19 October 2007

Roma 3:19-20 : HUKUM TAURAT DAN DOSA

Seri Eksposisi Surat Roma :
Kasih dan Keadilan Allah-6


Hukum Taurat dan Dosa

oleh : Denny Teguh Sutandio


Nats : Roma 3:19-20.

Setelah Paulus memaparkan tentang dosa pikiran, perkataan dan tindakan di ayat 10 s/d 18, maka ia menyimpulkan satu prinsip tentang hubungan hukum Taurat dan dosa.

Pada ayat 19, Paulus berkata, “Tetapi kita tahu, bahwa segala sesuatu yang tercantum dalam Kitab Taurat ditujukan kepada mereka yang hidup di bawah hukum Taurat, supaya tersumbat setiap mulut dan seluruh dunia jatuh ke bawah hukuman Allah.” Dengan kata lain, Taurat itu penting karena Taurat diwahyukan Allah. Tetapi ekstrim yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi adalah mereka menyangka bahwa dengan melakukan seluruh kewajiban Taurat, maka mereka pasti diselamatkan, sedangkan yang tidak mengenal dan menjalankan Taurat, mereka berpikir bahwa orang-orang itu pasti binasa. Mereka hidup bukan di bawah anugerah, tetapi di bawah kendali hukum Taurat. Padahal tidaklah demikian. Taurat hanya membukakan realita manusia yaitu diciptakan oleh Allah dan terbatas. Selain itu, Taurat juga memberitakan tentang kasih dan keadilan Allah bagi semua umat manusia tanpa kecuali. Jadi, sangatlah salah bila kaum Yahudi menganggap bahwa hanya orang-orang Yahudi yang diselamatkan dan dipelihara Allah. Di dunia yang kita hidupi saat ini, tidak lah jauh berbeda antara orang-orang dunia ini dengan orang-orang Yahudi pada waktu ini. Banyak orang dunia mengira bahwa dengan melakukan syariat-syariat agama tertentu dengan ketat bahkan sampai menyiksa diri, tidak makan, dll, mereka akan diselamatkan dan masuk “surga”. Di dalam keKristenan pun, ada sejumlah aliran denominasi yang sangat ekstrim mengajarkan bahwa syariat ibadah tertentu memungkin seseorang masuk “surga”, misalnya golongan Katolik Roma yang mengatakan bahwa kalau seseorang tidak dibaptis, maka orang itu tidak masuk “surga”. Di pihak lain, mayoritas gereja Karismatik/Pentakosta yang sangat ekstrim mengajarkan bahwa kalau orang “Kristen” tidak dibaptis selam tidak akan masuk “surga”. Semua ajaran ini sangat melawan Alkitab dan harus diserang serta dilumpuhkan. Mengapa ? Karena Alkitab mengajarkan bahwa manusia diselamatkan bukan dengan melakukan perbuatan baik atau memenuhi syariat ibadah tertentu, tetapi murni melalui anugerah Allah yang memberikan iman (Roma 3:24,25 ; Efesus 2:8-9). Keselamatan melalui anugerah Allah yang memberikan iman berarti tidak ada satu persen pun jasa baik manusia yang layak diperhitungkan oleh Allah agar manusia diselamatkan. Ini juga berarti semua doktrin Arminian yang melawan Reformed/Calvinisme menyalahi ajaran Alkitab dengan mengajarkan bahwa perbuatan baik dan mempertahankan keselamatan mengakibatkan manusia yang percaya tidak dapat kehilangan keselamatan di dalam Kristus. Dengan kata lain, semua proses keselamatan dari awal sampai akhir ditetapkan dan dijalankan 100% oleh Allah, dan itu merupakan jaminan dan perjanjian dari Allah bagi manusia pilihan-Nya yang sangat berharga, jujur, setia dan bertanggungjawab. Jika doktrin Arminian benar, maka manusia lah yang semakin diandalkan di dalam keselamatannya, dan hal ini tidak jauh berbeda dengan semua agama dunia yang mengajarkan perbuatan baik manusia layak diperhitungkan agar manusia diselamatkan. Padahal, Allah tidak mengajarkan hal itu. Hal ini dijelaskan Paulus di ayat berikutnya.

Di ayat 20a, Paulus mengajarkan, “Sebab tidak seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena melakukan hukum Taurat,” Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkan, “Sebab tidak seorang pun dimungkinkan berbaik dengan Allah oleh karena orang itu melakukan hal-hal yang terdapat dalam hukum agama.” King James Version (KJV) menerjemahkan, “Therefore by the deeds of the law there shall no flesh be justified in his sight:” Kata “dibenarkan” dalam terjemahan KJV adalah justified yang berasal dari bahasa Yunani dikaioō (akar kata : dikaios) berarti dianggap benar dan adil. “Dibenarkan di hadapan Allah” juga dapat diterjemahkan menurut BIS, “berbaik dengan Allah”, tetapi frase “berbaik dengan Allah” belum cukup membuktikan arti sebenarnya dari “dibenarkan di hadapan Allah”. “Dibenarkan di hadapan Allah” berarti Allah menjadikan umat-Nya benar, adil dan kudus meskipun mereka masih dalam kondisi berdosa. Dari seluruh Alkitab, kita mendapatkan gambaran bahwa semua manusia telah berdosa (Roma 3:10,23). Dosa manusia mengakibatkan terputusnya hubungan antara : manusia dengan Allah, manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam dan ciptaan lain. Anehnya, manusia yang berdosa tidak pernah menyadari realita negatifnya, malahan berusaha menutupinya dengan melakukan semua perbuatan baik yang dikira mampu menyelesaikan semua dosanya. Tetapi alhasil, Paulus menyatakan di dalam ayat ini bahwa manusia tidak mungkin dapat dianggap benar dan adil oleh Allah karena melakukan syariat Taurat ataupun hukum agama lainnya. Di dalam Galatia 2:16a, Paulus juga menyatakan, “Kamu tahu, bahwa tidak seorangpun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat,” Mengapa ? Apakah Allah tidak mempedulikan jasa baik manusia ? Allah sangat menghina jasa baik manusia, karena Ia jijik melihat kemunafikan manusia berdosa yang tidak sadar dirinya berdosa sambil menutup dosanya dengan berbuat baik sehingga seolah-olah mereka dianggap “baik”. Di dalam Perjanjian Lama, Allah berfirman, “"Aku membenci, Aku menghinakan perayaanmu dan Aku tidak senang kepada perkumpulan rayamu. Sungguh, apabila kamu mempersembahkan kepada-Ku korban-korban bakaran dan korban-korban sajianmu, Aku tidak suka, dan korban keselamatanmu berupa ternak yang tambun, Aku tidak mau pandang. Jauhkanlah dari pada-Ku keramaian nyanyian-nyanyianmu, lagu gambusmu tidak mau Aku dengar. Tetapi biarlah keadilan bergulung-gulung seperti air dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir."” (Amos 5:21-24) Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS) menerjemahkan Amos 5:21, “Aku benci dan muak melihat perayaan-perayaan agamamu!” Allah sangat menghinakan mereka yang kelihatan di luar menampilkan semua perayaan dan ibadah agama dengan baik, tetapi hati mereka busuk dan tidak mengenal Allah. Tetapi pertanyaan selanjutnya adakah manusia yang memiliki hati yang murni dan mengenal Allah ? Bukankah Alkitab menyatakan bahwa semua manusia tidak ada yang berbuat baik (Roma 3:10) dan rasa takut akan Allah tidak ada pada diri mereka (Roma 3:18) ? Tidak ada jalan lain, manusia hanya dapat dibenarkan oleh Allah setelah Allah mengaruniakan hati yang baru yang murni. Nabi Yehezkiel mengajarkan, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.” (Yehezkiel 36:26) Hati yang baru inilah yang sangat diperlukan oleh umat-Nya yang mengakibatkan mereka dapat dibenarkan di hadapan Allah. Hati yang baru ini bukan berasal dari manusia, tetapi 100% berasal dari Allah (perhatikan kata “Kuberikan hati yang baru,” pada ayat 26 ini. Hati yang baru ini juga berupa hati yang taat dan mematikan (bahasa asli/Ibraninya śûr yang bisa berarti mematikan/turn off) hati yang keras (yang merupakan simbol dosa). Bagaimana dengan kita ? Kita yang telah ditebus dan diselamatkan oleh-Nya di dalam Kristus seharusnya memiliki hati yang taat mutlak akan perintah-Nya. Tetapi seringkali kita membangkang terhadap perintah-Nya, karena kita menyangka bahwa kita hebat, mampu melakukan apapun yang “baik” dan tidak memerlukan Tuhan. Itulah hati yang keras yang nabi Yehezkiel ungkapkan. Sebaliknya, sebagai umat pilihan-Nya, hendaklah kita memiliki hati yang taat dan membuang/mematikan hati yang keras sebagai suatu tindakan kepatuhan dan ketaatan terhadap perintah-Nya. Dan setelah kita memiliki hati yang taat, bersyukurlah karena Allah lah yang menganugerahkan hati yang taat itu kepada kita, sehingga kita terus-menerus harus memuliakan Allah karena semua anugerah-Nya bagi kita. Lalu, setelah kita memiliki hati yang taat, apakah berarti hukum Taurat tidak berarti apapun ? Hal ini diuraikan Paulus pada frase berikutnya di ayat 20.

Selanjutnya, pada ayat 20b, Paulus mengemukakan, “karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa.” King James Version menerjemahkan, “for by the law is the knowledge of sin.” BIS mengartikannya, “Sebaliknya hukum itu cuma menunjukkan kepada manusia bahwa manusia berdosa.” Kata “mengenal” diterjemahkan KJV knowledge yang dalam bahasa Yunani bisa berarti recognition (pengakuan). Dengan kata lain, Tuhan mewahyukan Taurat bukan menjadi/sebagai syarat manusia dibenarkan dan diselamatkan, tetapi sebagai pemimpin dan penuntun langkah hidup manusia sambil membukakan realita keberdosaan manusia (bandingkan Roma 7:12,14) atau Taurat berfungsi agar manusia semakin lama semakin mengenal dan mengaku dosa serta bertobat. Itulah fungsi Taurat, tetapi sudah diselewengkan oleh para ahli Taurat dan orang-orang Farisi melalui serangkaian ibadah dan upacara Yudaisme yang katanya dapat menyelamatkan orang-orang Yahudi dan memperkenan Allah. Bagaimana dengan kita sebagai orang Kristen ? Beberapa denominasi gereja “Kristen” menyusun serangkaian peraturan untuk “mengajar” bahwa dengan peraturan-peraturan tertentu mereka dapat diselamatkan. Misalnya, seperti yang telah saya ungkapkan di atas, banyak gereja Karismatik/Pentakosta yang sangat liar dan ekstrim mengajarkan bahwa kalau tidak dibaptis selam, tidak akan selamat. Begitu pula, sebuah “gereja” Karismatik terbesar di daerah Nginden, Surabaya mewajibkan semua “pelayan Tuhan” untuk memiliki “karunia” bahasa roh. Sungguh aneh memang, karunia bahasa roh adalah karunia dari Roh Kudus, tetapi di dalam “gereja” ini, bahasa roh sudah dijadikan standar kemutlakan. Mereka bahkan mengajarkan bahwa kalau tidak berbahasa roh berarti tidak ada Roh Kudus. Di seluruh Alkitab, semua rasul dan nabi tidak ada yang mengajarkan prinsip ini. Kalau ajaran mereka benar, bagaimana dengan Tuhan Yesus sendiri yang tidak pernah dicatat berbahasa roh ? Apakah karena tidak berbahasa roh, Tuhan Yesus tidak memiliki Roh Kudus ?! TIDAK. Jelaslah, mereka membangun doktrin di atas pemahaman Alkitab yang tidak menyeluruh sama seperti para ahli Taurat dan orang Farisi dulu yang juga tidak mengerti dan membangun doktrin di atas pemahaman Taurat secara utuh dan menyeluruh, sehingga mereka berani mengajar dan menetapkan sederetan peraturan keberagamaan tanpa mengerti esensinya yaitu kasih, keadilan dan kebenaran Allah. Jadi, marilah kita mengenal Firman-Nya bukan secara parsial/sebagian lalu berani membangun ajaran secara tidak bertanggungjawab, tetapi secara holistik/menyeluruh sehingga kita dan orang lain tidak disesatkan dan semakin lama kita dan mereka pun semakin mengenal Allah, kehendak dan perintah-Nya, lalu memuliakan Allah karenanya (Roma 11:36).

Setelah merenungkan kedua ayat ini, maukah kita bertobat dan kembali kepada-Nya dengan beriman, menyangkal diri, menaati semua kehendak-Nya dan memuliakan nama-Nya sepanjang waktu kita ? Itulah hati yang baru yang Tuhan anugerahkan kepada semua umat pilihan-Nya meskipun mereka masih berada di dalam kondisi berdosa. Amin. Soli Deo Gloria.

No comments: