23 December 2007

KONSEP DIRI DAN KEDEWASAAN ROHANI (Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S.)

KONSEP DIRI DAN KEDEWASAAN ROHANI

oleh : Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S.



Allah memang menciptakan kita dengan kebutuhan untuk merasa aman dan dihargai karena Ia tahu bahwa kita tdk akan pernah menemukannya dlm diri kita ataupun dlm hubungan kita dengan orang lain. Dan tujuan Allah adalah bahwa Ia sendiri yang akan memenuhi kebutuhan tsb.

Kita tidak perlu lagi mencari jati diri kita melalui reaksi-reaksi orang lain mengenai penampilan, prestasi dan status kita. Penampilan kita, yang diciptakan secara unik dan khusus oleh Allah sendiri, merupakan sarana untuk menunjukkan kasih dan kuasa Nya. Prestasi kita menjadi hasil kerja Allah dalam kehidupan kita yang baru. Dan status kita menjadi penting hanya karena hal itu merupakan kesempatan untuk memuliakan Allah dan melayani orang lain.

Dalam Yoh 13:34-35 Yesus menetapkan sifat yang menjadi ciri muridNya: kasih. Firman Tuhan mengajarkan bahwa kasih yang tulus bukan sekedar perasaan sayang yang diwarnai dengan senyum yang manis, kata-kata pujian atau sikap yang hangat, melainkan juga sikap rela berkorban dan mengutama orang lain. Orang yang melangkah menuju ke kedewasaan rohani harus memutuskan untuk meninggalkan sifat melindungi diri sendiri dan masuk ke dalam pergaulan dengan orang lain yang akan mendorong mereka maju kearah Tuhan.

Dengan membaca firman Tuhan dan bersekutu dngen Dia melalui doa setiap hari secara teratur, orang Kristen yang bertumbuh dapat terus yakin bahwa KEBUTUHAN PRIBADI YANG MEMOTIVASI nya agar merasa aman dan dihargai benar-benar terpenuhi dalam Yesus Kristus. PROSES BERPIKIR dan konsep dirinya bertumbuh berdasarkan kebenaran-kebenaran Allah, sebagai ganti ketergantungan pada pendapat-pendapat orang lain. Dengan konsep dirinya yang semakin teguh berdasarkan kebenaran-kebenaran Firman Allah, orang Kristen yang bertumbuh itu dapat membedakan kehendak Allah dengen lebih tepat dan semakin mampu MEMILIH perilaku dan kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kehendak Allah, sehingga memurnikan pelayanannya kepada Tuhan. EMOSI-EMOSI YANG DIHASILKAN adalah sukacita dan damai sejahtera sebagai ganti kecemasan; kesabaran dan kasih sebagai ganti kemarahan; iman dan pengharapan sebagai ganti rasa bersalah dan depresi.

Emosi-Emosi Yang Negative Dapat Berguna
Orang Kristen yang sehat emosinya adalah orang yang selalu sadar akan emosinya. Ia tidak menahan emosinya, atau mengabaikan keberadaan emosinya, terutama yang negative. Ia juga tidak mencoba menahan emosi-emosi tersebut atau menyimpannya dalam hati agar tidak diketahui oleh orang lain.

Dengan selalu menyadari emosi-emosinya, orang Kristen yang bertumbuh tersebut tidak hanya dapat menikmati emosi-emosi yang positif yang dialaminya tetapi ia juga dapat menggunakan emosi-emosi negative itu untuk bertumbuh secara rohani melalui pembaharuan cara berpikirnya. Ada 3 macam emosi negative yang mendasar:
1. Kemarahan: reaksi terhadap sasaran yang terhalang
2. Depresi: akibat dari sasaran yang tidak tercapai
3. Kecemasan: menunjukkan sasaran yang tidak pasti.

1. Kemarahan
Ada 3 hal yang menyebabkan kemarahan:
· Frustasi, kita tdk memperolah apa yang kita inginkan berkenaan dengan rencana kita.
· Penghinaan, kita tdk memperolah apa yang kita inginkan berkenaan dengan status kita.
· Penolakan, kita tdk memperoleh apa yang kita inginkan berkenaan dengan kasih kita.

Reaksi marah kita terhadap anak kita mungkin akibat dari asumsi yang salah bahwa kita harus menjadi orang tua yang sempurna supaya merasa dihargai.

Merasa tersinggung atas penolakan orang lain karena ‘cacat’ jasmani juga dapat menunjukkan kepada kita bahwa kita sedang memandang ‘cermin’ yang salah, yaitu reaksi-reaksi orang lain.

Perlu ditambahkan bahwa kemarahan tdk selalu menunjukkan cara berpikir yang salah, Yesus sendiri pernah marah. Marah yang benar dapat diartikan sbg tindakan marah yang tegas untuk menentang dosa dan biasanya diikuti dengan tindakan yang tepat. Marah yang benar itu terkendali dan beralasan, tdk mementingkan diri sendiri, tidak memendam kebencian atau sakit hati. Karena marah itu bertujuan untuk menentang tindakan atau keadaan yang salah, dan bukan menentang pribadi, maka marah itu haruslah diikuti dengan tindakan yang membangun untuk memperbaiki kesalahan tersebut.


2. Depresi
Depresi dapat diakibatkan oleh keadaan fisik seperti diet yang salah, kurang istirahat, reaksi terhadap obat-obat tertentu, gangguan hormone, kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan. Depresi yang seperti ini biasanya tidak ditandai dengan harga diri yang rendah dan akan berkurang bersamaan dengan berjalannya waktu.

Kemarahan disebabkan serangan dr keadaan di sekitar kita, sedangkan depresi disebabkan serangan dari dalam diri kita terhadap diri kita sendiri.

Kita menghakimi diri kita bahwa kita sudah gagal dan merasa tidak berharga, maka kita merasa bersalah, marah, sedih dan apatis. Kita kehilangan perspektif dan menarik diri dr orang lain, takut kalau kita ditolak, menjadi terlalu peka terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain.

Rasa bersalah yang tidak benar yaitu menyalahkan diri sendiri akibat citra diri yang tidak benar, perlu diperbaiki pada tahap PROSES BERPIKIR. Kita perlu mengevaluasi apakah kita sedang berusaha untuk merasa diterima orang lain melalui penampilan, prestasi atau status kita. Kita perlu mengganti pemikiran yang negative mengenai nilai kita dengan kebenaran bahwa Allah sendiri menerima kita sepenuhnya.

3. Kecemasan
Kecemasan dapat merupakan akibat dari tolak ukur yang tidak realistis yang ditentukan oleh orang lain atau oleh kita sendiri. Kita harus mempertimbangkan apakah rasa cemas itu timbul karena kita menilai bahwa tingkat keberhasilan kita tdk sama dengan apa yang diharapkan masyarakat. Rasa cemas dalam situasi tertentu dapat merupakan petunjuk terhadap asumsi-asumsi yang kita buat berkenaan dengan hal-hal yang menyebabkan kita merasa diterima dan dihargai. Hal ini juga dapat menyadarkan kita akan bidang-bidang yang belum sungguh-sungguh kita serahkan kepada Tuhan supaya Ia dapat melaksanakan rencanaNya yang sempurna bagi kehidupan kita dan kehidupan orang lain.

KESIMPULAN
Orang Kristen yang bertumbuh kearah kedewasaan rohani adalah orang yang berusaha membangun konsep diri yang benar, yang berdasarkan pada sifat-sifat Allah dan firmanNya yang tidak berubah. Ia menyadari bahwa kebutuhan pribadi yang dasar yang memotivasinya untuk merasa aman dan dihargai telah terpenuhi di dalam Yesus. Ia dapat menerima dirinya sebagai ciptaan Allah yang unik, yang diciptakan untuk fungsi dan tujuan yang khusus. Setelah mengetahui bahwa kita berharga bagi Allah, kita sendiri juga menghargai orang lain sebagai pribadi yang patut dihargai. Kita dapat bergaul dengan orang lain, dan tdk lagi merasa lebih baik atau kurang baik bagi mereka. Kita tidak perlu berpura-pura dan membela diri atau mengkritik, tetapi dengan tulus hati kita dapat mengasihi dan memperhatikan orang lain. Kita pun dapat menjadi pribadi yang sesuai dengan kehendak Allah sebagai anggota tubuh Yesus Kristus.

Sumber : www.grii-singapore.org



Profil Pdt. Billy Kristanto :
Pdt. Billy Kristanto, Dipl.Mus., M.C.S. lahir pada tahun 1970 di Surabaya. Sejak di sekolah minggu mengambil bagian dalam pelayanan musik gerejawi. Setelah lulus SMA melanjutkan study musik di Hochschule der Künste di Berlin majoring in harpsichord (Cembalo) di bawah Prof. Mitzi Meyerson (1990-96).
Setelah lulus dari situ melanjutkan post-graduate study di Koninklijk Conservatorium (Royal Conservatory) di Den Haag, a conservatory with the largest early music department in the world (mempelajari historical performance practice). Belajar di bawah Ton Koopman, seorang dirigen, organis, cembalis dan musicolog yang sangat ahli dalam interpretasi karya J.S. Bach. Selain itu juga mempelajari fortepiano di bawah Prof. Stanley Hoogland.
Setelah lulus dari situ pada tahun 1998 pulang ke Indonesia, lalu melayani sebagai Penginjil Musik di Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) di Jakarta pada Februari 1999. Pada tahun yang sama memulai study Teologi di Institut Reformed di Jakarta. Lulus pada tahun 2002 dengan Master of Christian Studies. Sejak tahun 2002 sampai sekarang menjabat sebagai Dekan School of Music di Institut Reformed Jakarta serta menggembalakan jemaat Mimbar Reformed Injili Indonesia (MRII) Jerman : Berlin, Hamburg dan Munich. Beliau ditahbiskan menjadi pendeta sinode GRII pada Paskah 2005 dan saat ini sedang menyelesaikan studi doktoral di bidang filsafat di Universitas Heidelberg, Jerman. Beliau menikah dengan Suzianti Herawati dan dikaruniai seorang putri, Pristine Gottlob Kristanto.

No comments: