30 June 2008

Roma 9:1-5: "ISRAEL" SEJATI ATAU PALSU-1: Status Israel

Seri Eksposisi Surat Roma:
Doktrin Predestinasi-1


“Israel” Sejati atau Palsu-1: Status Israel

oleh: Denny Teguh Sutandio


Nats: Roma 9:1-5

Setelah mempelajari tentang pengajaran Paulus tentang bentuk pertama dan kedua dari segala sesuatu yang dikaruniakan Allah bagi kita bersama-sama dengan Kristus, yaitu pembenaran (ayat 33) dan kita menjadi warga Kerajaan Surga bersama-sama dengan Kristus di ayat 35 s/d 39, maka selanjutnya, kita akan merenungkan pengajaran Paulus berkenaan dengan predestinasi mulai pasal 9 s/d 11. Pada bagian ini, kita hanya akan membahas pasal 9 ayat 1 s/d 5 yang merupakan pendahuluan dan pemaparan Paulus tentang bangsa Israel dan apa yang mereka peroleh.

Pembahasan Paulus tentang pemilihan orang percaya yang diakhiri di pasal 8 ayat 39 berhubungan erat dengan pemilihan Israel mulai pasal 9, di mana pemilihan orang percaya adalah seperti pemilihan Israel. Mulai pasal 9 s/d 11, ketika kata Israel muncul, Paulus sudah mengunci artinya yaitu bukan Israel secara bangsa/fisik, tetapi Israel rohani (9:6-8). Mengapa demikian ? Karena Paulus menyadari bahwa tidak semua orang Israel adalah pilihan Allah. Sisa-sisa dari orang Israel inilah yang sungguh-sungguh disebut umat pilihan Allah. Demikian juga halnya dengan orang-orang Kristen, bukan identitas “Kristen”nya yang menentukan/menyelamatkan, tetapi isi dari imannya yang menentukan apakah dia termasuk umat pilihan Allah atau bukan.

Di awal pembahasannya di pasal 9, Paulus mengatakan, “Aku mengatakan kebenaran dalam Kristus, aku tidak berdusta. Suara hatiku turut bersaksi dalam Roh Kudus, bahwa aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati.” (ayat 1 dan 2) Kedua ayat pembukaan ini menandakan bahwa betapa seriusnya pemilihan Israel (rohani) bagi Paulus. Keseriusan ini ditandai dengan dua kesaksian yaitu: kesaksian dari kebenaran dalam Kristus dan kesaksian hati nurani bersama Roh Kudus.
Pertama, kesaksian dari kebenaran dalam Kristus. Kata “kebenaran” dalam ayat 1 ini dalam bahasa Yunani alētheia berarti kebenaran (truth). Berarti, Paulus hendak mengatakan bahwa pemilihan Israel didasarkan pada kebenaran Allah di dalam Kristus, di mana Israel sejati bukanlah Israel secara lahiriah/fisik, tetapi rohaniah. Kebenaran ini sangat penting, karena di ayat berikutnya, Paulus mengemukakan bahwa banyak orang Israel menyombongkan diri karena mereka menyangka bahwa mereka keturunan Abraham, maka mereka pasti selamat. Padahal kriteria keselamatan bukan ditentukan apakah dia keturunan Abraham, tetapi mutlak pada pemilihan Allah yang berdaulat.
Kedua, kesaksian hati nurani bersama Roh Kudus. Kata “suara hatiku” di dalam ayat 1 dalam bahasa Yunani suneidēsis berarti hati nurani (conscience). Bukan hanya kebenaran Allah di dalam Kristus, hati nurani Paulus yang dibimbing Roh Kudus juga ikut bersaksi bahwa Israel sejati bukanlah karena keturunan, tetapi karena pilihan Allah. Ini adalah kekonsistenan antara masing-masing Pribadi Allah Trinitas, yaitu masing-masing Pribadi Allah menyatakan kebenaran: Allah Bapa menyatakan kebenaran-Nya di dalam Kristus, dan Roh Kudus mengefektifkan kebenaran itu di dalam hati nurani dan pikiran umat pilihan-Nya agar mereka mengerti kebenaran-Nya.
Kesaksian kebenaran di dalam Kristus dan kesaksian hati nurani bersama Roh Kudus mengakibatkan Paulus sangat berdukacita dan bersedih hati. Kata “berdukacita” dalam terjemahan Inggris dan Yunani sama-sama mengartikan dukacita yang besar. Lalu, kata “bersedih hati” dalam terjemahan Yunani berarti kesedihan yang terus-menerus/tidak berhenti (King James Version menerjemahkannya continual sorrow ; American Standard Version menerjemahkannya unceasing pain). Artinya, kedua kesaksian yang Paulus sebutkan mengakibatkan dirinya sangat sedih hati dan menderita tidak habis-habis. Ini berarti ada perasaan “tertekan” dalam diri Paulus.

Ketertekanan ini ditandai langsung dengan pengakuannya di ayat 3, “Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.” Beberapa terjemahan Inggris (American Standard Version, Geneva Bible, King James Version dan New King James Version) TIDAK memisahkan kedua hal ini yaitu terkutuk dan terpisah bagi Kristus. Tetapi empat terjemahan Inggris lainnya (English Standard Version, International Standard Version, New American Standard Bible dan New International Version) memisahkan kedua hal ini. Hal ini juga sesuai dengan terjemahan bahasa asli (Yunani)nya (yang memisahkan kedua hal ini dengan kata penghubung “sehingga”). Ketertekanan Paulus ini ditandai dengan keinginan dan kerelaan Paulus untuk dikutuk (menjadi obyek yang dikutuk) sehingga ia terlepas/terpisah dari Kristus. Paulus rela melakukan hal ini demi saudara-saudara sebangsanya yaitu Israel secara jasmani. Kata “saudara” dalam bahasa Yunani adelphos yang bisa berarti saudara (seiman) atau saudara (sebangsa). Kata ini muncul sebanyak 343 kali di dalam Perjanjian Baru. (Sutanto, 2006, p. 18) Ini berarti demi saudara-saudara sebangsanya, Paulus rela mati dikutuk bahkan sampai terpisah dari Kristus. Inilah teladan Paulus yaitu mengasihi jiwa demi Kristus. Kebenaran Allah di dalam Kristus dan kesaksian Roh Kudus di dalam hati nuraninya mengakibatkan dia memiliki hati yang mengasihi jiwa. Bagaimana dengan kita ? Apakah kita juga ingin seperti Paulus yang rela mati dikutuk demi mengasihi bangsa yang berdosa ini dan memberitakan Injil kepada mereka ? Apakah kita juga siap mati seperti Paulus demi pengabaran Injil ? Karakter dan teladan Paulus adalah teladan seorang hamba Tuhan yang taat dan setia akan panggilan-Nya. Di abad postmodern, status “hamba Tuhan” bukanlah seperti status hamba Tuhan di abad-abad sebelumnya. Status ini banyak mengalami pergeseran makna. Kalau dahulu, di zaman para rasul, bapa gereja, dll, status hamba Tuhan adalah status yang mulia (di mata Allah), sekaligus “hina” (di mata manusia), tetapi sayangnya di abad postmodern, status ini banyak mengalami pergeseran, di mana banyak “hamba Tuhan” merasa diri mulia (di mata manusia), sebaliknya di mata Allah, sebenarnya mereka hina. Paulus adalah Rasul Kristus dan hamba Tuhan yang mungkin dipandang hina oleh dunia (beberapa orang Islam di dalam zaman postmodern ini menghina Paulus dan membedakan antara ajaran Yesus dan Paulus {suatu anggapan yang konyol dan tidak bertanggungjawab}), tetapi di mata Allah, Paulus adalah Rasul Kristus yang mulia. Kriteria mulia dan hina di dalam keKristenan sangat berbeda dari kriteria yang ditetapkan dunia, karena kedua kriteria ini di dalam keKristenan sangat Theosentris (berpusat kepada Allah), sedangkan di dalam dunia, kedua kriteria ini sangat antroposentris (berpusat kepada manusia). Ketika kita mengukur seorang hamba Tuhan berdasarkan standar ukur Alkitab, maka ukurlah mereka dari kacamata kedaulatan Allah, apakah mereka setia dan taat kepada kehendak-Nya ataukah mereka “setia” kepada kehendaknya sendiri. Ini yang membedakan antara Hamba Tuhan sejati dengan “hamba ‘tuhan’” palsu, antara Israel sejati dengan “israel” palsu.

Mengapa Paulus rela dikutuk demi Israel ? Alasannya di ayat 4-5, “Sebab mereka adalah orang Israel, mereka telah diangkat menjadi anak, dan mereka telah menerima kemuliaan, dan perjanjian-perjanjian, dan hukum Taurat, dan ibadah, dan janji-janji. Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!” Kedua ayat ini dapat dibagi menjadi dua yang berarti dua status Israel, yaitu:
Pertama, Israel telah diangkat menjadi anak. King James Version menerjemahkannya bahwa Israel telah diadopsi. Dari sekian banyak bangsa, Allah berdaulat memilih Israel bukan karena kebaikannya, tetapi mutlak karena kerelaan kehendak-Nya yang berdaulat. Pemilihan Allah berlanjut pada pengadopsian Israel menjadi umat-Nya. Hal ini sesuai dengan Keluaran 4:22, “Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung;” Uniknya, status Israel sebagai anak Allah ditunjukkan di depan Firaun (baca konteks Keluaran 4). Ini berarti ada hak istimewa Israel sebagai umat/anak-Nya (yang tetap harus diuji oleh-Nya) di hadapan bangsa-bangsa lain. Ketika Israel diadopsi menjadi umat-Nya, Ia mewahyukan diri-Nya dan Paulus menyebutkan 5 hal yang diperoleh Israel sebagai wahyu Allah, yaitu:
(1) kemuliaan. King James Version (KJV), New King James Version (NKJV), American Standard Version (ASV), English Standard Version (ESV), Geneva Bible, International Standard Version (ISV) dan New American Standard Bible (NASB) menerjemahkannya glory (=kemuliaan) ; New International Version (NIV) menejermahkannya divine glory (kemuliaan Allah) ; bahasa Yunani menerjemahkannya kehormatan. Ketika diadopsi menjadi anak Allah, Israel menerima kemuliaan (Allah) atas mereka. Ini juga berlaku bagi kita sebagai umat pilihan Allah di dalam Kristus yang akan dimuliakan-Nya kelak (lihat Roma 8:30b).
(2) Perjanjian-perjanjian. Dalam bahasa Yunani, kata ini adalah diathēkē berarti disposition (=pengaturan atau ketentuan). Dalam bahasa Inggris, kata ini diterjemahkan covenant (=kovenan atau perjanjian). Sebagai anak-Nya, Allah mengadakan perjanjian dengan mereka. Ada dua pandangan mengenai perjanjian, yaitu perjanjian antara dua pihak yang setara (antar teman/saudara/rekan) dan perjanjian antara dua pihak yang tidak setara (antara bos dengan karyawan). Perjanjian/kovenan yang terjadi antara Allah dan Israel adalah perjanjian model kedua, yaitu Allah yang membuat perjanjian dengan Israel dan Israel harus taat (tidak boleh membantah). Perjanjian Allah dengan Israel dimulai dari kovenan kerja di Taman Eden, dilanjutkan dengan kovenan Allah dengan Abraham, di mana melalui keturunannya, semua bangsa akan mendapat berkat, dan berlanjut sampai kovenan Allah dengan Ishak, Yakub dan keturunan mereka. Kovenan ini HANYA berlaku bagi umat Israel dan sekarang, kovenan ini berlanjut sampai kovenan keselamatan, di mana hanya di dalam Kristus, umat pilihan-Nya dibenarkan dan diselamatkan dari dosa-dosa.
(3) Hukum Taurat. Dalam bahasa Inggris, kata ini diterjemahkan law (tidak mengindikasikan adanya Hukum Taurat). Tetapi ketika kita memperhatikan konteksnya, maka kata “hukum” ini bisa ditafsirkan sebagai hukum Taurat. Sebagai umat-Nya, Ia memberikan hukum Taurat untuk memimpin langkah hidup umat-Nya agar berjalan di jalan-Nya. Hukum Taurat menunjuk kepada dasa titah di dalam Keluaran 20. Selain itu, hukum ini juga berlaku sebagai hukum standar dalam bidang politik, dll di dalam bangsa Israel agar bangsa ini menjalankan perintah Allah di dalam segala segi, baik moralitas, politik, dll. Sebagai umat pilihan Allah di dalam Kristus pun, kita diberikan oleh Allah sebuah Alkitab sebagai pedoman bagi iman dan kehidupan kita sehari-hari, sehingga hidup kita adalah hidup yang memuliakan Allah dalam segala segi kehidupan, baik theologi, moralitas, ekonomi, politik, hukum, dll. Semua hukum Allah ini mewujudnyatakan seluruh atribut Allah yang Mahakasih, Mahaadil, Mahakudus, Mahabijaksana dan Maha segala-galanya.
(4) Ibadah. ESV dan ISV menerjemahkannya worship, dan KJV, NKJV, Geneva Bible, ASV menerjemahkannya the service of God. NASB menerjemahkannya the temple service, dan NIV menerjemahkannya the temple worship. Dalam bahasa Yunani, kata ini adalah latreia berarti menyembah (worship). Dengan kata lain, sebagai anak-Nya, Israel diajar bagaimana menyembah atau beribadah kepada Allah, di mana cara ini berbeda dari bangsa-bangsa di luar Israel. Cara ini adalah cara khusus yang Allah sendiri ajarkan kepada anak-Nya. Apakah itu ? Ibadah Israel dimulai dengan pengakuan akan adanya Allah yang Esa (tidak berarti satu pribadi, tetapi satu di dalam esensi) (baca: Ulangan 6:4-5). Apakah Ulangan 6:4 mengajarkan bahwa Allah orang Israel adalah Allah yang hanya satu pribadi ? TIDAK. Banyak “pemimpin gereja” baik yang menganut Unitarian, Sabellianisme, dll mengklaim ayat ini sebagai ayat yang mengajarkan ketunggalan Allah. Padahal Ulangan 6:4 ditulis bukan dengan motivasi ingin mengajar Israel bahwa Allah itu hanya satu pribadi, tetapi motivasinya adalah agar Israel beriman yang beres (di dalam Tuhan à Ibrani: YHWH/Yahweh/Yehovah) di tengah-tengah bangsa-bangsa di luar Israel yang menyembah banyak ilah (politeisme). Dengan kata lain, marilah kita memperhatikan konteksnya, jangan asal menemukan ayat lalu ditafsirkan seenaknya sendiri ! Di dalam keKristenan, hal ini diperjelas lagi, yaitu Allah yang Esa adalah Allah yang berpribadi tiga dan beresensi satu (=Allah Trinitas).
(5) Janji-janji. Dalam bahasa Yunani, kata ini adalah epaggelia yang secara khusus berarti divine assurance of good (=asuransi Allah akan kebaikan). Dr. John Gill di dalam tafsirannya John Gill’s Exposition of the Entire Bible membagi janji ini menjadi dua, yaitu janji temporal (sementara) dan spiritual. Janji temporal ini dijelaskan oleh Adam Clarke di dalam tafsirannya Adam Clarke’s Commentaries on the Bible sebagai janji akan tanah Kanaan dan janji spiritual yaitu janji Mesias yang akan diutus. Sebagai orang Kristen, kita tidak lagi menantikan janji kedatangan Mesias, tetapi kita menantikan janji Allah yang akan membangkitkan kita kelak di dalam Kristus. Itulah janji Allah yang bersifat spiritual bagi kita.

Kedua, mereka adalah keturunan nenek moyang. “Bapa-bapa leluhur” dalam bahasa Yunani lebih tepat diterjemahkan nenek moyang. Artinya, dari keturunan Israellah, Mesias lahir. Dengan kata lain, Israel melahirkan Kristus secara jasmani. Di dalam ayat ini, terjemahan bahasa Indonesia kurang jelas menguraikan dwi natur Kristus yang adalah 100% Allah dan 100% manusia. Mengapa ? Karena di dalam terjemahan LAI, ayat yang berbunyi, “Mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaan-Nya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”, kata “Ia” bisa ditafsirkan sebagai Allah Bapa, tetapi jika kita memperhatikan terjemahan bahasa Inggris, kita langsung menemukan adanya dwi natur Kristus. English Standard Version, misalnya, menerjemahkan, “To them belong the patriarchs, and from their race, according to the flesh, is the Christ who is God over all, blessed forever. Amen.” Dengan kata lain, Mesias yang dinantikan oleh orang Israel telah digenapi di dalam Pribadi Kristus yang 100% Allah dan 100% manusia yang menyelamatkan manusia dari dosa-dosa mereka dengan menebus umat-Nya.


Dari kelima ayat ini, kita sudah mendapatkan gambaran tentang siapakah Israel, dan itu juga menggambarkan kita sebagai orang Kristen. Bagaimana respon kita sebagai umat-Nya? Apakah seperti Israel yang tegar tengkuk atau kah kita taat dan setia kepada Allah dan kehendak-Nya ? Biarlah perenungan lima ayat ini menjadi perenungan yang mempersiapkan kita pada ayat-ayat berikutnya tentang kegagalan Israel dan kedaulatan Allah. Soli Deo Gloria. Solus Christus.

No comments: