselamatkan. Tidak! Disini, Tuhan Yesus mengkaitkan antara kota-kota yang pernah mendapat mujizat dengan kota Sodom dan Tirus, tanggungan kota Sodom dan Tirus ini akan lebih ringan. Hari ini, orang salah mengartikan sebuah mujizat. Mujizat yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus berbeda dengan hal-hal spektakuler yang dilakukan oleh para dukun. Mujizat Tuhan Yesus adalah suatu tindakan yang dikerjakan oleh Tuhan atas sesuatu untuk mengintervensi sejarah maka ketika Allah berintervensi maka itu tidak akan dapat dibatalkan oleh alam semesta ataupun manusia karena mujizat itu melibatkan kuasa sekaligus kekuatan sekaligus kehendak dan otoritas tertinggi. Hari ini orang melihat suatu mujizat tak ubahnya seperti seorang dukun yang dapat memberikan keuntungan untuk diri. Sebagai contoh, ketika bisnis lesu, orang akan pergi kepada seseorang yang dapat memberikan keuntungan dan berhasil, bisnisnya menjadi lancar maka perhatikan ini bukan mujizat! Sebab yang berinisiatif bukan Allah tapi manusia. Manusia yang ingin mendapat keuntungan, manusia yang berinisiatif pergi ke suatu tempat karena ada suatu tujuan tertentu dalam dirinya dan dari sana orang berharap mendapatkan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya. Gejala seperti inilah yang disebut dengan perdukunan.
Perhatikan, di balik mujizat ada suatu tuntutan tertentu yang mengharuskan manusia menyadari inti dan arti dari mujizat. Ketika manusia tidak lagi menempatkan Tuhan di posisi pertama dan utama maka semua yang kita lakukan, perbuatan baik apapun yang kita perbuat tidak akan bernilai di mata Allah dan semua itu akan dibuang percuma. Kita dapat melihat dari tokoh iman seperti: Habil – Kain; Daud – Saul, Yakub – Esau. Perhatikan, apa yang menurut manusia maka di mata Tuhan juga baik. Tidak! Memang, secara duniawi apa yang dilakukan Kain, Saul maupun Esau itu baik tetapi tidak di mata Tuhan sebab mereka tidak mengutamakan Tuhan. Kenapa Tuhan tidak menerima persembahan Kain tetapi menerima persembahan Habil? Habil memberikan yang terbaik dan yang paling penting adalah dia mengutamakan Tuhan melalui persembahan itu berbeda dengan Habil, dia memberi sesuatu dari dirinya sendiri. Demikian juga Saul, dia melakukan semua yang baik di mata manusia tetapi tidak di mata Tuhan. Dia melawan Tuhan demi untuk menyenangkan manusia. Sebaliknya Daud, secara manusia dia melakukan perbuatan yang sangat keji bahkan Tuhan menegaskan Daud tidak boleh membangun Bait Allah karena dari tangan banyak menumpahkan darah akan tetapi Tuhan berkenan padanya karena ia mengutamakan Tuhan. Yakub dan Esau pun sama; Esau adalah seorang yang berbakti pada orang tua namun dia menyepelekan hak kesulungan dan lebih memilih semangkok kacang merah. Sebaliknya Yakub, seorang penipu tetapi Tuhan berkenan atasnya karena dia selalu mengutamakan Tuhan. Biarlah kita mengevaluasi diri, sudahkah kita mengutamakan Tuhan di dalam seluruh aspek hidup kita?
Tuhan mengkritik dua kota besar, yakni Khorazim dan kota Betsaida. Nama Khorazim tidak banyak disebut dalam Alkitab namun orang lebih banyak menyebutnya dengan Kapernaum karena jaraknya yang berdekatan. Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat di kota Kapernaum namun mujizat itu tidak membuat orang bertobat artinya mereka hanya ingin mendapatkan kenikmatan mujizat tetapi mereka tidak menghargai Kristus. Kota Betsaida terletak di pinggir danau Galilea, yakni tempat dimana Tuhan Yesus membuat mujizat memberi makan 5000 orang laki-laki dengan 5 roti 2 ikan. Ironisnya, mujizat yang dahsyat itu tidak membuat orang mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan. Orang menikmati mujizat, mereka mengikut Yesus karena mereka kenyang dan terbukti ketika Tuhan Yesus menegur dengan keras apa yang menjadi motivasi mereka itu, mereka langsung pergi. Dengan kata lain, orang ingin Yesus sebagai “alat“ untuk memuaskan kebutuhan duniawi akibatnya kalau orang perlu maka orang akan datang kepada Yesus akan tetapi, ketika orang tidak merasa perlu maka Yesus dilupakan. Bagaimana mengerti hakekat mujizat? Mujizat harus kembali pada Ketuhanan Kristus; Kristus adalah pusat hidup maka inilah inti dari iman Kekristenan.
Tuhan ingin manusia hidup di dunia dapat hidup bahagia dan sejahtera namun itu bukanlah yang menjadi keinginan utama. Tidak! Tuhan ingin supaya manusia memahami bahwa manusia adalah makhluk relatif maka manusia harus mengutamakan Tuhan sebagai pusat utama melalui semua tanda yang Dia kerjakan di alam semesta ini. Betapa egoisnya kita kalau kita memaksa Tuhan supaya kita sendiri yang harus mengalami mujizat barulah kita mau mengaku Kristus adalah Tuhan. Perhatikan, teologi Reformed tidak anti mujizat. Tidak! Orang harusnya gemetar dan gentar ketika melihat kuasa, kedaulatan dan otoritas Allah dinyatakan di tengah dunia ini namun sangatlah disayangkan, orang justru bersikap sebaliknya dengan menjadikan Kristus sebagai alat. Iman Kristen menegaskan mujizat seharusnya membuat orang bertobat dan kembali pada Kristus; membuat orang hormat dan bersujud di hadapan-Nya, mengaku Kristus sebagai Raja atas segala raja.

II. Mujizat dan Dosa
Enam mujizat yang dikerjakan oleh Kristus (Mat. 11:5) seharusnya menyadarkan manusia akan keberadaan dirinya sebagai makhluk berdosa. Kebutaan, kelumpuhan, tuli, sakit kusta dan mati itu sebagai akibat dari dosa; tidak ada satu pun manusia yang baik di dunia, yakni “baik“ yang sesuai dengan standar Allah. Tidak ada! Semua manusia telah jatuh dalam dosa. Kedaulatan Allah ketika bertemu dengan manusia berdosa seharusnya membuat orang takut dan kecut hati. Petrus gemetar ketika Dia melihat Tuhan Yesus berjalan di atas air dan Petrus tersungkur dan takut ketika Tuhan Yesus menghentikan badai. Di Perjanjian Lama, seluruh bangsa Israel sangat takut ketika Allah hendak datang dan melawat umat-Nya. Respon inilah yang seharusnya muncul dalam diri setiap manusia ketika berhadapan dengan Allah yang Maha Suci yang menyatakan kedaulatan-Nya kepada manusia berdosa dan Allah yang Maha Suci itu datang untuk menyelesaikan dan mengeluarkan manusia dari belenggu dosa. Namun sayang, hari ini manusia justru sangat senang dan menikmati mujizat, manusia justru memperlihatkan suatu ekspresi dosa, yakni keserakahan. Seseorang yang telah mendapat atau melihat mujizat dan ia tidak bertobat maka efeknya justru ia berdosa. Manusia menjadi ketagihan mujizat dan hal itu akan berakumulasi semakin besar; orang ingin mendapat dan mendapat mujizat. Perhatikan, ketika manusia mulai ketagihan mujizat maka setan yang akan menjawab apa yang menjadi permintaannya. Muncul suatu pertanyaan apakah mujizat merupakan tanda orang beriman? Tidak! Alkitab menegaskan kota yang mendapat anugerah paling banyak justru kota itu celaka. Kuncinya bukan terletak pada mujizat. Banyak orang berpendapat kalau ia mendapat mujizat berarti Tuhan sayang padanya, imannya bertambah besar, orang mempunyai kekuatan besar. Salah! Orang yang berdosa bertobat merupakan mujizat. Bagaimana respon kita ketika anugerah Tuhan turun atas kita? Orang tidak meresponi anugerah dengan tepat maka anugerah itu akan menjadi sebatas anugerah umum belaka yang justru membuat orang semakin berdosa, orang menjadi egois karena ingin menikmati anugerah itu seorang diri belaka. Sadarlah setiap hari kita menikmati mujizat Tuhan namun sampai seberapa jauhkah sikap kita terhadap mujizat yang Tuhan kerjakan atas kita? Apakah mujizat itu menyadarkan kita bahwa kita adalah manusia berdosa dan kita menjadi bertobat?
Injil Matius 11 ini tidak membutuhkan penafsiran yang dalam, orang harusnya memahami dengan sangat jelas namun dunia modern telah memutarbalikkan Firman. Alkitab menyatakan dengan jelas Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat namun perhatikan, Tuhan ingin manusia berespon dengan tepat. Memang, Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat di Galilea namun tidak semua orang memperoleh mujizat dan tidak setiap hari Dia memberi makan banyak orang. Tidak! Setiap mujizat yang Tuhan kerjakan adalah untuk suatu maksud rencana Tuhan dan dikerjakan atas dasar inisiatif Tuhan. Setiap anak Tuhan pasti pernah mengalami dan merasakan mujizat Tuhan, yakni mujizat pertobatan. Tuhan Yesus mati menebus dosa, Dia bangkit dan menang atas kuasa maut maka itulah mujizat terbesar. Tidak ada satu mujizat apa pun yang ada di dunia seperti yang dikerjakan oleh Kristus yang pernah ada di alam semesta ini. Adalah suatu mujizat kalau kita dapat menyadari kita orang berdosa dan kembali pada Tuhan sebab tidak ada suatu jasa atau usaha apa pun dari diri kita yang dapat membuat kita berbalik pada Tuhan.

III. Mujizat dan Penghakiman
Mujizat sangat berkait erat dengan hari penghakiman (Mat. 11:22-24). Hari ini, mujizat hanya dikaitkan pada suatu kenikmatan dunia. Orang yang gagal berespon dengan tepat maka ingatlah, penghakiman telah menanti kita. Mujizat Tuhan merupakan pernyataan kebenaran Tuhan, ini berarti ketika manusia melawan sama dengan melawan kebenaran Tuhan dan orang yang melawan akan mendapat penghukuman Allah. Dosa adalah melawan Allah dan kebenaran-Nya. Hukuman yang sesuai untuk orang yang melawan Tuhan adalah mati sebab upah dosa adalah maut. Adalah suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan kalau seorang anak melawan apa yang menjadi perintah dari orang tuanya apalagi melawan Tuhan, Sang Pencipta manusia dan Sumber Kebenaran. Apa yang Tuhan kerjakan adalah untuk kepentingan dan kebaikan manusia sendiri. Setiap tindakan Allah menuntut suatu respon kebenaran dari manusia. Kebenaran yang tidak direspon dengan kebenaran akan berakibat fatal. Seorang yang belum pernah mendengar berita Injil tidak akan merasakan ketakutan dan kegentaran dibandingkan dengan orang yang mendapat berita Injil. Hanya ada dua pilihan bagi orang yang mendapat berita Injil, yakni menerima atau menolak dan orang harus mengambil keputusan dari dua pilihan tersebut. Ini merupakan penghakiman kalau orang salah mengambil keputusan berarti hukuman mati telah menanti kita.
Dalam kehidupan, orang seringkali berusaha menghindar dari berbagai keputusan namun toh mustahil, manusia akan sampai pada suatu titik penting dimana manusia harus mengambil suatu keputusan maka saat itu, kita harusnya gemetar sebab kalau kita salah memutuskan akan berakibat fatal. Demikian halnya kita meresponi suatu mujizat; mujizat seharusnya menyadarkan kita pada suatu posisi penghakiman, encounter position. Manusia dihadapkan pada dua pilihan dan manusia harus menentukan: ya atau tidak. Jangan pernah berpikir kalau mujizat itu haruslah sesuatu yang spektakuler. Tidak! Sadarlah setiap hari kita mengalami banyak mujizat dalam setiap aspek hidup kita. Biarlah kita mengevaluasi diri apakah kita menyadari setiap mujizat yang Tuhan telah kerjakan dalam hidup kita? Dan bagaimanakah respon kita terhadap mujizat Tuhan itu? Penghakiman Allah menuntut suatu respon dari kita; kebenaran Allah harus direspon dengan kebenaran maka saat itulah Tuhan berkenan. Ketika Tuhan berkenan atas kita maka itu menjadi sukacita tersendiri dalam kita.
Kristus haruslah menjadi pusat hidup kita dengan demikian: 1) orang akan peka melihat apa yang terjadi dalam sejarah, 2) orang merasa takut dan gentar di dalam setiap langkah hidupnya. Ingatlah, kalau Tuhan masih memberikan kesempatan pada kita untuk melayani Dia maka itu harusnya menjadikan kita takut dan gentar karena kita sedang melayani Sang Raja di atas segala raja sehingga kita harus memberikan yang terbaik pada-Nya. Percayalah, Tuhan akan memimpin dalam setiap langkah hidup kita, mujizat Tuhan akan selalu berada di depan beserta dengan kita; 3) ada penghakiman, hal ini menjadikan kita awas dalam setiap langkah kita. Di tengah dunia yang semakin hancur, arahkanlah hidup dan pandangan hidup kita hanya pada Kristus, berpegang teguh pada-Nya maka hidup kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh arus dunia. Amin (Ringkasan Khotbah ini belum diperiksa
melakukan semua yang baik di mata manusia tetapi tidak di mata Tuhan. Dia melawan Tuhan demi untuk menyenangkan manusia. Sebaliknya Daud, secara manusia dia melakukan perbuatan yang sangat keji bahkan Tuhan menegaskan Daud tidak boleh membangun Bait Allah karena dari tangan banyak menumpahkan darah akan tetapi Tuhan berkenan padanya karena ia mengutamakan Tuhan. Yakub dan Esau pun sama; Esau adalah seorang yang berbakti pada orang tua namun dia menyepelekan hak kesulungan dan lebih memilih semangkok kacang merah. Sebaliknya Yakub, seorang penipu tetapi Tuhan berkenan atasnya karena dia selalu mengutamakan Tuhan. Biarlah kita mengevaluasi diri, sudahkah kita mengutamakan Tuhan di dalam seluruh aspek hidup kita?
Tuhan mengkritik dua kota besar, yakni Khorazim dan kota Betsaida. Nama Khorazim tidak banyak disebut dalam Alkitab namun orang lebih banyak menyebutnya dengan Kapernaum karena jaraknya yang berdekatan. Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat di kota Kapernaum namun mujizat itu tidak membuat orang bertobat artinya mereka hanya ingin mendapatkan kenikmatan mujizat tetapi mereka tidak menghargai Kristus. Kota Betsaida terletak di pinggir danau Galilea, yakni tempat dimana Tuhan Yesus membuat mujizat memberi makan 5000 orang laki-laki dengan 5 roti 2 ikan. Ironisnya, mujizat yang dahsyat itu tidak membuat orang mengaku bahwa Kristus adalah Tuhan. Orang menikmati mujizat, mereka mengikut Yesus karena mereka kenyang dan terbukti ketika Tuhan Yesus menegur dengan keras apa yang menjadi motivasi mereka itu, mereka langsung pergi. Dengan kata lain, orang ingin Yesus sebagai “alat“ untuk memuaskan kebutuhan duniawi akibatnya kalau orang perlu maka orang akan datang kepada Yesus akan tetapi, ketika orang tidak merasa perlu maka Yesus dilupakan. Bagaimana mengerti hakekat mujizat? Mujizat harus kembali pada Ketuhanan Kristus; Kristus adalah pusat hidup maka inilah inti dari iman Kekristenan.
Tuhan ingin manusia hidup di dunia dapat hidup bahagia dan sejahtera namun itu bukanlah yang menjadi keinginan utama. Tidak! Tuhan ingin supaya manusia memahami bahwa manusia adalah makhluk relatif maka manusia harus mengutamakan Tuhan sebagai pusat utama melalui semua tanda yang Dia kerjakan di alam semesta ini. Betapa egoisnya kita kalau kita memaksa Tuhan supaya kita sendiri yang harus mengalami mujizat barulah kita mau mengaku Kristus adalah Tuhan. Perhatikan, teologi Reformed tidak anti mujizat. Tidak! Orang harusnya gemetar dan gentar ketika melihat kuasa, kedaulatan dan otoritas Allah dinyatakan di tengah dunia ini namun sangatlah disayangkan, orang justru bersikap sebaliknya dengan menjadikan Kristus sebagai alat. Iman Kristen menegaskan mujizat seharusnya membuat orang bertobat dan kembali pada Kristus; membuat orang hormat dan bersujud di hadapan-Nya, mengaku Kristus sebagai Raja atas segala raja.

II. Mujizat dan Dosa
Enam mujizat yang dikerjakan oleh Kristus (Mat. 11:5) seharusnya menyadarkan manusia akan keberadaan dirinya sebagai makhluk berdosa. Kebutaan, kelumpuhan, tuli, sakit kusta dan mati itu sebagai akibat dari dosa; tidak ada satu pun manusia yang baik di dunia, yakni “baik“ yang sesuai dengan standar Allah. Tidak ada! Semua manusia telah jatuh dalam dosa. Kedaulatan Allah ketika bertemu dengan manusia berdosa seharusnya membuat orang takut dan kecut hati. Petrus gemetar ketika Dia melihat Tuhan Yesus berjalan di atas air dan Petrus tersungkur dan takut ketika Tuhan Yesus menghentikan badai. Di Perjanjian Lama, seluruh bangsa Israel sangat takut ketika Allah hendak datang dan melawat umat-Nya. Respon inilah yang seharusnya muncul dalam diri setiap manusia ketika berhadapan dengan Allah yang Maha Suci yang menyatakan kedaulatan-Nya kepada manusia berdosa dan Allah yang Maha Suci itu datang untuk menyelesaikan dan mengeluarkan manusia dari belenggu dosa. Namun sayang, hari ini manusia justru sangat senang dan menikmati mujizat, manusia justru memperlihatkan suatu ekspresi dosa, yakni keserakahan. Seseorang yang telah mendapat atau melihat mujizat dan ia tidak bertobat maka efeknya justru ia berdosa. Manusia menjadi ketagihan mujizat dan hal itu akan berakumulasi semakin besar; orang ingin mendapat dan mendapat mujizat. Perhatikan, ketika manusia mulai ketagihan mujizat maka setan yang akan menjawab apa yang menjadi permintaannya. Muncul suatu pertanyaan apakah mujizat merupakan tanda orang beriman? Tidak! Alkitab menegaskan kota yang mendapat anugerah paling banyak justru kota itu celaka. Kuncinya bukan terletak pada mujizat. Banyak orang berpendapat kalau ia mendapat mujizat berarti Tuhan sayang padanya, imannya bertambah besar, orang mempunyai kekuatan besar. Salah! Orang yang berdosa bertobat merupakan mujizat. Bagaimana respon kita ketika anugerah Tuhan turun atas kita? Orang tidak meresponi anugerah dengan tepat maka anugerah itu akan menjadi sebatas anugerah umum belaka yang justru membuat orang semakin berdosa, orang menjadi egois karena ingin menikmati anugerah itu seorang diri belaka. Sadarlah setiap hari kita menikmati mujizat Tuhan namun sampai seberapa jauhkah sikap kita terhadap mujizat yang Tuhan kerjakan atas kita? Apakah mujizat itu menyadarkan kita bahwa kita adalah manusia berdosa dan kita menjadi bertobat?
Injil Matius 11 ini tidak membutuhkan penafsiran yang dalam, orang harusnya memahami dengan sangat jelas namun dunia modern telah memutarbalikkan Firman. Alkitab menyatakan dengan jelas Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat namun perhatikan, Tuhan ingin manusia berespon dengan tepat. Memang, Tuhan Yesus melakukan banyak mujizat di Galilea namun tidak semua orang memperoleh mujizat dan tidak setiap hari Dia memberi makan banyak orang. Tidak! Setiap mujizat yang Tuhan kerjakan adalah untuk suatu maksud rencana Tuhan dan dikerjakan atas dasar inisiatif Tuhan. Setiap anak Tuhan pasti pernah mengalami dan merasakan mujizat Tuhan, yakni mujizat pertobatan. Tuhan Yesus mati menebus dosa, Dia bangkit dan menang atas kuasa maut maka itulah mujizat terbesar. Tidak ada satu mujizat apa pun yang ada di dunia seperti yang dikerjakan oleh Kristus yang pernah ada di alam semesta ini. Adalah suatu mujizat kalau kita dapat menyadari kita orang berdosa dan kembali pada Tuhan sebab tidak ada suatu jasa atau usaha apa pun dari diri kita yang dapat membuat kita berbalik pada Tuhan.

III. Mujizat dan Penghakiman
Mujizat sangat berkait erat dengan hari penghakiman (Mat. 11:22-24). Hari ini, mujizat hanya dikaitkan pada suatu kenikmatan dunia. Orang yang gagal berespon dengan tepat maka ingatlah, penghakiman telah menanti kita. Mujizat Tuhan merupakan pernyataan kebenaran Tuhan, ini berarti ketika manusia melawan sama dengan melawan kebenaran Tuhan dan orang yang melawan akan mendapat penghukuman Allah. Dosa adalah melawan Allah dan kebenaran-Nya. Hukuman yang sesuai untuk orang yang melawan Tuhan adalah mati sebab upah dosa adalah maut. Adalah suatu tindakan yang tidak dapat dibenarkan kalau seorang anak melawan apa yang menjadi perintah dari orang tuanya apalagi melawan Tuhan, Sang Pencipta manusia dan Sumber Kebenaran. Apa yang Tuhan kerjakan adalah untuk kepentingan dan kebaikan manusia sendiri. Setiap tindakan Allah menuntut suatu respon kebenaran dari manusia. Kebenaran yang tidak direspon dengan kebenaran akan berakibat fatal. Seorang yang belum pernah mendengar berita Injil tidak akan merasakan ketakutan dan kegentaran dibandingkan dengan orang yang mendapat berita Injil. Hanya ada dua pilihan bagi orang yang mendapat berita Injil, yakni menerima atau menolak dan orang harus mengambil keputusan dari dua pilihan tersebut. Ini merupakan penghakiman kalau orang salah mengambil keputusan berarti hukuman mati telah menanti kita.
Dalam kehidupan, orang seringkali berusaha menghindar dari berbagai keputusan namun toh mustahil, manusia akan sampai pada suatu titik penting dimana manusia harus mengambil suatu keputusan maka saat itu, kita harusnya gemetar sebab kalau kita salah memutuskan akan berakibat fatal. Demikian halnya kita meresponi suatu mujizat; mujizat seharusnya menyadarkan kita pada suatu posisi penghakiman, encounter position. Manusia dihadapkan pada dua pilihan dan manusia harus menentukan: ya atau tidak. Jangan pernah berpikir kalau mujizat itu haruslah sesuatu yang spektakuler. Tidak! Sadarlah setiap hari kita mengalami banyak mujizat dalam setiap aspek hidup kita. Biarlah kita mengevaluasi diri apakah kita menyadari setiap mujizat yang Tuhan telah kerjakan dalam hidup kita? Dan bagaimanakah respon kita terhadap mujizat Tuhan itu? Penghakiman Allah menuntut suatu respon dari kita; kebenaran Allah harus direspon dengan kebenaran maka saat itulah Tuhan berkenan. Ketika Tuhan berkenan atas kita maka itu menjadi sukacita tersendiri dalam kita.
Kristus haruslah menjadi pusat hidup kita dengan demikian: 1) orang akan peka melihat apa yang terjadi dalam sejarah, 2) orang merasa takut dan gentar di dalam setiap langkah hidupnya. Ingatlah, kalau Tuhan masih memberikan kesempatan pada kita untuk melayani Dia maka itu harusnya menjadikan kita takut dan gentar karena kita sedang melayani Sang Raja di atas segala raja sehingga kita harus memberikan yang terbaik pada-Nya. Percayalah, Tuhan akan memimpin dalam setiap langkah hidup kita, mujizat Tuhan akan selalu berada di depan beserta dengan kita; 3) ada penghakiman, hal ini menjadikan kita awas dalam setiap langkah kita. Di tengah dunia yang semakin hancur, arahkanlah hidup dan pandangan hidup kita hanya pada Kristus, berpegang teguh pada-Nya maka hidup kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh arus dunia. Amin

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber:

No comments: