30 January 2008

Matius 8:23-27 : COMMITMENT AND TEMPTATION

Ringkasan Khotbah : 20 Februari 2005

Commitment and Temptation
oleh : Pdt. Sutjipto Subeno, M.Div.

Nats: Mat. 8:23-27



Kita sudah memahami bahwa mengikut Kristus bukanlah pengikutan yang bersifat fanatisme atau karena ingin mendapatkan keuntungan. Tidak! Ingat, serigala mempunyai liang, burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya (Mat. 8:20). Mengikut Kristus haruslah dengan komitmen penuh dan motivasi murni. Kristus haruslah menjadi yang terutama sebab Dia adalah Raja atas segala raja, King of kings dan Sang Raja itu datang ke dalam dunia untuk menjadi tebusan bagi kita, manusia berdosa. Sayangnya, manusia berdosa yang egois tidak memahami kebenaran ini, manusia hanya memikirkan kenikmatan dirinya sendiri maka tidaklah heran kalau kebenaran yang sejati itu selalu bertentangan dengan konsep manusia. Ironisnya, manusia tidak menyadari kalau yang mereka anggap sebagai kebenaran tersebut justru berakibat pada kebinasaan.
Tuhan haruslah yang terutama kalau kita tidak dapat menjadikan Kristus sebagai yang terutama maka omong kosong kalau kemudian ia mengatakan bahwa ia beriman dan menjadikan Kristus sebagai Tuhan atas dirinya. Tuhan tidak ingin ada ilah lain di hadapan-Nya sebab hal itu menjadi perzinahan rohani. Kristus berhak untuk diikuti sebab Dia adalah Raja atas segala raja dan Dia adalah penguasa alam semesta yang mempunyai kedaulatan penuh atas seluruh ciptaan-Nya. Dan hal ini ditunjukkan oleh Matius melalui kisah Tuhan Yesus meredakan angin ribut. Kita telah memahami sebelumnya bahwa Injil Matius tidak ditulis berdasarkan urutan sejarah sebab itu bukan tujuan Matius. Peristiwa Tuhan Yesus meredakan angin ribut ini sesungguhnya terjadi lebih dahulu, yakni sebelum Tuhan Yesus berbicara dengan Ahli Taurat dan murid-Nya tentang hal mengikut Dia. Namun Matius meletakkannya terbalik, Matius ingin mengkaitkan bahwa setelah orang memutuskan untuk menjadi pengikut Kristus maka kini ia harus mengikut Kristus (ay. 23).
Ketika Yesus dan para murid naik ke dalam perahu, sekonyong-konyong datanglah angin ribut. Angin ribut disini bukanlah angin keras biasa sebab sebagian besar murid Kristus yang notabene seorang nelayan yang biasa menghadapi badai dan gelombang pun menjadi takut, panik, dan kuatir. Hal ini membuktikan bahwa badai tersebut berada di luar batas mereka. Bukankah reaksi yang ditunjukkan oleh para murid ini juga menjadi gambaran diri setiap kita, ketika badai dan gelombang, yakni kesulitan itu datang menerpa maka orang tidak lagi dapat melihat kesulitan itu sebagai ujian iman dan memandangnya sebagai kebahagiaan tetapi orang justru ingin cepat menyelesaikan menurut caranya sendiri sebab mata kita selalu tertuju pada realita.
Tuhan Yesus menegur mereka dengan keras: “Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya.“ Kata “kurang percaya“ disini berarti orang yang beriman kecil sebab apa yang menjadi komitmen kita belum menjadi iman yang sejati terbukti badai gelombang tidak menjadikan kita semakin beriman namun justru membuat kita takut dan kuatir. Badai gelombang yang bergolak dengan begitu dahsyat langsung berhenti dan danau menjadi teduh sekali itu ketika Tuhan Yesus menghardiknya. Secara logika, orang sukar untuk mengerti, orang seharusnya menyadari bahwa Yesus adalah Allah pemilik alam semesta sebab angin dan danau pun taat kepadanya. Adalah anugerah dan menjadi sukacita tersendiri bagi kita kalau Tuhan, Pemilik dan Penguasa alam semesta ini berkenan memanggil dan menjadikan kita sebagai murid-Nya, sayang, iman kita terlalu kecil, maka tidaklah heran kalau kita tidak dapat melihat Tuhan sedang bekerja dengan ajaib dan heran untuk itu kita harus memahami:
1. Mengikut Kristus bukan tanpa kesulitan.
Tuhan tidak pernah berjanji bahwa kalau kita mengikut Kristus, Raja di atas segala raja itu maka kita tidak akan pernah mengalami kesulitan dan penderitaan. Tidak! Jangan tertipu dengan ajaran bidat yang mengajarkan bahwa, Tuhan itu Maha Dahsyat maka menjadi murid Tuhan yang Maha Dahsyat itu, kita pasti tidak akan pernah mengalami penderitaan. Pertanyaannya adalah kalau Tuhan Maha Dahsyat, apakah kita dapat mengatur Dia sedemikian rupa menuruti semua keinginan kita? Tidak! Tuhan yang harus menjadi pemegang kuasa tertinggi dan Dia berkuasa atas hidup manusia; tidak ada siapapun atau apapun di dunia ini yang dapat memimpin dan mengarahkan hidup kita. Ketika Tuhan Yesus mengajak murid-murid-Nya ke danau, Tuhan Yesus pasti tahu akan datang gelombang yang menerpa dan Tuhan Yesus tidak menghindarkan murid-murid-Nya dari bahaya itu. Tuhan sengaja membiarkan murid-murid-Nya menghadapi gelombang, Tuhan Yesus tidur nyenyak di buritan ketika gelombang besar itu mengombang-ambingkan perahu. Sesungguhnya, Tuhan Yesus ingin menguji iman para murid namun murid-murid ingin supaya Yesus segera menyelesaikan masalah mereka. Bukankah kita seringkali juga demikian? Kita ingin supaya Yesus segera mengangkat semua kesulitan hidup dan hal ini juga menjadi teriakan nabi Habakuk. Berapa lama lagi, Tuhan, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: “Penindasan!“ tetapi tidak Kau tolong? (Hab. 1:2). Kalau Tuhan diam bukan berarti Tuhan tidak peduli. Tuhan tidak langsung bertindak karena Tuhan ingin supaya anak-anak-Nya mempunyai kekuatan sehingga kita bisa menghadapi berbagai-bagai kesulitan.
Di dalam kehidupan Kristen, kita seringkali dilumpuhkan oleh ajaran-ajaran palsu yang mengajarkan bahwa kita akan menjadi kaya dan sukses, kita tidak akan sakit. Kalaupun kita mengalami sakit, berarti ada dosa yang telah kita perbuat maka segeralah meminta ampunan pada-Nya. Setelah melihat begitu banyak mujizat yang dilakukan oleh Kristus, murid-murid seharusnya tahu bahwa pastilah kapal itu tidak akan tenggelam sebab ada Yesus di dalam perahu. Tapi sayang, para murid kurang beriman, mereka justru menjadi panik dan kuatir. Sesungguhnya, melalui kesulitan dan penderitaan itu Tuhan ingin menjadikan anak-anak-Nya dewasa, mature. Sayangnya, hari ini banyak orang Kristen ingin menjadi “bayi rohani“ yang segala sesuatunya selalu minta diperhatikan. Celakanya, dunia mengerti tentang perlunya pertumbuhan fisik yang diikuti dengan kedewasaan mental namun orang Kristen justru tidak memahami pentingnya kedewasaan rohani.

2. Mengikut Kristus dilatih menjadi dewasa.
Pengikut Kristus sejati haruslah kuat menghadapi kesulitan dan ingat, ada Tuhan bersama dengan kita, Dia tidak akan membiarkan kita sendiri menghadapi semua kesulitan. Realita ini seharusnya memberikan kekuatan kepada kita untuk melangkah dalam dunia. Tuhan tahu sampai dimana batas kita mampu menghadapi kesulitan. Tuhan tidak akan membiarkan kita dicobai sedemikian rupa sampai di luar batas kemampuan kita. Tuhan tahu sampai dimana batas kemampuan para murid-murid itu menghadapi gelombang karena itu Tuhan tidak tinggal diam, Dia langsung menghardik angin itu. Jangan pernah berpikir bahwa orang yang banyak mengalami mujizat Tuhan itu karena ia mempunyai iman yang besar. Tidak! Justru sebaliknya, orang yang senantiasa selalu ditolong Tuhan menunjukkan imannya kerdil. Seharusnya ia malu sebab ia tidak mempunyai daya juang untuk menghadapi kesulitan. Perhatikan, ketika iman itu sampai pada titik puncak maka Tuhan menunjukkan bahwa kita mempunyai kekuatan pertahanan yang sangat besar.
Hal ini sangat kontras kalau dibandingkan dengan Tuhan Yesus sendiri ketika Ia harus menghadapi penderitaan yang begitu besar, “Bapa, kalau boleh cawan ini lalu daripada-Ku“. Tuhan tidak minta supaya Bapa mengangkat cawan itu. Kesulitan hidup yang Tuhan perkenankan untuk kita lewati dimana kesulitan itu bukan sebagai akibat dari perbuatan dosa kita maka biarlah kita meneladani sikap Yesus:“Biarlah, kehendak-Mu saja yang jadi“. Jiwa seperti inilah yang harus ada dalam diri mereka yang menyebut diri sebagai murid Kristus sejati, yaitu taat mutlak pada kehendak Tuhan dan rela menghadapi kesulitan karena kita tahu semua penderitaan itu dimaksudkan demi untuk kebaikan kita, yakni pendewasaan iman dengan demikian kita dapat menjadi saksi bagi dunia.
Ironis, hari ini orang justru berpikir terbalik, seorang bayi dianggap dewasa. Seperti halnya orang yang diberikan karunia berbahasa Roh dianggap karena mereka mempunyai iman yang besar. Tidak! Karunia bahasa Roh itu diberikan untuk orang yang tidak beriman (1Kor. 14:22). Sayang, banyak orang Kristen yang melewatkan ayat ini. Mengikut Kristus berarti rela dipimpin oleh Kristus dan ingat, pimpinan Tuhan akan menjadikan kita dewasa. Jangan takut, Tuhan tahu sampai dimana batas kemampuan kita dapat menanggung penderitaan sebab Tuhan tidak akan menguji kita melampaui kekuatan kita dan percayalah, pada waktu kita dicobai, Ia akan memberikan jalan keluar, sehingga kita dapat menanggungnya (1Kor. 10:13). Tuhan tahu, Ayub adalah seorang beriman besar karena itu Tuhan mengijinkan ia dicobai oleh iblis; Ayub harus mengalami kesulitan dan penderitaan. Maka dapatlah dibayangkan, orang Kristen karismatik atau mereka yang ikut dalam gerakan neo pantekostalisme pastilah akan meninggalkan Tuhan ketika ia mengalami kesulitan seperti Ayub. Tuhan tahu sampai dimana kapasitas iman Ayub maka ketika iman Ayub mulai goyah, Ayub mulai mengutuki hari kelahirannya karena saudara-saudara seimannya, maka Tuhan mulai bertindak. Tuhan memulihkan keadaan Ayub; Tuhan memberkati Ayub dengan mengembalikan seluruh hartanya dengan berlipat-lipat. Di dunia modern, iman Kristen telah dirusak oleh berbagai macam ajaran-ajaran palsu maka tidaklah heran kalau anak-anak Tuhan tidak mempunyai daya untuk menghadapi gelombang yang dahsyat, orang Kristen tidak mempunyai iman yang cukup untuk kita bisa tahu rencana Tuhan yang indah di balik gelombang itu dan dimana kekuatan kita. Tuhan membiarkan kita masuk dalam berbagai-bagai kesulitan untuk mendidik dan melatih supaya mempunyai kedewasaan rohani. Pikiran Tuhan lebih tinggi dari pikiran manusia, Dia melihat yang tidak dapat kita lihat.
3. Mengikut Kristus disiapkan untuk melakukan perkara besar.
Setelah Tuhan Yesus menyelesaikan misi-Nya di dunia, maka tanggung jawab pelayanan berada di tangan murid-Nya karena itu iman mereka harus dilatih terlebih dahulu. Akan tetapi, seringkali orang tidak siap untuk dididik Tuhan, kita tidak siap dengan berbagai-bagai kesulitan. Bagaimana mungkin buah zaitun akan menghasilkan minyak kalau tidak ditekan atau buah anggur akan menjadi arak kalau tidak diperas? Kita sepatutnya mengucap syukur kalau Tuhan masih berkenan mendidik kita dengan luar biasa, kita boleh mengalami pengalaman indah berjalan bersama dengan Tuhan. Seringkali, ketika kesulitan itu datang kita tidak pernah memandangnya sebagai ujian iman, kita hanya melihat ujian itu sebagai beban yang harus kita tanggung padahal Tuhan mau memakai kita menjadi alat-Nya untuk berbagian dalam pekerjaan-Nya. Siapakah kita sehingga Tuhan berkenan memakai kita, manusia berdosa dan terbatas ini dipakai menjadi alat-Nya sehingga menjadi saluran berkat bagi banyak orang?

Setiap hari kita telah merasakan anugerah Tuhan telah memelihara hidup kita dan kita melihat dan merasakan mujizat Tuhan yang bekerja dengan luar biasa bahkan sangat sukar dimengerti logika manusia. Pertanyaannya apakah pimpinan Tuhan yang begitu dahsyat atas kita tersebut belum cukup membuktikan bahwa Tuhan menyertai kita. Ingat, Tuhan tidak pernah tidur, Dia tidak pernah meninggalkan kita walau sedetikpun, Dia ada di dalam kapal. Apakah kita masih kurang percaya? Apakah kita masih beriman kerdil? Kalau sampai detik ini, kita dapat melewati kesulitan, ingat, itu karena Tuhan yang memimpin. Tuhan ingin membentuk kita melalui latihan-latihan iman, tanpa latihan tidak ada pertumbuhan iman dan terkadang Tuhan memang membiarkan kita menghadapi kesulitan itu sampai di titik kritis sehingga kita dapat merasakan mujizat Tuhan yang ajaib. Biarlah kita mulai belajar untuk dilatih Tuhan dengan demikian kita bertumbuh dalam iman dan itu menjadikan kita bersemangat dan mempunyai kekuatan untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan yang besar.
Jangan takut, Tuhan ada di kapal bersama-sama dengan kita, di saat gelombang itu datang, mungkin kita merasa lelah dan letih karena telah bekerja keras berusaha mengeluarkan air dari kapal supaya tidak tenggelam namun percayalah, ketika kita telah berada di ambang batas kekuatan kita maka Tuhan akan menolong tepat pada waktu-Nya. Seorang pengikut Kristus bukan berarti kita dilewatkan dari badai, angin menjadi tenang dan kapal kita akan melaju dengan lancar. Tidak! Kita seharusnya makin bersyukur kalau Dia berkenan membawa kita ke dalam kesulitan-kesulitan yang berat. Jangan mudah ditipu oleh gejala jaman yang berpendapat bahwa dunia semakin hari semakin enak karena setiap manusia egois yang hanya memikirkan kesejahteraan diri sendiri. Biarlah konsep kita diubahkan dengan demikian kita mempunyai kekuatan iman. Karena itu jadilah kuat di dalam Tuhan sehingga kita bisa menjadi saksi Tuhan di tengah dunia dan menolong mereka yang lemah iman dan tidak ada pengharapan. Amin.

(Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah)
Sumber :

No comments: