Reformed
in Brief-2
(Seri
Pengajaran Theologi Reformed Secara Singkat dan Praktis):
OTORITAS ALKITAB-1:
Inspirasi dan
Otoritas Alkitab
oleh:
Denny Teguh Sutandio
Allah yang berdaulat mutlak atas segala
sesuatu adalah Allah yang menyatakan diri-Nya kepada semua manusia melalui
wahyu umum dan kepada umat pilihan-Nya melalui wahyu khusus. Salah satu bentuk
wahyu khusus Allah yaitu Kristus dan Alkitab. Alkitab disebut wahyu Allah
karena Alkitab diilhamkan oleh Allah. Alkitab diilhamkan Allah dengan cara
Allah memakai sarana para penulis Alkitab yaitu para nabi, rasul, dll yang
dipakai Allah untuk mengomunikasikan wahyu-Nya kepada manusia, sehingga Alkitab
dapat dipahami dengan bahasa manusia. Oleh karena itu, tidak heran, di dalam
Alkitab, kita menemukan begitu banyak jenis literatur mulai dari sejarah,
puisi, kata-kata bijak, dll. Semuanya ini membuktikan Allah dapat memakai semua
bentuk literatur manusia untuk menyatakan kehendak-Nya bagi umat-Nya.
Bagaimana kita mengetahui bahwa Alkitab
diilhamkan Allah? Di PL, kita menemukan begitu banyak tulisan “Allah berfirman”
(Kej. 1:22; 17:9; 35:10; dst). Di PB, Kristus di keempat Injil mengutip PL
(Mat. 4:10; 26:31; Mrk. 7:6; dst) dan karena Kristus adalah Allah, maka para
penulis kitab Injil menuliskan kata-kata Kristus sebagai kata-kata Allah
sendiri. Hal ini ditandai dengan seringnya Kristus berkata, “Aku berkata
kepadamu ... ” (Mat. 5:18, 20, 22, 44; dst) dan perkataan-Nya lain seperti
“Akulah...” (Yoh. 6:35; 9:5; 10:9, 11; 11:25; 14:6; 15:1) Selain itu di PB,
Rasul Paulus dalam surat-suratnya merujuk pada perkataan Kristus di dalam Injil
dan Petrus pun dalam surat-suratnya merujuk pada surat-surat Paulus (2Ptr.
3:15). Semuanya ini membuktikan bahwa Alkitab diilhamkan oleh Allah.
Mengapa firman Allah ini berbentuk tulisan?
Firman-Nya ini berbentuk tulisan
dengan maksud demi “pemeliharaan dan penyebaran kebenaran tersebut secara
lebih baik, dan demi peneguhan dan penghiburan yang makin pasti bagi Gereja-Nya
dalam melawan kecemaran daging, dan melawan niat jahat Iblis dan dunia, ...”
(Pengakuan Iman Westminster I.1)
Karena Alkitab diilhamkan Allah, maka
dengan sendirinya, Alkitab itu berotoritas. Apa arti otoritas Alkitab? Otoritas
Alkitab berarti Alkitab menjadi sumber sekaligus dasar membangun ajaran dan
praktik hidup Kristiani yang bertanggung jawab. Pengakuan
Iman Westminster menegaskan hal ini, “Hakim Tertinggi yang olehnya semua
kontroversi agama harus diputuskan, dan semua dekrit dari konsili-konsili,
pendapat dari penulis-penulis kuno, doktrin manusia, dan spirit pribadi, harus
diperiksa, yang pada keputusan-Nya kita harus bersandar, hanyalah Roh Kudus
yang berbicara di dalam Alkitab.” (Pengakuan Iman Westminster I.10) Bukan hanya itu
saja, Alkitab juga menjadi sumber kita menafsirkan Alkitab. Artinya, kita
menafsirkan Alkitab bukan dengan tradisi gereja maupun Tradisi rasuli seperti
yang diimani oleh Gereja Katolik, tetapi kita menafsirkan Alkitab dengan
membiarkan Alkitab menjelaskan dirinya sendiri.
Dari sini, kita belajar
bahwa otoritas Alkitab berkaitan erat dengan otoritas Allah sebagai penulisnya (2Tim. 3:16-17; 2Ptr. 1:19-20).
Pengakuan Iman Belgia mengajarkan,
... Bukan hanya
karena Gereja menerimanya, dan menganggapnya begitu, melainkan terutama karena
Roh Kudus menyaksikan di dalam hati kita,
bahwa kitab-kitab ini berasal dari Allah,
...
bahwa kitab-kitab ini berasal dari Allah,
...
(Pengakuan Iman Belgia Pasal 5)
Prof.
Wayne Grudem, Ph.D. mengajarkan konsep ini secara implisit dengan mengatakan
bahwa ketika kita meragukan otoritas Alkitab dengan tidak mempercayainya, maka
kita sebenarnya sedang meragukan otoritas Allah dan ketika kita meragukan
otoritas Allah dengan tidak mempercayai-Nya, itu berarti kita menempatkan diri
kita sebagai otoritas yang lebih tinggi dari Allah.[1]
Bagaimana
dengan kita? Kita yang mengaku bertheologi Reformed, sudahkah kita benar-benar
tunduk pada otoritas Alkitab? Ketundukan kita ditandai bukan dengan perkataan
kita saja, tetapi dengan tindakan nyata yang selalu menguji segala sesuatu baik
ajaran maupun praktik hidup kita dengan Alkitab dan kerelaan kita mengubah
ajaran maupun praktik hidup kita yang jelas bertentangan dengan ajaran Alkitab
dengan penafsiran yang bertanggung jawab.
Apakah
hal ini berarti kita menyesampingkan pengalaman rohani, Tradisi rasuli,
pemimpin gereja (pendeta), dll? Kita akan membahas hal ini di bagian 2.
--Bersambung--
Denny
Teguh Sutandio, S.S.
yang lahir di Surabaya, 19 Juli 1985 adalah jemaat Gereja Kristus Rahmani
Indonesia (GKRI) Exodus, Surabaya yang digembalakan oleh Pdt. Yakub Tri
Handoko, Th.M. Studi theologi awam bidang Biblika, Historika, dan Doktrin di
Sekolah Theologi Awam Reformed (STAR) dari GKRI Exodus dan aktif membaca
buku-buku theologi bermutu. Telah menulis beberapa buku dan artikel-artikel
doktrin dan praktika.
[1] Wayne Grudem, Kebenaran yang Memerdekakan: Menjawab 20
Pertanyaan Mendasar mengenai Iman Kristen, terj. Daniel Budiantoro (Jakarta: Metanoia, 2009), 5.
No comments:
Post a Comment